Hai!
Welcome to my universe💚
Happy reading^^
•••
Kalau diceritakan mungkin sudah menjadi ratusan episode dalam film, namanya Nathan Alvino alias Nano. Seorang laki-laki yang suka jus wortel dan lagu fly me to the moon. Sudah cueknya minta ampun ditambah kalau ngomong sangat pedas, terkesan tidak memikirkan perasan orang lain. Dia sangat menyebalkan, benar-benar menyebalkan. Mungkin jika kamu menemuinya kamu akan terus mengelus dada.
Astaga, saking excited-nya aku lupa berkenalan. Namaku Hera Sandyakala, panggil saja Hera. Seperti arti nama, aku sangat suka senja dengan segala rahasianya. Rahasia mengapa sinarnya begitu cantik, padahal hadirnya singkat.
Brak!
"Kalau jalan pakai mata!" ujar seorang laki-laki yang langsung merapikan kembali bukunya yang bercecer di lantai, sedang diriku sudah terduduk dengan mengumpat kesal. Bukankah dia yang tidak memperhatikan jalan. Lantas kenapa dia yang mengomel, menyebalkan. "Jelas, kalau pakai hati namanya jatuh cinta."
Tanpa kuduga dia berseru sedikit keras, "Najis!" Hingga beberapa anak yang berada di sekitar kami menoleh.
Dasar, Nano gila! Dia musuh terbesarku di sekolah apalagi ketika pelajaran. Banyak guru yang memberikan perhatian lebih kepadanya, ya meski kuakui dia pintar. Ah, tidak. Lebih tepatnya multitalenta. Sudah pintar di bidang pelajaran, Nano juga lihai di bidang olahraga terutama tenis meja.
Lupakan soalnya, gegara tak sengaja tabrakan sekarang aku lupa tadi Cesya pesan apa. Mataku terus melihat daftar menu yang ditempel di gerobak bu Iga, ibu kantin yang paling baik dan rajin menabung terutama menabung pahala hahaha.
"Mau pesen apa, Neng?" tanyanya dengan tangan masih lihai memasukkan bumbu masakan ke wajan. "Kalau siang-siang enaknya apa, Bu?"
Konyol, malah minta rekomendasi darinya padahal aku tahu bu Iga sangat sibuk. Selain memasak, dia juga melayani beberapa siswa yang pesan makanan.
Namun, dengan sabarnya dia tetap menjawab. "Gado-gado sama teh manis dingin enak tuh, Neng."
Terasa menggoyang lidah, setelah memesan aku kembali ke meja kantin yang tadi sudah ditempati salah satu sahabatku, Cesya Karisma Putri.
"Lo abis tabrakan sama Nano? Sumpah beneran terjadi? Gimana grogi nggak? Avv, secara tabrakan sama most wanted sekolah." Cesya sangat cerewet, tidak bisa diam, kang julid, dan yang terpenting dia selalu penasaran. Namun, dia tetap sahabat terbaik yang kumiliki. Sudah 12 tahun kita bersama.
"Boro-boro grogi yang ada makan ati," sahutku sembari mendaratkan bokong di kursi kantin, kemudian memangku wajah dengan kedua tangan. Rasa kesal ini masih terasa, ingin sekali mencabik-cabik wajah watados Nano setelah momen tadi. "Awalnya makan hati, lama-lama awas bisa jatuh hati!"
Aku membulatkan mata sembari mengetuk meja tiga kali, "Amit-amit dah!"
"Siang bini-bini gue!" sapa seorang cowok langsung duduk di depanku, tepatnya di samping Cesya. Dia membawa sebungkus batagor dengan es cekek di tangan kirinya. "Bini-bini! Kepala lo peyang!"
Satu toyoran mendarat dengan sempurna di kepalanya, terdengar suara rintihan dari mulut laki-laki itu. Aku yang mendengarnya pun berkata, "Lebai amat lo Alun-alun!"
"Nama gue Arundaya, bego! Percuma bokap gue pusing nyari nama di google kalau ujung-ujungnya lo panggil alun-alun!" Arundaya atau biasa kami panggil Alun nampak kesal, hari ini impas. Dibuat dan membuat kesal. "Cielah, emang zaman semono udah ada google?"
"Ada, cuma google-nya berbentuk prasasti," bantahnya dengan cepat. "Edan!" umpat Cesya.
"Udahlah, ngapain ngomongin nama gue ege! Eh, lo tahu kemarin si Syifa bikin story," ucap Alun seperti mengajak orang untuk ghibah dan bod*hnya kita penasaran dan agar merapat. "Story apa lagi? Gilak, gue di privasi keknya."
"Her, lo kalau gue ajak ghibah jangan liat orangnya!" Alun menarik kepalaku, agar mata ini tidak melihat ke arah gerombolan kakak kelas perempuan yang menguasai kantin. "Hera! Nama gue Hera bukan Heri. Lagipula Syifa nggak ada di sana."
"Biasanya di sana, caper sama mereka! Pengen kadi penguasa juga kayaknya," sahut Cesya apa adanya.
.
.
.
.
Kenalan dulu sama Hera, Nano, Cesya, dan Alun🤣Okay, see you next chapter💚
28 November 2022
♡´・ᴗ・'♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna untuk Hera [END]
Teen Fiction"Kalau jalan pakai mata!" -Nathan Alvino. "Jelas, kalau pakai hati namanya jatuh cinta." -Hera Sandyakala. Sudah dipastikan se-menyebalkan apa dirinya. Mentang-mentang siswa kesayangan guru, omongannya pedes terutama ke perempuan. Tidak ada yang bis...