31 - Lamaran resmi

22.5K 1.7K 77
                                    

Happy reading😍

***

Cakra merasa percuma untuk bersabar cukup lama, karena pada kenyataannya Luna dan Ghea bukannya berhenti berdebat, tetapi malah semakin panas.

“Cukup! Kalian berdua diam!” teriak Cakra.

Luna dan Ghea yang mendengarnya sontak berjingkat kaget lalu sama-sama menutup mulut.

Ghea dengan napas terengahnya usai berdebat melirik singkat ke arah Cakra. Ia tertegun melihat sorot tajam yang Cakra layangkan padanya, bahkan tadi pria itu berteriak.

Sejak dulu, Ghea belum pernah melihat Cakra marah. Cakra benar-benar pria lembut yang hanya akan menegur lewat perkataan, bahkan saat ia ketahuan selingkuh pun tidak dimarahi—walaupun langsung diceraikan. Baru kali ini ia melihat Cakra marah.

Cakra meraih tangan Luna lalu menariknya.

“Aku sama Luna bakal pindah meja. Terserah kamu mau tetap di sini atau pulang,” ujar Cakra sambil menatap Ghea.

Cakra langsung membawa Luna pergi dari sana. Sambil berjalan, Luna mengacungkan jari tengah ke arah Ghea.

“Awas lo! Urusan kita belum selesai!” seru Luna yang masih terbawa emosi.

Cakra menarik Luna menuju ke anak tangga, hendak membawa Luna ke lantai dua. Mendengar Luna terus menggerutu kesal membuat Cakra berujar,

“Udah, Lun. Jangan marah-marah.”

“Kenapa? Apa Mas belain Tante Ghea?”

“Bukan,” jawab Cakra dengan cepat. “Kalau marah-marah cuma bikin kamu capek, buang-buang tenaga, dan nggak ada gunanya. Lebih baik diabaikan aja.”

Cakra duduk berhadapan dengan Luna di suatu meja. Makanan yang dipesan pun dibawakan ke sana.

Cakra merasa beruntung karena restoran ini miliknya. Kalau tidak, pasti sudah kena omel sang pemilik akibat membuat keributan.

“Aku sampai semarah itu karena omongan Tante Ghea, dia duluan yang mancing aku, nuduh aku macam-macam kayak nyuci otaknya Mas sama Apin lah, ngatain pelacur lah. Parah banget,” adu Luna.

Cakra terbelalak. “Dia bilang begitu ke kamu?”

“Hm,” angguk Luna.

Cakra menghela napas lalu memijat keningnya, mendadak pening. Padahal, ia hanya ingin menikah dengan Luna, tetapi mengapa harus ada orang lain yang mengganggu? Ia jadi merasa bersalah kepada Luna.

Cakra meraih tangan Luna di atas meja lalu menggenggamnya.

“Maaf, gara-gara kamu dekat sama aku, kehidupan kamu jadi nggak tenang lagi.”

Luna terdiam sembari menatap Cakra.

“Aku ngerasa salah sama kamu. Seandainya kamu nggak kenal sama aku dari awal, pasti kamu nggak akan ngalamin ini semua.”

Cakra menunduk lesu. Ia merasa bersalah kepada Luna, sekaligus malu karena orang dari masa lalunya sungguh buruk hingga mengganggu Luna dan berkata yang tidak-tidak.

“Mas Cakra nggak salah, nggak usah minta maaf,” ujar Luna sambil membalas genggaman tangan Cakra.

“Makasih,” kata Cakra dengan senyum terulas.

Cakra mengeratkan genggaman pada tangan Luna lalu mengelus punggung tangan Luna dengan lembut. Ia merasa bersyukur Luna masih mau menerimanya setelah kekacauan yang Ghea perbuat ditambah masa lalunya yang tak bisa dibilang baik, apalagi ia punya buntut.

“Makasih, Lun,” ucap Cakra sekali lagi.

Luna malah tertawa. “Harusnya aku yang bilang makasih, udah sering makan di sini tapi nggak pernah bayar.”

The Hot Lecturer Wants Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang