Chapter 12

9.6K 583 11
                                    

Keknya cerita Lucas bakalan ringan banget sih. Nggak seberat dan rumit cerita Alden xixixi

Semoga kalian tetap menikmati ya

Jangan lupa vote dan comment ya

*-*-*

Suara bel terdengar memenuhi apartemennya. Membuat Lucas terbangun dari tidurnya yang berada di sofa. Ia mendudukkan tubuhnya dengan cepat.

Ia masih menggunakan pakaian yang sama seperti semalaman yang dipakainya.

Melihat ponselnya yang menunjukkan pukul delapan pagi. Lucas menyibak rambutnya dan mengingat kejadian semalam.

Namun ternyata tamunya hari ini sepertinya tidak mau menunggunya untuk berpikir. Suara bell terdengar lagi dan kali ini lebih sering.

Dengan cepat Lucas beranjak menuju pintu dan membukanya. Menemukan Alden yang berdiri di sana. Pria itu terlihat menekuk wajahnya.

Alden hanya datang sendiri.

"Ada apa ?" Tanya Lucas langsung dan Alden mendengus.

"Kau tidak memintaku masuk dulu ?" sindir Alden dan Lucas menggeleng.

"Aku tidak menerima tamu. Ada apa ?"

Alden mengumpat pelan dan menyodorkan paperbag cukup besar yang berisikan makanan yang di buat Shaila semalam.

"Shaila mengkhawatirkan keadaanmu karena membatalkan janji semalam. Dia menyuruhku untuk mengantarkan ini dan memastikan kau masih hidup" ucap Alden dan Lucas menerima paperbag tersebut.

"Baiklah, terima kasih. Hati-hati di jalan"

Tanpa menunggu jawaban Alden. Lucas langsung menutup pintunya. Ia cukup yakin jika saat ini Alden tengah mengumpat-umpat di depan pintu apartemennya

Namun bukan itu hal yang dipikirkannya saat ini. Melainkan pikirannya terbang kepada perempuan yang tengah berada di balik pintu putih.

Kamar Mireya terlihat tertutup dengan rapat. Bertekad agar Lucas tidak bisa masuk ke dalam dan mengganggunya.

Lucas mendudukkan tubuhnya di sofa kembali setelah menaruh paperbag di atas meja.

Ia menatap pintu kamar Mireya. Pikirannya berkelana pada kejadian semalam. Mireya terlihat benar-benar marah.

Lucas menghela napas dan menyandarkan tubuhnya. Sebelum menepuk pahanya dan beranjak dari posisinya.

Berjalan mendekati kamar Mireya dan berdehem sebentar. Sebelum mengetuk pintu tersebut.

Setelah tiga kali ketukan tidak ada balasan ataupun jawaban dari dalam sana. Lucas memantapkan hatinya untuk membuka pintu tersebut.

Ketika pintu terbuka terlihat Mireya tengah duduk di pinggir ranjang. Sebelah tangan istrinya itu menggenggam erat sprei.

Melihat hal tak biasa Lucas berjalan mendekati Mireya. Perempuan itu terlihat mengernyitkan keningnya dalam.

"Hey, kau tidak apa-apa ?" Tanya Lucas dan Mireya mendongakkan kepalanya.

Tatapan permusuhan masih terlihat di sana. Namun bukan itu yang penting saat ini. Dilihat dari posisi istrinya itu sedang kesakitan.

"Mireya..." Ucap Lucas dan Mireya menggelengkan kepalanya.

"Jangan peduli padaku" sinis Mireya namun tak dihiraukan Lucas.

Tangan Lucas terulur dan memegang lengan Mireya. Awalnya perempuan itu hendak menghindar tetapi tangan Lucas lebih kuat.

Rasa dingin terasa di telapak tangannya ketika menyentuh kening Mireya. Wajah istrinya itu terlihat pucat dan berkeringat dingin.

"Sialan! Apa yang terjadi ?" Ucap Lucas dan melihat Mireya yang pucat serta lemas.

Mireya ( The Story Of Lucas )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang