27 | Benar-Benar Mengering

943 95 0
                                    

Aris menatap mahkota emas pada kepala ular putih yang ada di sampingnya. Batu-batu merah delima yang ada pada mahkota itu kini hanya tersisa sedikit, setelah Yvanna menghancurkan kepingan-kepingan bejana emas milik Sasmita. Pesugihan meteng tembean yang dikerjakan oleh Sasmita tidak akan bisa lagi dilakukan, karena bejana emas milik wanita tua itu sudah tidak lagi utuh. Yvanna benar-benar menyiksanya perlahan-lahan, persis seperti tersiksanya perasaan semua orang yang berada di menara Keluarga Harmoko saat dirinya masih berada dalam kondisi koma. Lili ikut menatap ke arah ular putih yang ada di sisi kanan Aris, karena merasa kasihan dengan beban yang ditanggung oleh ular putih tersebut selama dipaksa patuh oleh Sasmita.


"Apakah dia akan baik-baik saja setelah semua batu merah delima itu tidak ada lagi pada mahkotanya, Kak Aris?" tanya Lili.

"Kalau yang aku tangkap dari penjelasan Yvanna tadi, seharusnya dia akan baik-baik saja setelah semua batu merah delima itu lenyap dari mahkotanya. Apakah kamu merasa khawatir?" Aris bertanya balik.

Lili pun menganggukkan kepalanya tanpa bersuara. Tatapan ular putih itu kini terarah pada Lili yang tengah mendekap lututnya di samping kiri Aris.

"Seharusnya kamu melawan dia, saat dia memaksamu untuk patuh. Kamu akan baik-baik saja jika tidak mematuhi kehendaknya yang sesat," ujar Lili kepada ular putih itu.

Ular putih itu mendesis, seakan sedang membalas apa yang dikatakan oleh Lili kepadanya.

"Mungkin dia tidak berdaya pada saat Sasmita memaksanya untuk patuh. Mungkin Sasmita berusaha membuatnya tunduk dengan kekuatan yang dimilikinya dari ritual pesugihan meteng tembean itu," Aris tampak berpikiran ke sana.

"Padahal kamu punya ekor yang keras dan kokoh. Seharusnya kamu menampar wajahnya dengan ekormu itu, ketika dia memaksamu. Agar dia sadar kalau dirinya tidak pantas mendapatkan kecantikan atau awet muda dari jalan bersekutu dengan Iblis," Lili memberikan opsi lain yang terlintas di dalam pikirannya untuk ular putih tersebut.

Aris pun tertawa pelan ketika sadar bahwa Lili benar-benar sedang memberikan saran perlawanan kepada ular putih itu.

"Waktu tidak bisa diulang, Lili. Andai dia bertemu kamu lebih awal sebelum bertemu Sasmita, mungkin dia akan mempertimbangkan salah satu saran untuk melawan yang kamu berikan," Aris mengingatkan Lili.

Lili tampak memajukan bibirnya dan memasang wajah cemberut.

"Aku hanya merasa tidak tega melihatnya terbebani dengan hasil kelakuan Sasmita, Kak," ungkap Lili dengan jujur.

Aris pun tersenyum sambil mengusap-usap puncak kepala Lili dengan lembut. Ia jelas paham bagaimana perasaan wanita itu, ketika melihat wujud ular putih yang tampak sangat tersiksa sejak tadi. Ular putih itu tampaknya juga tahu bahwa seseorang tengah mengkhawatirkan keadaannya. Sehingga saat ini sosoknya sama sekali tidak berusaha bersembunyi meski sedang diperhatikan oleh Lili.

Perkelahian antara Jojo, Zian, dan Hardi berakhir dengan hasil yang jelas takkan pernah dimenangkan oleh Hardi. Hardi jelas bukan tukang berkelahi saat masih remaja, sehingga tidak akan pernah menang melawan Zian dan Jojo yang memang hobi berkelahi sejak kecil.

"Akhirnya ... terkapar juga manusia sok jagoan itu," ujar Manda seraya tersenyum lepas.

"Wah ... kamu agak mengerikan kalau sudah mengatakan hal seperti itu. Kamu tampak sangat berharap kalau Hardi akan segera tumbang sejak tadi," kritik Tika.

"Sebaiknya dia memang berharap begitu, Kak. Setidaknya aku bisa merasa perkelahianku dan Kak Zian melawan laki-laki tidak waras itu sama sekali tidak sia-sia," sahut Jojo, yang saat ini sedang mencoba membuat nafasnya kembali netral.

"Oh tenang saja, Jo. Aku dan Manda jelas sangat menghargai perkelahian kalian malam ini dan tidak akan menganggapnya sia-sia. Karena ada kalian, maka kami berdua bisa menghemat peluru dan tidak perlu membuat laporan mengenai alasan melepaskan tembakan ke arah tersangka," balas Tika dengan kalem.

"Memangnya kalau kamu hanya bertugas bersama Yvanna, Manda, dan Lili, selalu ada peluru yang kamu tembak ke arah tersangka?" tanya Zian.

"Ya, sudah jelas demikian. Setiap kali kami menangani kasus yang tersangkanya kepala batu seperti laki-laki itu, Kak Tika tidak pernah segan-segan menghadiahi timah panas ke arah kakinya. Jadi, malam ini jelas kami tidak perlu menulis banyak berkas karena mendapat bantuan dari Kakak dan juga Kak Jojo," jawab Manda, mewakili Tika.

Kedua tangan Hardi kini diborgol oleh Tika, lalu tubuhnya segera diseret ke arah mini bus untuk diamankan. Potongan terakhir dari bejana emas milik Sasmita kini tengah dihancurkan oleh Yvanna. Sasmita benar-benar terus saja berteriak-teriak kesakitan karena seluruh tubuhnya semakin mengering setelah bejana emas miliknya benar-benar dimusnahkan.

"Aku tahu kalau kamu sedang menunggu malam Jumat wage, agar bejana emas ini bisa diperbaiki oleh Iblis yang kamu sembah. Maka dari itu kamu meminta Hardi segera menjemputmu, agar dia bisa mengantarmu ke tempat awal kamu melakukan perjanjian dengan Iblis itu. Malam Jumat wage adalah hari kelahiranmu, aku mengetahui itu dari buku tahunan para alumni SMA tempatmu dan Ibuku bersekolah. Sayangnya, sekarang kamu jelas tidak akan pernah bisa pergi ke mana-mana karena Hardi akan aku bawa ke penjara karena telah bersekongkol denganmu yang hendak mencelakai anggota keluarga kami. Tapi tenang Sasmita Rusdiharjo, meski Hardi tidak bisa mengantarmu ke mana-mana, kamu tetap akan dijemput dari sini dan pergi dari tempat ini. Kamu akan dijemput langsung oleh Iblis yang kamu sembah, karena kamu sudah tidak bisa memberikan tumbal janin dari wanita mana pun sekarang. Nikmati detik-detik terakhirmu, Sasmita. Salam manis untukmu dari Ibuku dan Ibu mertuaku," ucap Yvanna, dingin dan tak berperasaan.

Yvanna pun menggandeng tangan Ben untuk meninggalkan Sasmita di tempatnya. Batu merah delima pada mahkota milik ular putih sudah benar-benar habis tak bersisa. Ular putih itu kini menghilang setelah benar-benar memilih Aris sebagai Tuannya yang baru. Tika dan Manda telah memanggil bantuan dari pihak kepolisian terdekat, agar tubuh Sasmita dan juga urusan hukum yang akan Hardi hadapi diurus oleh para Polisi sesuai dengan hukum manusia yang berlaku.

"Itu Sasmita masih hidup, 'kan?" tanya Zian.

"Masih, Kak Zian. Aku tidak mungkin membunuhnya. Kematian adalah takdir yang telah Allah tetapkan, dan aku tidak berhak mencabut nyawa seseorang meski aku merasa sangat marah kepadanya. Hanya saja kondisinya sekarang benar-benar mengenaskan, karena daging di dalam tubuhnya benar-benar telah digerogoti oleh banyaknya dosa yang dia perbuat. Yang tersisa dari dirinya hanyalah raga yang benar-benar mengering," jawab Yvanna dengan tenang.

"Kamu hanya memakai dua ajian malam ini. Ajian endap raga dan ajian api pelebur," ujar Tika.

"Mm ... Sasmita sebenarnya sudah dalam keadaan tidak berdaya ketika kita melihatnya tadi. Hanya saja ... aku ingin sedikit membuatnya merasakan kesakitan yang begitu perlahan-lahan. Itu adalah bayaran atas niatnya yang ingin mengambil calon keponakan kita. Aku susah-susah merawat Naya selama dia hamil, lalu seenaknya saja dia ingin merenggut sumber kebahagiaan di dalam rumah kita. Aku jelas tidak akan melewatkan kesempatan untuk membuatnya tersiksa," ungkap Yvanna dengan jujur.

"Wah ... aku akan membuat peringatan untuk diriku sendiri mulai dari sekarang, agar tidak memancing kemarahan kalian berdua. Kalian berdua cukup kompak dalam hal melampiaskan amarah," cetus Manda dengan sengaja.

* * *

TUMBAL JANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang