Chapter 3

16.7K 938 23
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya

Semoga aku tetap semangat

*-*-*

Mireya menggigit bibirnya dengan resah. Di tangannya terdapat 3 testpack yang di belinya tengah malam kemarin.

Setelah Jacob dan Calista mengantarkannya pulang. Mireya langsung berjalan menuju salah satu apotek dekat rumahnya.

Demi membeli alat ini Mireya sudah menghabiskan uang jajannya minggu ini. Untung saja sekarang ia tidak bersekolah lagi. Hanya menunggu segala surat-surat sekolahnya turun.

Jadi walaupun uang jajannya minggu ini habis Mireya tidak perlu bingung. Namun bukan itu yang dipikirkannya sekarang.

Pikirannya sedang kalut. Jika tidak salah ingat ia sudah telat seminggu untuk masa haidnya. Ia sama sekali tidak ingin menduga-duga hamil yang baginya buruk.

Sialan! Benar-benar buruk jika memang benar ia hamil.

Hancur sudah itu adalah kata yang tepat. Ibunya tentu saja tidak akan senang kabar ini. Kemudian ia sendiri juga tidak senang.

Tidak ada bayangan untuk memiliki anak di usianya yang hampir menginjak usia 20 tahun.

Ini terlalu dini dan sama sekali tidak terpikirkan. Mau di kasih makan apa anaknya nanti.

Mireya menghela napas pelan dan menggelengkan kepalanya. Tidak-tidak itu belum tentu benar jadi tenangkan pikirannya.

Setidaknya sampai hasil dari benda sialan ini keluar. Mireya sama sekali tidak berani membuka tiga testpack yang ada di depannya.

Tadi pagi Mireya sudah merendamnya di urinenya. Sebelum menaruhnya di wastafel dengan menutupi hasilnya.

Debar jantung Mireya berdetak cepat sejak tadi. Bahkan keringat dingin terasa di keningnya.

Mireya mengibaskan tangannya beberapa kali dan menghela napas. Ia tidak mungkin lari dan tidak membuka hasilnya.

Mau tidak mau dia harus menghadapinya.

Dengan tangan bergetar Mireya mengulurkan tangannya dan membuka benda tersebut secara bersamaan.

Jantungnya seakan copot sampai bawah melihat hasil yang di lihatnya saat ini. Kepalanya langsung tertunduk dengan mencengkram tiga benda itu.

"Damn it!" Desisnya dengan melemparkan benda tersebut ke wastafel yang kering.

Tiga benda itu menunjukkan dua garis!

*-*-*

Mireya mengigiti jarinya. Debar jantungnya sejak tadi seakan tak berhenti. Saat ini dirinya tengah duduk di halte dan menatap mobil yang lalu lalang di depannya.

Pikirannya kacau. Sudah empat tempat yang didatanginya. Namun semua tidak ada yang bisa diharapkannya.

Uangnya sama sekali tidak cukup untuk membayar semua itu. Untuk pertama kalinya Mireya berharap jika ada uang satu koper jatuh tepat di hadapannya.

Kenapa biaya aborsi sangat mahal di sini!

Ya hanya itu yang terpikirkan olehnya. Bayi ini tidak boleh berkembang lebih jauh.

Mireya tidak mungkin mengatakan hal ini pada ibu ataupun Calista. Ibunya tentu saja tidak akan mendukung dan akan memarahinya.

Kemudian Calista. Sahabatnya itu tidak akan memperbolehkan Mireya untuk mengugurkannya. Itu adalah alasan kenapa sahabatnya itu tidak boleh tau.

Calista sangat menyukai anak kecil ataupun bayi. Bahkan perempuan itu sudah berharap jika Jacob menghamilinya dan mereka akan menikah.

Jacob sepertinya tidak masalah dengan pikiran nikah muda. Hanya saja pria itu mengatakan ingin mendapatkan pekerjaan dulu sebelum menikah.

Mireya ( The Story Of Lucas )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang