2.30 The Last Bite

1.1K 95 19
                                    

Jeewon menemukan sebuah van putih yang Jisoon maksudkan semalam. Dia tidak menuju ke sana, tapi melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah taksi. Jeewon sangat peduli pada Jennie. Jennie satu-satunya putrinya yang mengunjunginya saat di penjara.

Di samping itu, tidak masuk akal jika Jeewon mempersulit diri hanya untuk menyelamatkan Jennie. Apalagi sampai harus mengorbankan diri. Jeewon memang lebih menyayangi Jennie daripada Jisoo. Namun, lebih dari itu, Jeewon lebih mencintai dirinya sendiri.

Bukan tidak mungkin, tapi Jeewon tidak serela itu mengorbankan diri hanya untuk Jennie. Jennie memang putrinya, tapi jika harus sampai mengorbankan nyawa, tidak ada untungnya bagi Jeewon. Jisoon salah jika beranggapan Jeewon bisa melakukan segalanya untuk Jennie. Sejak awal kelahiran Jennie, Jeewon hanya menggunakannya demi keuntungan dan kepuasannya.

Jeewon adalah pria cerdas yang rasional, bukan tipe yang terlalu mengandalkan ikatan emosional. Sudah ada terlalu banyak drama belakangan ini dan masih belum juga selesai. Dia harus pulang dan menghadapi Dara, Chaeyoung, dan Lisa yang entah akan memberi reaksi apa nanti.

Jeewon juga sangat yakin Jisoon hanya menggertak. Satu-satunya yang Jisoon inginkan adalah membunuh Jeewon. Namun, jika Jeewon tidak datang, Jisoon tidak akan melakukan apa pun selain menyusun ulang rencana. Sampai itu terjadi, Jeewon bisa menyewa banyak orang sebagai pelindungnya.

Jeewon agak terganggu dengan bau nafasnya sekarang. Mungkin saja bubur yang diberikan pihak kepolisian tadi mengandung terlalu banyak rempah, sehingga mulutnya jadi berbau seperti bawang. Namun, itu tidak menghilangkan kesadaran Jeewon atas ke arah mana taksi itu melaju.

"Hei, putar balik. Kau mau membawaku ke mana, idiot?"

"Ini disebut rencana B, Hwang Jeewon-ssi."

Jeewon tidak kenal siapa orang itu, tapi yang pasti itu suruhan Jisoon atau mungkin Tae-yong. Jeewon sudah kalah langkah. Dia tidak punya siapa-siapa atau apa pun untuk dijadikan benteng. Jeewon hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.

Jeewon akan melakukan perlawanan, tapi orang itu melemparkan sebuah ponsel padanya.

"Bagaimana rasa buburnya? Kau menikmatinya?"

Jeewon sangat mengenali suara itu. Tawa Jisoon tidak begitu mempengaruhi Jeewon sebab kepalanya serasa berputar.

"Mungkin kau ingin tau, seperti itulah rasanya keracunan arsenik. Aku dengar kau juga meminum airnya. Aku harap kita bisa bertemu saat kau masih hidup."

Bahkan setelah panggilan itu terputus, Jeewon tidak melanjutkan rencananya untuk melawan. Semua bagian tubuhnya seolah tidak lagi dalam kendalinya. Irama jantungnya semakin tak beraturan ditambah otot-ototnya mulai kram.

Tak peduli seberapa keras Jeewon berteriak dan sekuat apa pun rintihannya, tidak akan ada yang menolongnya.

Di belakang taksi itu, Chaeyoung sedang mengemudi dengan konsentrasi penuh. Chaeyoung ingin tahu ke mana ayahnya akan pergi dengan taksi itu. Jennie belum pulang sejak semalam. Jennie mengatakan akan menemui Jeewon, seharusnya ayah mereka tahu sesuatu tentang itu.

"Chaeyoung, mengemudilah lebih cepat. Taksinya bergerak semakin cepat itu." Lisa yakin pasti ada sesuatu di sini. Jawabannya akan terlihat ketika mereka tahu ke mana tujuan taksi itu pergi.

Sementara di ruang berdapur milik Jisoon, Jennie masih duduk terikat. Jennie menajamkan pendengarannya pada Jisoon yang berada agak jauh sedang berbicara dengan seseorang di ponsel.

"Itu tadi anak buah ayahku. Seperti yang kuduga, ayahmu tidak akan ke sini atas kemauannya. Ini yang ingin kutunjukkan padamu. Ayahmu itu bukan orang yang pantas untuk dikasihani atau dilindungi. Dia tidak akan peduli apa pun kecuali hidupnya sendiri."

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang