"Sebenci bencinya seseorang kepadamu, sesungguhnya jauh di dalam hatinya ia sendiri tidak ingin membencimu, akan ada saat dimana hatinya mengutarakan isinya yang paling dalam"
"Anak ini harus di bawa kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, semoga hasil pemeriksaan saya tidak benar" ucap penjaga uks
"Emangnya hasil pemeriksaan ibu apaan ya?" Tanya Elvano
"Udah bilangin aja, ga usah banyak tanya" kata penjaga uks
"Ibu ga seru, mainnya rahasia rahasiaan" kata Elvano
"Dia anak siapa sih?" Tanya penjaga uks itu pada Azka
"Ga tau bu, orangtuanya ga gini, mungut di kolong jembatan, mungkin" kata Azka lalu menghampiri Aksa
"Anak pungut teriak anak pungut" sinis Elvano
"Si paling anak pungut" kata penjaga uks
"Ibu keluar dulu, jangan lupa telepon orang tuanya biar di bawa ke RS" ucap penjaga uks lalu keluar
Brak
"Ibunya kaga nyelow" ucap Elvano lalu menghampiri Azka dan Aksa
"Eh? Ka, gimana ini? Mau telpon om Gilang?" Tanya Elvano
"Papa ga bakal datang kalo gue bilang Aksa sakit"
"Bener juga" kata Elvano
"Om Tama ga sibuk?" Tanya Azka
"Ya sibuk lah bego, bokap gue tuh dokter bukan pengangguran kek lo"
"Nah"
"Apaan?"
"Bokap lo kan dokter, Aksa diperiksa om Tama aja"
"Lah? Kenapa ga kepikiran ya" kata Elvano
"Emang lo bisa mikir?"
"Sialan!"
"Shh"
Azka dan Elvano menoleh pada Aksa yang baru sadar itu
Aksa hendak duduk tapi-
"Tiduran aja dulu dek" kata Azka
Aksa yang memang sedang pusing itu hanya mengangguk
"Ke rumah sakit ya?"
"Ga ka"
"Ga ada penolakan" kata Azka
"Lah? Kalo ga ada penolakan ngapain nanya curut?"
"Basa basi"
"Sa, pilih satu, kaka lo ini mending di jual apa di buang, eh tapi di jual aja deh, lumayan kan uangnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Aksa
RandomBukan kisah seorang badboy yang bertemu dengan perempuannya, bukan kisah benci yang menjadi cinta, bahkan bukan kisah sahabat kecil yang mejadi teman pendamping sehidup semati. Kisah ini, kisah kehidupan Aksa yang menghadapi keluarganya