Hari ini adalah hari dimana Aksa akan mengetahui apa yang terjadi pada dirinya
Azka dan Aksa sudah berada di rumah sakit, awalnya Elvano ikut tetapi ia tiba tiba ditelepon ibunya untuk menemaninya belanja bulanan
Azka melirik ke arah Aksa yang sedang gelisah itu
"Kenapa?" Tanya Azka lembut
"Takut" cicit Aksa
"Jangan takut ya? Apapun hasilnya, kaka bakal ada buat kamu"
"Makasih ka"
Azka mengangguk sambil tersenyum, tak lama mereka masuk kedalam ruangan dokter Tama itu
Ceklek
Tama mengalihkan atensinya pada Azka dan Aksa yang berada di depan pintu itu
"Masuklah"
Azka dan Aksa masuk lalu duduk dihadapan dokter itu sekaligus paman mereka sendiri
"Gimana om?" Tanya Azka
Tama menghela nafasnya lalu-
"Papa kalian kemana? Kalian ga bilang?" Tanya Tama yang tidak tahu permasalahan keluarga Altezza itu, berbeda dengan Elvano yang mengetahuinya
"Bilang ko om, tapi papa lagi diluar kota" jawab Azka tidak sepenuhnya bohong karena Gilang memang sedang berada di luar kota
"Kalau begitu tunggu papa kalian saja"
"Tapi om kita udah jauh jauh loh"
"Baiklah, tapi berjanji pada om, setelah kalian mengetahui hasilnya, tolong jangan sedih, dan terima hasilnya "
"Iya om" jawab Aksa
Tama memberikan amplop yang berisi kesehatan Aksa itu, Azka dan Aksa membuka amplop itu bersama
Leukimia stadium 3
"Om? Ini bohongkan?" Tanya Azka
" Tidak, itu benar"
"Gak, gak mungkin, pasti ini ketuker"
" Tidak Azka, om sudah bilang tadi, tolong terima hasilnya"
"Tapi masih bisa sembuhkan?" Tanya Azka
"Kemungkinannya kecil, tapi Aksa bisa mengikuti kemoterapi atau radioterapi" kata Tama lalu melirik pada Aksa yang sedari tadi terdiam
"Bagaimana? Aksa mau ikut kemoterapi atau radioterapi?" Tanya Tama
"Gak dua duanya?" Ragu Aksa
"Yak! Kenapa ga mau?!" Tanya Azka
"Soalnya percuma bukan? Manusia bakal mati cepat atau lambat, cuman masalah waktu aja" jawab Aksa
"Tapi setidaknya kamu harus berusaha untuk bertahan Aksa" kata Tama
"Kalo aku ga mau?"
Hening, tidak ada yang menjawab
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Aksa
RandomBukan kisah seorang badboy yang bertemu dengan perempuannya, bukan kisah benci yang menjadi cinta, bahkan bukan kisah sahabat kecil yang mejadi teman pendamping sehidup semati. Kisah ini, kisah kehidupan Aksa yang menghadapi keluarganya