Bunyi mesin scan tak hentinya berhenti berbunyi, tiga kasir dua wanita dengan satu laki laki bekerjasama menscan dan menata barang belian keluarga tersohor didepannya. Dari sebelas troli, sudah sepuluh yang terbenahi. Tinggal satu troli yang berisi seluruh 3M, makanan, minuman, dan mainan si buntelan lucu yang sekarang ikut menaiki troli itu. Terlihat kepala bulat kecil menyembul di tengah barang barang itu.
"Baba!" Jerit Nasa ingin diturunkan. Dengan susah payah Nasa menyembulkan sepasang tangan kecilnya, mengadah meminta gendong pada sang paman.
"Apa baby?" Roger menjawab dengan nada jahil.
"Tulun! Aca mau tulun!" Sepasang tangan kecil kemerahan itu mengatup-ngatup.
"Turun sendiri, lah. Siapa tadi yang mau naik troli coba?" Roger tertawa jahil. Niat ingin menjahili si kecil membuncah.
"Sayang! Jangan jahilin Aca! Nangis nanti bagaimana?!" Seakan sesuatu terpecah dalam dirinya, Roger menunduk lesu mendengar ucapan sang istri. Bahkan ia mendapat geplakan maut di bokongnya.
Wajah Nasa menyendu haru mendengar belaan sang bibi. Sampai tak terasa seluruh barang di troli itu sudah habis menyisakan si buntelan yang masih dengan tangan mengadah.
Namun wajah sendunya sekejap berubah ceria saat melihat sang paman menghampiri dengan tangan mengadah. Seperti hendak menggendongnya. Nasa tersenyum lebar, akhirnya Nasa akan keluar dari troli ini.
"Satu lagi mbak."
"Baba!!!" Nasa menjerit kencang, mengencangkan pelukannya dileher sang paman yang saat ini hendak menyimpannya dimeja kasir.
"Ndak mau! Ndak mau! Aca nda mau jual!!"
Tawa Roger pecah saat itu juga. Semua kasir dan pelanggan lain juga ikut tertawa, meras terhibur dengan tingkah nyeleneh paman-ponakan itu.
***
"Udah dong marahnya, kan Baba bercanda tadi." Ucap Roger memohon.
Diperjalanan pulangnya kali ini terasa sangat hampa. Bagai berjalan di padang pasir. Karena perjalanan pulangnya ia tak lagi terdengar celotehan lucu dari mulut kecil si buntelan.
"Kamu sih!" Raisya mendelik ke arah sang suami.
"Syut! Bubu nda bole belbicala dengan manusia tua itu!" Ucap Nasa tajam. Tangan kecilnya mendekap bibir bergincu Raisya.
Seketika pecah tawa Raisya.
Namun, Roger terkesip.
Manusia tua?
Manusia tua?!
Manusia tua???!!!
Hei!!! Dari mana si kecilnya belajar kata-kata itu?!
"Tau dari mana kata kata itu, sayang?" Masih dengan tawanya, Raisya bertanya.
Sedang si 'manusia tua' tengah merajuk, menunjukkan wajah masam.
"Kata kata apa, Bu?" Nasa memiringkan kepalanya bingung.
"Manusia tua." Raisya berbisik di telinga si kecil, lanjut terkekeh melihat wajah sang suami yang semakin masam.
Alamat harus bujuk 'bayi tua' habis ini.
"Bang Falen." Jawab Nasa.
Mendengar hal itu, tawa Raisya kembali tergelak.
Mungkin jiga ini dunia animeh, sudah ada api neraka yang keluar dari celah celah tubuh Roger.
Ia sangat marah!!!
Ingatkan dirinya nanti jika sudah sampai mansion untuk langsung mengeksekusi putra sulungnya!
Nasa hanya memandang lugu Raisya yang tak hentinya tergelak dan raut masam Roger bergantian.
Mengapa ia tak di ajak tertawa bersama?!
Tapi biarlah, Nasa nggak gerti.
Lebih baik kembali merebahkan kepalanya di dada empuk sang bibi. Bantal yang nyaman, Nasa ingin bobo saja.
***
Roger membuka pintu samping istrinya, "Malah tidur." itu ucapan Roger ketika ketiganya sudah sampai didepan lobby mansion.
Raisya melotot garang pada sang suami. "Diem! Jangan gaduh! Gendong baby pelan-pelan, awas kalo kebangun!" Bisik Raisya tajam.
Setajam silet. (Nadanya kaya yang di tv tv) apa ya nama acara, lupa.
Yang tau komen di keranjang kuning ya."Nggeh, kanjeng ndoro!" Roger balas berbisik sambil membungkuk 90 derajat di samping sang istri.
Walau wajah garang, badan keker seperti hulek. Tunduk sama istri is nomber wan! Itu prinsip lelaki sejati. Roger mah nggak, nggak tunduk cuma takut aja 🙏
Dengan hati hati Roger mengangkat ponakan kecilnya ke gendongan koala. Menempatkan wajah bulat si kecil di dadanya, meminimalisir guncangan yang dapat membangunkan si kecil.
"Mas, bukannya hari ini Paman pulang?" Dipertengahan jalan Raisya membuka percakapan.
Paman yang Raisya maksud adalah Tuan Mahardika. Tetangga satu-satunya didepan mansion Alex & Rava sekaligus teman seperjuangannya.
Mendengar pertanyaan sang istri Roger mengangguk. "Iya, katanya sih nanti malam landing."
"Duh, si bontot udah nggak LDR an lagi dong." Ucap Raisya jenaka.
Memang jika sudah ada Ayang, si buntelan kecil sering sekali menghabiskan waktu bersama temannya itu. Bahkan pernah sampai tidak pulang satu hari penuh hanya karena terlalu asik bermain. Dan mengakibatkan keluarga Alexander murung satu hari penuh.
Keduanya sampai dikamar si kecil. Kamar berukuran minimalis, tidak besar, bernuansa putih dengan hiasan warna warni, kasur kecil seukuran anak dengan seprei bertema Frozen penuh dengan boneka karakter hewan juga Frozen. Ingat, si buntelan kecil kita bucin Frozen gaes. Dan disudut ruangan terdapat tenda yang berisi kasur lantai tipis dan dipenuhi beraneka ragam boneka. Tidak ada lemari, sofa atau ornamen lainnya karena barang barang si kecil berada di tempat terpisah.
Raisya mulai menyusun bantal agar si kecil merasa nyaman. "Baring sini mas."
Roger meletakkan si kecil dengan perlahan. Takut si kecil terbangun, jika tidurnya tak pulas si kecil akan rewel seharian. "Bawa kabur aja yuk, yang? Gemesh banget sih!" Bisik Roger yang menahan gemas melihat si kecil tertidur dengan bibir plum mengerucut dan kedua tangan kemerahan yang mengepal disisi kepala.
Raisya terkekeh kecil, "Mau digantung hidup-hidup kamu, mas?"
"Tapi, gas keun lah!"
Skip aja, pasutri satu ini emang agak kurang 🙏
*TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
KB [Keluarga Bahagia]
Teen FictionNasa Ravalouzio Alexander. Bungsu keluarga Alexander ini memiliki dua marga, yang berasal dari keluarga ayah bundanya. Nasa sangat dicintai dan disayangi. Begitupun Nasa, mencintai dan menyayangi seluruh keluarganya melebihi luasnya angkasa. Aca ada...