2.14 Perfect Coincidental

463 63 6
                                    

"Miyoung! Kau sudah gila?!"

Masalah Jeewon tidak berhenti pada dia harus menyiapkan rumah untuk Dara yang diusir orang tuanya, lalu mengurus Dara yang sekarang diliputi celaan. Jeewon juga masih punya dua wanita lain untuk diberikan atensi, lebih tepat disebut pengawasan.

"Aku tidak bisa mempertahankannya lagi. Lihat perutku, Jeewon! Aku tidak mau punya anak. Aku mau pergi dari sini. Aku tidak mau bersamamu lagi."

"Kau sudah hamil tujuh bulan. Biarkan aku memiliki anak itu. Dia anak pertamaku. Kau orang pertama yang aku cintai. Tidak bisakah kau memahami?"

"Kau punya istri! Suruh dia hamil anakmu. Aku mau pergi!"

"Miyoung!" Jeewon menarik lengan Miyoung kasar, sampai mereka berhadapan. "Aku butuh bayi itu untuk..."

Tidak mungkin. Jeewon hampir saja mengatakan siasatnya pada Miyoung. Jeewon tidak bisa mempercayai wanitanya yang satu ini. Sedikit banyak, Miyoung pasti akan menciptakan masalah bagi Jeewon jika sampai tahu tentang satu jurus rahasia Jeewon ini.

Sembari menahan lengan Miyoung agar tidak pergi, Jeewon mengambil ponselnya yang berdering. Jeewon memperkuat cengkeramannya sebagai isyarat tajam pada Miyoung agar jangan bersuara.

"Iya, Abeonim?"

"Cepat datang ke Busan. Seo young sudah ditemukan."

Berita itu merupakan kejutan yang tidak Jeewon harapkan akan terjadi hari ini. Dia masih harus mengurus Miyoung, tapi keberadaan Seo young selalu menyulitkannya.

"Baik, Abeonim. Aku segera ke sana."

Jeewon menatap Miyoung dengan wajah gundah. Satu-satunya jalan agar Jeewon bisa selalu membatasi gerak Miyoung hanya dengan mengajaknya juga ke Busan.

"Miyoung, kau ingin melakukan aborsi, kan? Kalau begitu ikut aku. Aku punya kenalan dokter spesialis kandungan di Busan. Ayo ikutlah."

Miyoung yang menyadari keanehan dari perubahan mendadak Jeewon, menyanggah tarikan Jeewon dengan menghempaskan tangannya.

"Jeewon, kenapa aku harus ikut denganmu? Tidak ada apa pun yang mengikat di antara kita. Aku tidak lagi punya alasan untuk menurutimu."

Jeewon kembali menarik lengan Miyoung. Memberikan tatapan lebih mengintimidasi yang tidak pernah Miyoung kira Jeewon bisa memberikan tatapan itu.

"Janin itu... dia yang mengikat kita. Kau tau aku bisa menghancurkan jalan karirmu yang bahkan belum dimulai dalam sekali jentikan. Kau pikir aku tidak tau kenapa kau begitu ingin pergi dariku sekarang? Aku tau kau sudah punya cadangan, kan? Kau tau bagaimana kekuatan media? Maka dari itu ikut saja. Bukankah kau ingin melakukan aborsi tanpa diketahui siapa pun?"

Terpaksa Miyoung menuruti Jeewon sekali lagi. Lagi pula, paksaan kali ini juga terdengar lebih menguntungkan daripada berusaha melawan Jeewon. Miyoung tidak ingin apa pun selain menyingkirkan janin dalam kandungannya tanpa sepengetahuan siapa pun. Jika Jeewon punya cara yang aman, tidak ada alasan Miyoung menolak.





[Iklan]





Membeli tiket pesawat dengan jadwal terawal, lalu menempuh perjalanan selama satu jam. Menyiapkan segala fasilitas tanpa kekurangan demi membungkam perlawanan Miyoung. Jeewon telah melakukannya dengan rapi. Meski sebenarnya dia agak ogah-ogahan karena harus mengeluarkan uang pribadinya dengan jumlah yang tidak sedikit.

Dengan menggunakan taksi, Jeewon pergi ke titik lokasi yang telah dikirimkan ayah mertuanya. Jeewon adalah pria yang dominan, merasa yang paling tinggi. Sayangnya itu bisa Jeewon rasakan hanya ketika dia jauh dari Seo Taeji. Namun, ketika di depan Taeji, Jeewon hanya bisa berperilaku seperti anjing peliharaan. Anjing peliharaan munafik yang akan segera memangsa tuannya.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang