XXII: Very close [There always is]

1.6K 144 36
                                    

Putting aside the fact of hatred, fate always brings us very close

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Putting aside the fact of hatred, fate always brings us very close
...

Putting aside the fact of hatred, fate always brings us very close

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A S O G A S tampak tetap sama di kedua amber gelap Nunew. Kota dengan kebebasan penuh, mengesampingkan bahwasanya daerah ini masih dalam lingkup kekuasaan imperial Aerowyn yang ketat dan cukup diktaktor.

Air mata masih terus menganggu penglihatan, tergantung penuh namun enggan luruh. Hatinya benar-benar belum menerima kenyataan tentang kabar panti madam Soren.

Mereka semua meninggal?!

“Jadi, kau ingin pergi ke mana?” Percayalah, pertanyaan itu telah terlontar belasan kali dari belah bibir pria yang berjalan di sampingnya.

Nunew menghela nafas panjang. Kedua pundaknya Tempak turun dengan wajah merah padam. Ia menghentikan langkah, lalu bergumam, “aku ... aku tidak tau, sir Tutor.”

Ayolah, ia datang ke Asogas memang untuk mengunjungi Teo dan madam Soren, bukan? Lalu, jika sudah seperti ini ia harus bagaimana? Pergi bersenang-senang juga tak menggairahkan lagi.

Ia dan pria asing bernama Tutor itu sedang berada di kawasan sisi barat pemukiman utama Asogas omong-omong. Dan daerah ini adalah daerah terakhir sebelum perbatasan hutan paling pinggir.

“Anda sendiri?” Nunew mengangkat pandangan. Tuan Tutor seperti terus mendampinginya tanpa ujung, padahal ia ingat bahwa pria itu pasti memiliki tujuan hingga datang ke tempat ini.

“Aku memiliki janji dengan teman,” jawab Tutor santai. Jari telunjuk pria dengan vest tebal berlapis itu terangkat, menunjuk ke arah hutan. “Mungkin di sana.”

“Di hutan?”

“Temanku adalah seorang pengerajin kayu.”

Menarik. Nunew menggangguk seksama. Tak berniat bertanya lebih jauh, memilih menunduk dan memperhatikan jari-jari kakinya yang mulai membeku sebab terbenam dalam tumpukan salju—itu lebih menarik perhatian.

Namun, tunggu. Keningnya berkerut berkala, ketika hamparan salju di sekitar kakinya sedikit bergetar. Kepalanya mendongak cepat sebelum mendapati segerombol pasukan guard dari tembok barat—mereka bergerak dengan kuda, hingga menimbulkan badai salju buatan.

THE CROWN-Eternal Soulmates [ZeeNunew]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang