11 | Permintaan Yang Harus Dipenuhi

939 100 3
                                    

Yvanna--pada alam bawah sadarnya--kini sedang memusatkan seluruh energi yang tersisa di dalam tubuhnya. Sosok khodam yang menyerupai Almarhumah Neneknya tetap berada di sisinya selama ia tak melihat keadaan sekitar. Hal itu jelas menandakan bahwa Yvanna akan selalu dijaga, meskipun sedang tak memusatkan perhatiannya ke arah makhluk yang saat ini menjaga rahimnya agar tetap terkunci.


Suara-suara lantunan ayat suci Al-Qur'an membuat keadaan di sekitar Yvanna terasa sangat hangat. Ketenangan yang Yvanna harapkan ketika memusatkan seluruh energinya akhirnya benar-benar terkabul dengan adanya suara-suara itu. Yvanna mengenali semua suara yang terdengar di telinganya tersebut, membuat keyakinannya semakin besar bahwa ia bisa mengalahkan makhluk kiriman dari Sasmita.

Kedua mata Yvanna kini kembali terbuka. Sosok khodam yang mendampinginya terlihat senang karena ajian pemusnah yang Yvanna siapkan sejak tadi telah benar-benar matang.

"Sekarang aku akan mendekat ke arah makhluk itu," ujar Yvanna.

"Aku akan ada di belakangmu. Majulah dan jangan merasa takut. Jika ada sedikit saja rasa takut di dalam hatimu selain takut kepada Allah, maka makhluk itu akan dengan mudah berbalik mengalahkan ajian pemusnah yang telah kamu siapkan untuknya."

"Insya Allah aku tidak akan pernah merasa takut, kecuali kepada Allah," balas Yvanna yang kemudian mulai beranjak mendekat ke arah makhluk kiriman Sasmita berada.

Makhluk itu tampaknya tahu kalau Yvanna adalah pemilik rahim perawan yang saat ini tengah ia kunci. Tatapan makhluk itu ke arah Yvanna terlihat sangat buas dan siap untuk mencabik-cabik Yvanna dari alam bawah sadarnya.

"Sasmita mengirim sosokmu dengan sengaja? Apakah dia sudah tahu kalau aku adalah yang berhasil kau lukai rahimnya dan bukan Naya?" tanya Yvanna, sangat tenang.

Makhluk itu menggeram di tempatnya.

"Kamu ... kamu adalah orang yang telah membuatku gagal menjalankan perintah Tuanku! Aku akan membalasmu dengan terus mengunci rahim perawan milikmu ini, agar kamu tahu rasanya menjadi mandul seumur hidup meski ragamu selalu sehat!" desis makhluk itu.

"Hm ... itu ancaman yang cukup menakutkan bagi wanita yang ingin sekali punya anak. Kalau begitu mari kita sama-sama lihat, seberapa lama kamu bisa membuat rahimku terkunci seperti saat ini," balas Yvanna, terdengar tak peduli dengan ancaman dari makhluk itu.

Makhluk itu cukup bingung dengan apa yang Yvanna katakan. Seharusnya saat ini Yvanna memohon padanya agar rahimnya tidak dikunci lagi. Biasanya semua korban yang sedang ia serang selalu memohon-mohon terhadapnya sehingga membuat mereka menjadi lemah dan mudah untuk diambil rahim serta isinya. Namun jawaban Yvanna menunjukkan kalau wanita itu tidak peduli soal rahimnya yang akan terkunci selamanya. Yvanna tampak jauh lebih peduli untuk membuat makhluk itu tersingkir dan bisa dikembalikan kepada Sasmita sebagai si pengirim.

"A'udzubillah himinas syaitonnirojim. Bismillahirrahmanirrahim. A‘uudzu biwajhillaahil kariim, wabikalimaatillaahit-taammaatil-latii laa yujaawizuhunnaa barrun wa faajirun, min syarri maa yanzilu minas-samaa’i, wa min syarri ma ya‘ruju fiihaa, wa min syarri maa dzara’a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minhaa, wa min syarri fitanil-laili wan-nahaari, wamin syarri thawaariqil-laili, wamin syarri kulli thaarinin illaa thaariqan yathruqu bi khairin, yaa rahmaan."

Yvanna pun berlari secara tiba-tiba dan menyerang makhluk itu tanpa aba-aba yang bisa diperhitungkan oleh si makhluk.

BLAAMMM!!!

Satu pukulan telak berhasil Yvanna daratkan tepat pada wujud makhluk itu bersamaan dengan ajian pemusnah yang sejak tadi sudah ia siapkan. Makhluk itu masih berharap bahwa di dalam hati Yvanna akan ada sedikit saja rasa takut yang bersarang di sana. Namun nyatanya, di dalam hati Yvanna hanya tersimpan keyakinan dan keberanian yang sulit untuk ditaklukkan oleh siapa pun.

"Kembali kau pada Sasmita dan katakan pada wanita tua itu bahwa Yvanna Harmoko akan datang membawa petaka untuknya," titah Yvanna.

BLARRRR!!! BOOMMM!!!

Bejana emas yang ada di ruang khusus ritual milik Sasmita meledak dan membuat bejana emas itu pecah berkeping-keping. Sasmita menatap ke arah makhluk yang dikirimnya yang telah dikembalikan oleh Yvanna beberapa saat yang lalu dengan wajah penuh ketakutan.

"Yvanna Harmoko akan datang ke hadapanmu dan membawa petaka untukmu," ucap makhluk itu sebelum akhirnya menghilang akibat terkena ajian pemusnah.

Di menara milik Keluarga Harmoko, semua orang yang tengah membaca Al-Qur'an di sekeliling tempat tidur yang Yvanna tempati mendadak merasa kaget luar biasa. Yvanna mendadak bangun dengan nafas terengah-engah seakan baru saja bangun dari tidur seperti biasanya. Tatapan Yvanna kini jatuh pada semua orang yang ada di sekelilingnya namun tak juga mengatakan apa pun. Pram masuk ke kamar itu bersama Narendra dan Larasati setelah Jojo memberi tahu mereka bahwa Yvanna sudah bangun. Yvanna langsung menatap ke arah Pram setelah sebelumnya menatap Ben begitu lama.

"Makhluk itu sudah berhasil kukembalikan pada Sasmita Rusdiharjo, Kakek. Rahimku tidak lagi terkunci, namun aku harus segera bersiap untuk mengejar Sasmita sebelum dia kembali melarikan diri dari tempat persembunyiannya saat ini," ujar Yvanna.

"Siapa yang membantumu dari alam bawah sadarmu, Nak?" tanya Pram dengan tenang.

"Khodam yang Almarhumah Nenek siapkan untukku sejak aku lahir, Kakek. Dia berwujud sama persis seperti Almarhumah Nenek," jawab Yvanna.

Pram pun kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu memberi izin kepada Larasati dan Narendra untuk mendekat kepada Yvanna. Yvanna memeluk kedua orangtuanya dengan erat serta kelegaan yang begitu luar biasa. Ben--tanpa sadar--kembali bisa tersenyum, meski hanya sekilas yang bisa dilihat oleh Pram serta yang lainnya. Tika, Manda, Lili, Tio, serta yang lainnya menatap ke arah Yvanna dari arah ambang pintu kamar tersebut.

"Kamu boleh langsung mengejar Sasmita sesuai dengan rencanamu," ujar Pram. "Hanya saja ... tolong penuhi satu permintaan Kakek sebelum kamu benar-benar kembali menginjak dunia luar, Yvanna."

Larasati dan Narendra melepaskan pelukan mereka dari Yvanna sambil menyeka airmata masing-masing.

"Apa yang harus Yvanna penuhi, Ayah? Dan kenapa Yvanna harus memenuhinya sekarang juga?" tanya Larasati.

"Ayah mendapat firasat tentang sesuatu yang tidak akan bisa Yvanna lawan di luar sana, dan firasat itu berhubungan dengan Hardi Wijoyo. Maka dari itu, Yvanna harus memenuhi apa yang Ayah katakan saat ini dan tidak boleh sama sekali menolaknya," jawab Pram sambil menatap ke arah luar jendela kamar itu.

"Katakan, Kakek. Apa yang harus aku penuhi untuk menghindari sesuatu yang tak bisa kulawan dari Hardi Wijoyo?" tanya Yvanna.

Pram terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya kembali berbalik dan menatap ke arah Yvanna seperti tadi.

"Menikahlah dengan Ben hari ini juga," jawab Pram yang kemudian mengalihkan tatapannya ke arah kepada Ben.

Tika pun terbelalak di tempatnya, begitu pula dengan Manda dan Lili.

"Lalu, bagaimana dengan Mas Surga? Selama satu setengah bulan terakhir ini, Yvanna selalu berkirim pesan dan menelepon pada Mas Surga. Jadi ... apa yang Yvanna harus katakan pada Mas Surga kalau akhirnya dia akan menikah dengan Ben?" tanya Tika secara terbuka.

* * *

TUMBAL JANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang