9 | Berusaha Menembus Dari Dalam

949 96 1
                                    

Sasmita terus berjalan bolak-balik tak tentu tujuan, sejak tahu kalau makhluk yang dikirimnya untuk merenggut janin dalam kandungan Naya gagal melakukan tugasnya. Makhluk itu justru melukai rahim seorang perawan, yang belum ia ketahui siapa orang yang rahimnya terluka itu. Putri dari Larasati yang ia tahu masih perawan ada empat orang, dan putri dari Arini yang masih perawan hanya tinggal satu. Saat ini semuanya akan bergantung pada hasil kerja makhluk itu terhadap ritual tumbal janin yang Sasmita lakukan. Makhluk itu harus berhasil membunuh perawan yang rahimnya telah dilukai, atau semua usaha Sasmita selama ini akan hancur berantakan.


"Apakah ada yang harus saya lakukan agar Nyonya bisa jauh lebih tenang?" tanya Hardi--pelayan setia Sasmita.

"Kamu tidak akan bisa menembus menara milik Keluarga Harmoko seperti yang tadi kita lakukan. Penjagaan di menara itu sekarang sudah jelas akan menjadi lebih ketat berkali-kali lipat daripada sebelumnya. Aku hanya sedang merasa takut, kalau ternyata yang rahimnya terluka adalah Yvanna. Kalau sampai dia yang rahimnya terluka, maka sudah jelas aku akan menghadapinya ketika dia berhasil mengalahkan makhluk yang kukirimkan," jawab Sasmita sambil menatap ke arah jendela untuk mengawasi jalanan di sekitar rumahnya.

"Bagaimana kalau ternyata bukan Yvanna Harmoko yang rahimnya terluka, Nyonya?"

"Maka segalanya akan baik-baik saja karena meski Yvanna berusaha menemukanku, dia tetap tidak akan bisa menemukanku. Aku justru akan menjadi lebih mudah menyerang Naya dan merenggut janinnya disaat dia merasa berduka jika salah satu saudarinya mati. Setelah janin Naya berhasil kurenggut dan Naya tidak akan lagi bisa punya anak, maka Keluarga Harmoko akan hancur begitu pula dengan Keluarga Adriatma," harap Sasmita, masih saja tidak mau berhenti meski sudah melakukan kesalahan sejak awal.

Hardi mendengarkan dengan baik, ia juga tak menyela ucapan Sasmita mengenai harapan-harapannya. Karena jujur saja, ia juga mengharapkan hal yang sama terhadap Keluarga Harmoko dan juga Keluarga Adriatma. Sakit hatinya bertahun-tahun yang lalu harus terbayarkan melalui ambisi Sasmita. Ia tak boleh membiarkan Yvanna akhirnya bersanding dengan Ben, meski akhir-akhir ini ia sering melihat mereka berdua jalan bersama-sama saat akhir pekan tiba. Penolakan Keluarga Harmoko atas lamarannya terhadap Yvanna dengan alasan bahwa Yvanna sudah dijodohkan dengan putra Keluarga Adriatma yang tak lain adalah Ben, membuatnya sangat merasa marah. Yvanna yang memang sejak dulu selalu saja bersikap dingin terhadap Hardi, terdukung oleh keluarga besarnya yang hanya ingin Yvanna menikah dengan Ben Adriatma. Hal itu jelas membuat Hardi sakit hati, dan yang memperparah sakit hati itu adalah Yvanna yang tetap bersedia berada di sisi Ben meski dulu pernah disakiti oleh pria itu.

"Katakan Nyonya, apa yang bisa saya lakukan untuk anda saat ini? Saya bisa saja datang ke menara milik Keluarga Harmoko tanpa membawa-bawa apa pun yang berkaitan dengan anda. Saya bisa mengorek informasi secara diam-diam dari mereka semua, lalu melaporkannya kepada anda," ujar Hardi, menawarkan diri.

Sasmita pun mengalihkan tatapannya dari jendela ke arah Hardi. Ia pun mulai kembali tersenyum dengan cantik, lalu berjalan menuju ke arah pria itu.

"Kamu memang satu-satunya orang yang paling mengerti apa keinginanku. Maka dari itulah aku mempertahankanmu sampai detik ini di sisiku," ujar Sasmita sambil menepuk-nepuk pundak Hardi.

Hardi mendengarkan tanpa menyela.

"Kalau memang penawaranmu itu bisa membuatku tahu banyak informasi dari dalam menara milik Keluarga Harmoko, maka lakukanlah. Aku memberimu izin," lanjut Sasmita.

"Baik, Nyonya. Akan segera kukabari anda jika ada informasi yang kudapatkan," pamit Hardi yang kemudian segera beranjak dari rumah megah milik Sasmita.

Sasmita beranjak menuju tempat ritualnya yang masih dalam kondisi berantakan setelah makhluk kirimannya membuat kesalahan fatal. Bunga-bunga dan sesajen berhamburan di atas permadani, diikuti oleh tumpahnya air yang tadi ada di dalam bejana emas. Seharusnya bejana itu kini sudah terisi oleh janin milik Naya, jika saja tidak terjadi kesalahan. Seharusnya Sasmita kini sudah bisa menumbalkan janin itu agar ia mendapatkan kecantikan yang lebih luar biasa serta kekayaan yang lebih berlimpah. Sayangnya, ia harus menunda lebih dulu keinginannya itu karena kesalahan yang dilakukan oleh makhluk kirimannya.

"Tunggu saja, aku pasti akan bisa merenggut janin yang ada di dalam kandungan Naya. Aku akan menghancurkan dua wanita yang sejak dulu selalu saja hidup penuh keberuntungan. Laras ataupun Arini, takkan kubiarkan mereka berbahagia selama aku masih hidup," desis Sasmita, penuh dendam.

Hardi kini sudah meninggalkan rumah Sasmita dan menuju ke menara milik Keluarga Harmoko. Ia sudah menyiapkan kado untuk Tio, dan berniat memberinya selamat atas pernikahannya hari ini. Ia berencana ke sana sekaligus menunjukkan diri di depan Ben, bahwa dirinya kali ini akan segera membuat Yvanna menjadi miliknya. Dia ingin menatap langsung ke arah pria itu dan menyatakan diri sebagai pesaing yang cukup kuat.

Mobil yang dibawa oleh Hardi tiba di gerbang utama menara milik Keluarga Harmoko setelah satu jam lebih perjalanan ditempuh. Satpam yang menjaga gerbang menghentikannya dan tak segera membukakan gerbang tersebut. Hardi membuka kaca mobilnya dan memberi tanda pada satpam tersebut untuk membukakan gerbang. Namun sayangnya satpam tersebut sama sekali tidak bergerak dari posisinya dan bahkan tidak menggubris tanda dari Hardi. Hal itu membuat Hardi langsung turun dari mobilnya dan mendekat pada satpam tersebut.

"Buka gerbangnya!" perintah Hardi.

"Maaf, kami diperintahkan untuk menolak siapa pun tamu yang datang," jawab satpam tersebut.

"Siapa yang memberi perintah seperti itu??? Kamu tidak tahu siapa aku, hah???" bentak Hardi begitu keras.

"Cukup!!!" teriak Pram yang saat itu tengah ditemani oleh Narendra dan Bagus berkeliling menara.

Wajah Hardi pun memucat saat melihat sosok Pram yang tidak pernah diduganya akan berada di menara milik Keluarga Harmoko. Pram berjalan mendekat ke arah gerbang, namun tetap tidak meminta satpam untuk membukanya.

"Aku yang memerintahkan pada mereka! Kenapa? Tidak suka dengan perintahku itu? Kalau tidak suka pergi dari sini, dan jangan pernah kembali lagi!" tegas Pram, sangat marah.

"Yah, sudah. Ayo, sebaiknya kita masuk saja," bujuk Narendra.

"Benar, Paman. Sebaiknya kita masuk saja ke dalam," tambah Bagus, ikut membujuk Pram.

"Anak itu dari dulu sudah sangat kurang ajar! Dengan sikapnya yang seperti itu lalu dia berharap ingin jadi menantu di Keluarga Harmoko dan menikahi Yvanna! Terlalu tinggi mimpinya! Dia bahkan tidak bisa bicara dengan halus seperti yang Ben lakukan, berani sekali bermimpi ingin jadi Suami Yvanna! Tidak akan pernah sudi aku merestui kalau kelakuannya seperti itu! Kepada satpam saja dia sudah berani bicara kasar, apalagi terhadap Yvanna!" Pram tidak berhenti mengomel di sepanjang jalan menuju menara.

Hardi mendengar hal itu dengan sangat jelas dan ia sadar kalau cara biasa takkan bisa membuatnya mengalahkan Ben untuk bisa menikahi Yvanna.

"Tunggu saja, aku akan membuat Yvanna menjadi milikku! Tak peduli jika aku harus membunuh seluruh anggota keluarganya!" batin Hardi.

* * *

TUMBAL JANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang