15 | Yang Dilihat Oleh Aris

865 88 0
                                    

"Jadi kita sekarang menuju ke daerah Cikalongkulon, Cianjur, ya?" tanya Manda yang tampak hafal dengan jalanan di luar kendaraan mereka.


"Iya. Dia ada di sana. Menetap pada suatu tempat yang cukup terpencil dan jauh dari keramaian," jawab Yvanna.

Yvanna memberi perintah pada makhluk kiriman Sasmita untuk kembali pada tuannya, dengan tujuan agar makhluk itu menunjukkan keberadaan Sasmita tanpa harus ia menggunakan ajian grayah tilas. Jika ia menggunakan ajian grayah tilas, maka itu hanya akan membuang-buang waktu. Sasmita akan memiliki waktu untuk melarikan diri, karena Yvanna merasa yakin kalau wanita tua itu memiliki seseorang yang bisa membantunya untuk berpindah tempat tanpa dicurigai oleh orang lain.

"Apakah keadaan Sasmita saat ini sedang melemah, Dek?" tanya Tika.

"Tidak juga, Kak. Meskipun aku berhasil memecahkan bejana emas yang menjadi tempat dia mengambil janin hasil penumbalannya, tapi hal itu sama sekali tidak membuat Sasmita melemah. Dia hanya sedang merasa kacau saat ini dan hal itulah yang harus segera kumanfaatkan untuk menyerangnya, sebelum dia kembali mendapatkan bantuan untuk bersembunyi. Aku dengar dari Kak Zian bahwa tadi siang Kakak pergi bersama yang lainnya ke rumah lama Sasmita. Apa itu benar?" Yvanna balik bertanya setelah memberikan Tika jawaban.

Tika menatap sesaat ke arah Zian, namun Zian tampak tenang-tenang saja saat Tika menatapnya kala itu.

"Ya, itu benar. Aku, Manda, Lili, Aris, Jojo, dan Zian pergi ke alamat rumah lama Sasmita siang tadi. Sayangnya, kami hanya menemukan puing-puing sisa rumah wanita tua itu yang sudah ditutupi oleh rumput liar," jawab Tika, apa adanya.

"Hm ... coba ceritakan padaku. Apa yang kalian semua lihat dari tempat itu ketika kalian tiba di sana? Tolong cerita satu persatu. Setiap pandangan tentunya akan berbeda cerita," pinta Yvanna.

Semua orang yang ada di belakang kini saling menatap satu sama lain, usai mendengar apa yang Yvanna minta. Ben masih mengemudi, sesekali Yvanna tampak mengusap pundak pria itu dengan lembut. Hal itu telah terjadi beberapa kali sejak mereka meninggalkan menara untuk mengejar Sasmita. Tak tahu apa tujuan Yvanna mengusap pundak Ben, namun hal itu tampaknya amat sangat membantu bagi Ben dalam berkonsentrasi ketika mengemudi.

"Kalau menurut yang aku lihat, ya seperti yang kukatakan padamu tadi. Di sana hanya ada puing-puing rumah wanita tua itu yang sudah tertutupi dengan rumput liar," ujar Tika.

"Iya, Kak. Aku dan Kak Manda juga melihat hal yang sama dengan apa yang Kak Tika lihat," tambah Lili.

"Hm ... ya, itu jelas yang kalian bertiga lihat. Karena pada saat itu kalian bertiga sedang merasakan emosi yang luar biasa, atas keadaanku setelah menerima serangan dari makhluk kiriman dari Sasmita. Aku yakin, yang emosinya paling menonjol siang tadi adalah Kak Tika, sementara Manda dan Lili hanya berusaha untuk tidak ikut meledak-ledak di depan umum, namun di dalam hati tetap merasa ingin marah," tanggap Yvanna dengan tenang. "Sekarang katakan ... Kak Zian, Jojo, Aris ... apa yang kalian bertiga lihat di sana siang tadi? Apa yang kalian lihat pasti sangat berbeda dengan yang dilihat oleh Kak Tika, Manda, dan Lili."

Tika menatap ke arah Zian yang ada di sampingnya, begitu pula dengan Manda dan Lili yang kini menatap ke arah Jojo dan Aris yang ada di sisi mereka masing-masing.

"Itu benar, Yv. Apa yang kami bertiga lihat sangat berbeda dari yang dilihat oleh Kak Tika, Manda, ataupun Lili. Kami hanya tidak ingin membicarakannya tadi siang secara langsung, karena kamu masih koma," ujar Jojo.

"Tapi kami sudah mengatakannya pada Kakek Pram, dan Kakek Pram meminta kami bertiga untuk diam sampai kamu menanyakan sendiri tentang apa yang kami lihat," tambah Zian.

Yvanna pun terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya usai mendengar keterangan dari Jojo dan Zian.

"Kak Tika, Manda, dan Lili tolong jangan salah paham pada Kakek," pinta Yvanna. "Ada alasan di balik permintaan Kakek pada Kak Zian, Jojo, dan Aris untuk tidak membicarakan apa yang mereka lihat sampai aku bertanya sendiri," jelasnya.

"Apakah alasannya karena Kakak tadi siang belum sadarkan diri dari kondisi koma?" tanya Lili.

"Salah satunya adalah itu, benar sekali Lili. Tapi ... alasan utamanya adalah karena Kakek ingin kalian bertiga mulai kembali mengasah kesabaran, agar emosi yang ada di dalam diri kalian tidak meledak-ledak tanpa arah. Apa yang terjadi siang tadi, adalah bukti kuat bahwa kesabaran kalian sangat tipis dan bisa dibandingkan dengan kabut. Kalian paham, 'kan? Kabut akan menghilang jika tertiup oleh angin. Begitulah gambaran kesabaran yang ada di dalam diri kalian, benar-benar setipis kabut," jawab Yvanna.

"Ck-ck-ck ... ternyata kesabaran Kak Tika selama ini hanya setipis kabut," sindir Manda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tika pun langsung berbalik dan melotot ke arah Manda yang ada tepat di belakangnya.

"Hei, yang dinasehati oleh Yvanna malam ini bukan hanya aku. Kamu dan Lili juga termasuk. Jangan hanya karena kamu dan Lili tidak meledak-ledak saat sedang emosi, terus kamu merasa bisa terhindar dari nasehatnya Yvanna. Dengar baik-baik, namamu jelas-jelas disebut juga oleh Yvanna sejak tadi," omel Tika, yang tampaknya benar-benar memiliki kesabaran setipis kabut.

"Loh kok kalian malah jadi bertengkar? Butuh wasit atau tidak? Sekalian saja tuntaskan jika memang kesabaran kalian benar-benar setipis kabut," saran Aris yang akhirnya buka mulut malam itu.

"Aku pikir kamu tidur sejak tadi, Ris. Ternyata kamu diam-diam memantau rupanya," ujar Yvanna yang kini kembali terlihat sedang mengusap-usap pundak Ben lagi seperti tadi.

"Aku sedang memperhatikan yang ada di sisimu itu loh, Yv. Kalem sekali dia dan terus saja tersenyum sejak tadi," balas Aris.

"Siapa maksudmu, Ris? Apakah Ben?" tanya Zian yang kini mulai mengawasi Ben melalui kaca spion bagian dalam.

"Bukan, Kak. Itu, yang ada di samping kirinya Yvanna," jawab Aris.

Lili, Manda, Tika, Jojo, dan Zian kini kompak menoleh ke arah sisi kiri Yvanna yang tampak kosong.

"Cantik loh dia. Wajahnya hampir persis seperti Yvanna," tambah Aris, memuji dengan jujur.

Semua orang--kecuali Ben--tampak semakin keheranan dengan apa yang Aris jelaskan saat itu, sementara mereka nyatanya tak bisa melihat apa-apa sama sekali di sisi kiri Yvanna.

"Sudah ... jangan dicari-cari. Kalau kalian beruntung, maka kalian juga akan melihatnya seperti Aris melihatnya malam ini," Yvanna tampak begitu santai. "Ayo ... sekarang aku mau dengar apa yang dilihat tadi siang oleh Kak Zian, Jojo, dan Aris di lokasi bekas rumah Sasmita."

Tika, Manda, dan Lili langsung teringat dengan apa yang Yvanna katakan tadi sesaat setelah bangun dari kondisi koma.

"Apakah jangan-jangan itu adalah ...."

* * *

TUMBAL JANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang