Elvano berjalan di koridor rumah sakit, ia mendapatkan kabar bahwa Aksa masuk rumah sakit
Ceklek
"Pagi" sapa Elvano
"Kak vano? Ko bisa disini?"
"Kaka dikasih tau ni curut kalo kamu sakit"
"Lo bilang apa?"
"Curut"
"Bilang sekali lagi gue tendang lo"
"Curut" bukan Elvano namanya jika menuruti setelah dikasih ancaman
"Sini lo bocah!" Kata Azka mengejar Elvano
Beruntungnya tidak ada pasien lain di kamar ini, karena Azka yang memasuki Aksa ke kamar vip
"Hahahaha, kejar gue kalo bisa"
"Wah, nantangin nih bocah"
"Apa lo curut?"
"Dasar bocah"
"Kak, ini rumah sakit, jangan ribut" kata Aksa
"Tuh dengerin apa kata Aksa" kata Elvano
"Lah?"
"Lah?"
"Lah?" Noh kan Aksa juga jadi ikutan
Hening beberapa saat, sampai mereka tertawa menertawakan ke-bego-an mereka
Lihat, bahagia itu sederhana kan? Tidak perlu mencari kebahagiaan, kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya
Tawa mereka terhenti saat sesuatu mengalir di hidung Aksa
"Bentar, gue panggilin dokter" panik Elvano
Azka mengambilkan sapu tangan untuk mengusap darah yang keluar dari hidung Aksa itu
Dokter masuk ke ruangan, kali ini bukan Tama yang memeriksa, Azka dan Elvano keluar ruangan, mereka membiarkan dokter itu menangani Aksa
Ceklek
Dokter keluar setelah memeriksa Aksa
"Wali pasien?" Tanya dokter
"Saya" jawab Azka
"Begini, kondisi pasien sudah semakin memburuk, jika melakukan kemoterapi sepertinya sudah terlambat, saya menyesal telah mengatakan ini, tapi keluarga pasien harus tau ini"
Azka tidak membalas perkataan dokter itu, lidahnya terasa kaku untuk bicara, Elvano yang melihat Azka tidak memberikan tanggapan pada dokter itu pun langsung membalasnya
"Terimakasih dok" kata Elvano
Dokter itu pergi meninggalkan Azka dan Elvano
"Gue harus gimana? Gue ga mau kehilangan Aksa" lirih Azka
"Lo yang sabar ya?"
"Gue ga mau, bahkan kalo bisa di tukar, gue mau gantiin Aksa"
Elvano tidak menjawab, ia bingung ingin menjawab apa, yang ia lakukan sekarang hanya menepuk punggung Azka guna memberinya semangat
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Aksa
RandomBukan kisah seorang badboy yang bertemu dengan perempuannya, bukan kisah benci yang menjadi cinta, bahkan bukan kisah sahabat kecil yang mejadi teman pendamping sehidup semati. Kisah ini, kisah kehidupan Aksa yang menghadapi keluarganya