WARNING! Mengandung konten dewasa!
Happy reading!✨
***
Saat mata Cakra mulai terpejam dan bibirnya bergerak melumat bibir Luna, otak waras Luna lenyap seketika.
Luna mengalungkan tangan ke leher Cakra lalu memejamkan matanya, membalas ciuman Cakra.
Tangan Cakra kini bertengger di pinggang Luna. Beberapa detik setelahnya, ia mengangkat tubuh Luna lalu mendudukkan di atas pangkuannya masih dengan bibir yang saling menempel.
Hujan deras turun tiba-tiba, membuat suasana intim di antara mereka berdua semakin terasa. Di luar dingin, tetapi tubuh mereka memproduksi panas.
Lidah mereka mulai beradu masih dengan bibir yang saling melahap. Tangan Cakra tak tinggal diam, kini merayap ke punggung Luna, mengelus ringan di sana.
Luna dibuat merinding, ditambah lagi ada angin dingin dan hujan deras di luar sana.
Luna biasanya tidak segampang ini terdoga, bahkan saat dulu pacaran dengan Faris dan diajak pegangan tangan pun akan ia pikir berkali-kali. Namun, dengan Cakra rasanya berbeda.
Luna merasa seperti ada aura yang membuatnya panas dan maunya menempel melulu jika di dekat Cakra. Bahkan, ciuman pertamanya dengan Cakra, bukan dengan Faris mantan pacarnya.
Benar-benar parah, Luna tak menyangka akan sejauh ini terbuai oleh sentuhan Cakra. Apakah karena Cakra sudah pro dalam menaklukkan wanita?
"Hahhh ..." desah Luna saat bibir Cakra mulai bermain di lehernya.
Cakra menghirup wangi di leher Luna, wangi yang membuatnya tenang, tetapi juga membuatnya berhasrat untuk berbuat lebih. Entah mengapa ia merasa seperti ini, berada di dekat Luna membuatnya ingin terus menyentuh perempuan itu.
Dengan Luna, Cakra merasa ada yang berbeda. Seperti ada magnet yang membuat Cakra ingin terus menempel, misalnya saja seperti saat kejadian ciuman di parkiran restorannya yang dilakukan di mobilnya.
Mereka berdua bagaikan kutub utara dan kutub selatan magnet yang saling tarik-menarik. Tubuh Luna menginginkan Cakra, dan tubuh Cakra mendamba Luna. Kegiatan yang panas seperti saat di hotel akan terjadi lagi.
Tak berselang lama, tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos tanpa sehelai benang pun. Cakra kini menindih Luna, masih dengan posisi mereka yang berada di sofa.
Bibir mereka kembali menempel, kali ini tak ada ciuman lembut, yang ada hanyalah lumatan ganas nan tergesa.
Mereka sadar kalau sama-sama menginginkan, lebih tepatnya sejak awal pertemuan, seolah tubuh mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Namun, bagaimana dengan hati mereka?
"Boleh?" tanya Cakra yang masih memiliki kesadaran walaupun tipis, bahkan kini alat tempurnya sudah berada di depan milik Luna.
Luna menjawab dengan menarik kepala Cakra, mengajak pria itu kembali berciuman panas dengannya.
Setelah memberikan rangsangan, Cakra mulai menyatukan miliknya dengan milik Luna. Hingga akhirnya, terjadilah insiden sofa goyang.
Keduanya mendesah diiringi dengan sofa yang bergoyang.
Bermenit-menit kemudian, Luna keluar lebih dulu, disusul dengan Cakra yang mencabut miliknya dan mengeluarkan pelepasannya di luar.
Dengan napas terengah, mereka rebah di atas sofa dengan tubuh polos yang saling menempel.
***
Mata Luna terasa berat saat terbuka. Ia menguap, masih merasakan kantuk. Pandangannya mengedar, menatap seisi kamar yang tampak asing di matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Hot Lecturer Wants Me (TAMAT)
عاطفية"I want you," bisik Cakra di telinga Luna dengan suara seksinya. Akibat sakit hati diputuskan oleh pacar tersayang, Luna (19 tahun) berakhir menghabiskan malam di sebuah club malam milik teman kuliahnya. Pertama kalinya mabuk-mabukan, Luna sampai me...