25 - Bunga-Bunga Cinta Bermekaran

28.6K 1.8K 78
                                    

Mbak bulan dan Pak dosen balik lagi! Happy reading!😍✨

***

Cakra dan Luna refleks memisahkan diri dari pelukan mereka. Cakra langsung bergerak mundur saat lelaki yang ia ketahui sebagai adik Luna menodongkan sapu semakin mendekat ke arahnya.

"Jangan gangguin kakak gue!" teriak Adit.

Saat Adit benar-benar melayangkan sapunya ke arah Cakra, sontak Cakra terbelalak dan bergerak mundur dengan cepat. Astaga, ia benar-benar diserang!

"Stop!" teriak Luna yang langsung melindungi tubuh Cakra, ia berdiri di depan Cakra.

Adit dengan tampang marahnya tampak heran karena Luna malah melindungi pria yang sudah membuatnya menangis.

"Adit! Lo apa-apaan sih?!" tanya Luna dengan mata melotot.

"Lo yang apa-apaan? Kenapa malah ngelindungin orang yang bikin lo nangis?" tanya Adit.

"Turunin dulu sapunya, entar gue jelasin," jawab Luna.

Adit menurut, ia menurunkan sapu yang masih ia todongkan ke arah Cakra.

Kini mereka bertiga berkumpul di sofa ruang tamu. Luna duduk bersebelahan dengan Cakra, sedangkan Adit duduk di hadapan mereka.

Adit melipat tangan di depan dada, lelaki yang belum lama punya KTP itu sedang sok-sokan menatap Cakra dengan raut galak dan mata tajamnya.

"Cepet jelasin!" suruh Adit kepada Luna.

Luna menatap Cakra sejenak. Terlihat pria itu tampak gugup di hadapan Adit. Oh, astaga, jangan bilang Cakra takut kepada Adit?

"Uhm ... jadi gini. Waktu itu, gue emang nangis gara-gara Pak Cakra," tunjuk Luna ke arah Cakra. "Dan sekarang, singkatnya gue udah baikan sama dia."

Adit mengernyit. "Cepet amat?" herannya.

"Ya gitu deh," kata Luna. "Ada beberapa hal yang mau gue omongin sama Pak Cakra, lo bisa pergi dulu?"

Terpaksa, Adit beranjak dari duduk. Ia sebenarnya belum rela pergi, ingin berbincang dulu dengan Cakra. Namun, sepertinya Luna memang ada hal penting yang mau dibicarakan dengan Cakra hanya berdua.

"Lo! Awas aja kalau sakitin Kak Luna! Habis lo di tangan gue!" ancam Adit sambil menunjuk Cakra.

Setelahnya, Adit berjalan pergi dari sana, tak lupa membawa sapunya.

"Maafin adik saya yang nggak sopan, ya, Pak," kata Luna sambil menatap Cakra.

"Saya yang harusnya minta maaf, Lun. Wajar aja adik kamu sampai segitunya, kan kakaknya udah dibuat nangis sama saya," ujar Cakra dengan perasaan bersalah.

Luna terdiam, kini ia menatap Cakra dengan memutar tubuhnya menghadap Cakra sepenuhnya.

"Pak Cakra beneran suka sama saya? Tapi kenapa?" tanya Luna.

"Saya ... nggak mau kehilangan kamu," jawab Cakra sambil meraih tangan Luna dan menggenggamnya.

"Bukan cuma karena Apin?" tanya Luna.

"Bukan. Saya mau kamu buat diri saya sendiri, terlepas ada Apin atau enggak, saya bakal tetep mau kamu. Saya sadar ternyata selama ini udah sayang sama kamu, suka, cinta, atau apalah sebutannya, menurut saya sama aja. Saya mau kamu sepenuhnya buat diri saya."

Luna mengerjap, terdiam memandang Cakra sambil berusaha mencerna ucapan panjang pria itu.

"Apin emang suka sama kamu. Tapi saya sadar kalau saya butuh kamu bukan cuma karena Apin, tapi juga karena diri saya sendiri. Saya mau kamu, Lun. Buat jadi pendamping hidup saya, Mama buat anak-anak saya, dan—"

The Hot Lecturer Wants Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang