Spread love everywhere you go. Let no one ever come to you without leaving happier.
...
PERINTAH untuk menemani Prince Zee menyapa rungu Nunew pagi ini—pagi-pagi sekali.
Pagi-pagi sekali, saat kedua matanya masih digelayuti kantuk, tiba-tiba saja Zee datang tanpa permisi. Membuka tirai-tirai jendela dan memadamkan perapian, kemudian mengucapkan kalimat singkat bahwa ia harus segera bersiap dan segera ikut dengannya.
Tadinya Nunew amat sangat ingin menolak dengan alasan sakit perut, jika saja ia tak ingat bahwa Zee adalah calon raja—dan calon raja itu datang sendiri ke kamarnya hanya untuk menyampaikan perintah itu.
Bukankah itu terdengar terlalu berlebihan?
Autumn robe telah terpasang rapi membalut tubuhnya. Untuk kesekian kali, Nunew kembali menunduk, dan memperhatikan penampilannya. Ia merasa tak membutuhkan robe tebal itu omong-omong. Hanya saja, para maid memaksanya menggunakan mantel tebal itu dengan alasan bahwa udara akan sangat dingin nanti, apalagi menjelang sore. Tsk! Mereka tak tahu seperti apa cuaca Adiscone jika di bandingkan dengan Aerowyn.
Apa ia harus keluar sekarang? Tidak, tidak. Ia seharusnya menunggu sampai ada perintah.
Nunew hampir terbawa bui-bui lamunan di depan jendela, sebelum sebuah suara menyentak kesadarannya lekas.
“Your Grace, Crown Prince Zee sudah menunggu di pelataran.”
Membalik tubuh lekas, Nunew mengangguk kaku pada pengawal yang terlihat tengah menunduk tak jauh dari pintu. Seperti tak ingin mengangkat pandangan sekalipun Nunew telah menyahut dengan suara biasa.
Ayolah Nu, kau sedang ada di tengah-tengah Aerowyn, di mana segalanya ada di bawah sistem formal mutlak! Baiklah, lupakan tentang semua yang ada pada Aerowyn dan mari segera menuju ke pelataran.
Nunew berdahem lirih, dan mulai melangkah lebih dahulu melewati pengawal itu. Kemudian seperti biasa, akan ada banyak maid yang mengekor di belakangnya. Pakaian mewah kebangsawanan selalu membuatnya merasa memikul beban berat. Tapi mau bagaimana lagi? Ia bukan putra Duke yang bebal dan bisa bersikap seenaknya lagi.
Di kejauhan, beberapa kereta kuda serta pengawal berkuda telah terlihat jelas. Zee ingin mengajaknya ke mana? Kampanye? Ramai sekali. Saat langkah Nunew telah menapak area pelataran, angin dingin berlomba-lomba mengacak surai hitamnya hingga sedikit berantakan.
Setelah berada di tengah kerumunan pengawal, sebuah punggung tegap menyambut kehadirannya. Nunew membungkuk hormat tepat di belakang punggung Zee. Ia tak bersuara, namun desik suara tanah yang bergesekan dengan sepatunya mampu membuat Zee membalik tubuh.
“Sudah datang ternyata.”
Nunew menghembuskan nafas pelan, setelah kembali menegakkan punggung. “Seperti yang anda lihat, aku sudah di sini, Your Majesty.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CROWN-Eternal Soulmates [ZeeNunew]
FanfictionIt's not a beautiful love, but trust me it's the true of love. ... Grand Grace Nunew Chawarin adalah lambang nyata atas keagungan Dewi Athena. Seorang putra Duke dengan warna hidup paling menyilaukan, penuh kenakalan dan kebebasan. Menjadi paling be...