24 | Ajian Api Pelebur

908 92 0
                                    

"Untuk apa kamu tanyakan lagi, Hardi? Sudah jelas kalau kamu sama sekali tidak berarti baginya. Dia itu memiliki sifat yang sama persis seperti Ayahnya, Narendra Harmoko! Dulu Rendra juga begitu terhadapku. Dia tidak memberikan satu kesempatan pun untuk diriku dan hanya memberikan kesempatan bagi Laras!" Sasmita membuka yang terjadi di masa lalu.


"Oh, begitu rupanya. Alhamdulillah, Ya Allah. Itu tandanya Ayahku jelas masih sangat waras karena lebih memilih menikahi Ibuku, daripada manusia pengikut Iblis macam dia," tanggap Manda, yang lidah tajamnya sulit dikendalikan.

Tika--yang biasanya akan langsung memberikan ceramah jika Manda sudah mulai bersuara--kini lebih memilih tersenyum-senyum saja di tempatnya sambil memperhatikan situasi. Sasmita tampaknya merasa geram ketika mendengar apa yang Manda katakan.

"Itu karena Ayahmu bodoh! Dia bisa saja memilih wanita mana pun yang tidak memiliki hubungan kerabat jauh dengannya. Dia juga bisa memilih wanita lain yang memiliki nama keluarga berbeda, toh pada akhirnya jika wanita lain menikah dengannya maka nama belakangnya akan mengikuti nama belakang yang dia miliki. Tapi bodohnya, dia justru memilih Ibumu yang ternyata masih memiliki hubungan kerabat jauh dan memiliki nama keluarga yang sama dengannya! Itu pun dia lakukan karena merasa Ibumu sangat cantik! Hanya itu alasannya!" Sasmita benar-benar mengutarakan kemarahannya terhadap Narendra Harmoko.

Lili kini menatap ke arah Yvanna, Tika, dan juga Manda dari belakang. Ia ingin tahu, apakah ada di antara ketiga Kakak perempuannya itu yang akan membalas ucapan Sasmita. Namun keadaan justru semakin hening karena tak ada satu pun yang membuka mulut mereka. Yvanna jelas diam saja karena sedang mempersiapkan sesuatu untuk Sasmita, sementara Manda dan Tika tampaknya akan mengurus Hardi jika pria itu hendak mencoba menghalangi langkah Yvanna.

"Siapa yang bilang kalau Ayahku memilih Ibuku hanya karena kecantikannya?" Lili memutuskan buka suara. "Ayahku memilih Ibuku karena Ibuku memiliki kebaikan hati, sifat penyayang, sifat penyabar, dan juga sangat bijaksana. Kecantikan Ibuku hanyalah bonus. Tapi sudah jelas, bonus itulah yang membuat hidup Ayahku sangat berbahagia sampai detik ini di sisi Ibuku."

Sasmita benar-benar merasa semakin geram, karena amarah yang ia ungkapkan terus saja mendapat balasan dari anak-anak Keluarga Harmoko. Seharusnya mereka saat ini sudah tersulut oleh amarah, karena sejak tadi Sasmita telah berusaha menjelek-jelekkan Larasati tanpa berusaha memperhalus kata-katanya. Namun entah mengapa mereka tampaknya tidak peduli dengan apa yang Sasmita katakan tentang Larasati. Mereka justru menanggapinya secara positif, seakan telah terbiasa mendengar orang lain menjelek-jelekkan ibu mereka.

"Jangan memamerkan apa pun yang menyangkut hubungan Laras dan Rendra di depanku!!! Aku yang seharusnya ada di posisi Laras saat ini!!! Karena aku adalah orang yang lebih dulu menaruh perasaan terhadap Rendra, bukan Laras!!!" teriak Sasmita, yang kemudian mencoba menyerang ke arah keempat putri Keluarga Harmoko.

STASHH!!!

Yvanna dengan cepat menangkis serangan dari Sasmita agar tak melukai Tika, Manda, ataupun Lili. Wanita itu memberikan serangan balik melalui ajian endap raga yang sejak tadi telah ia siapkan dalam diamnya.

"Arrrggghhh!!! Apa ini??? Lepaskan aku anak ingusan!!!" teriak Sasmita yang kini tak bisa lagi bergerak bebas sambil menahan rasa sakit akibat terkena ajian yang Yvanna berikan.

Hardi hendak mendekat ke arah Sasmita agar bisa membantunya terlepas dari ajian endap raga yang Yvanna berikan. Namun langkah pria itu harus kembali terhenti ketika Tika, Manda, Jojo dan Zian maju ke hadapannya.

"Yang berilmu akan mengurus yang berilmu. Kamu yang hanya manusia biasa, akan menghadapi kami malam ini," ujar Zian.

Hardi memperhatikan gerakan setiap orang yang sedang mengepungnya saat itu. Manda dan Tika mengeluarkan pistol mereka, lalu mengarahkannya kepada Hardi.

"Kalau kamu tidak menyerah secara baik-baik, maka kami tidak akan segan-segan melepaskan timah panas ke salah satu bagian tubuhmu," tambah Tika, tak main-main dengan ancamannya.

"Tidak semudah itu, jika kalian ingin aku menyerah!" balas Hardi dengan lantang.

Hardi ingin menyerang ke arah Manda dan Tika, namun Zian dan Jojo menghalangi hingga akhirnya mereka berkelahi dengan sengit. Lili masih terdiam di tempatnya bersama Aris ketika ular putih yang sejak tadi disebut-sebut oleh Zian, Jojo, dan Aris muncul dari dalam rumah persembunyian Sasmita. Yvanna dan Ben mendekat ke arah Sasmita, sementara ular putih itu kini melata ke arah tempat Aris berada. Ular putih itu kini menggulung tubuhnya seakan tengah meringkuk, tepat di sisi kaki kanan Aris. Kepala ular itu tampak sangat berat karena adanya batu-batu merah delima pada mahkota emasnya.

Yvanna meraih tumpukan keping bejana emas yang ia hancurkan ketika mengirim balik makhluk urusan Sasmita. Sasmita ingin sekali meraih kepingan-kepingan bejana itu dari tangan Yvanna, karena ia tahu bahwa Yvanna akan menghancurkannya untuk membuat Sasmita tak lagi bisa melakukan ritual tumbal janin.

"Jangan coba-coba hancurkan bejana emas milikku!!! Jangan coba-coba!!!" bentak Sasmita, histeris.

Ben menatap ke arah Yvanna yang kini tengah menatap ke arah Sasmita. Sesekali Ben mengawasi perkelahian antara Zian, Jojo, dan Hardi di depan sana.

"Kenapa? Kamu takut mati?" tanya Yvanna.

Wajah Sasmita tampak benar-benar marah ketika sadar bahwa Yvanna sudah tahu mengenai titik lemahnya.

"Kenapa? Kamu kaget, karena aku tahu tentang kunci dari pesugihan meteng tembean yang kamu lakukan? Kamu seharusnya tidak perlu merasa kaget begitu, Sasmita. Kamu tahu betapa cerdasnya Ibuku sejak kalian saling mengenal ketika masih remaja. Maka seharusnya kamu sadar, bahwa kecerdasan itu juga bisa menurun pada anak-anaknya," ujar Yvanna.

Satu keping bejana emas yang paling kecil mulai dimusnahkan oleh Yvanna menggunakan ajian api pelebur.

"Tidak!!! Tidak, Yvanna!!! Jangan musnahkan!!! Aku bisa mati, Yvanna!!!" mohon Sasmita dengan panik.

Kepingan bejana emas itu pun musnah dalam sekejap di depan mata Sasmita. Beberapa batu merah delima yang ada pada mahkota emas milik ular putih pun hancur dan menimbulkan suara pecahan yang begitu keras.

"Apa kamu tahu, kalau aku juga sempat merasa ketakutan ketika menerima firasat tentang Naya dan calon bayinya? Kalau boleh jujur, aku jauh lebih merasa takut ketika mendapat firasat itu ketimbang menghadapi kematian," desis Yvanna, terdengar begitu dingin.

Kedua mata Sasmita kini membola saat menyadari bahwa Yvanna datang ke hadapannya untuk memberinya siksaan. Wanita itu benar-benar tidak tertebak, sehingga siapa pun tidak akan pernah tahu apa tujuannya ketika berada di hadapan seseorang.

"Yvanna ... ampuni aku, Yvanna. Maafkan aku. Aku ... aku tidak akan lagi mengusik anggota keluargamu. Aku mohon, Yvanna. Tolong jangan siksa aku," ratap Sasmita, yang kini telah berada di ambang rasa putus asa.

* * *

TUMBAL JANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang