2.22 Simple Things

407 71 4
                                    

Setibanya di rumah keluarga Ki, Jisoo diikuti Jennie menuju ke dapur. Jisoo melihat Yoo-jin masih sibuk memasak bersama Chaeyoung tanpa menemukan kehadiran Lisa.

"Di mana Lisa? Apa dia tidak mau ikut, Chaeyoung?"

"Uhh, Lisa? Dia ikut, tidak tahu di mana sekarang."

"Dia bilang agak pusing. Tadi dia minta izin pada Eomma untuk menggunakan kamarmu."

Lisa pikir itu alasan yang masuk akal bagi Jisoo dan Jennie? Lisa yang paling curiga pada Jisoo sebelum ini. Tidak mungkin Lisa menggunakan kamar Jisoo hanya untuk rebahan. Itu pun secara spesifik Lisa memilih kamar Jisoo.

Mata Jisoo dan Jennie bertemu. Mereka tahu apa yang masing-masing pikirkan. Alasan Lisa itu terlalu jelas untuk dinilai kebohongannya.

"Oke, aku akan ke sana. Mungkin aku bisa meredakan sedikit rasa pusingnya."

Jennie mendekat untuk membantu Yoo-jin dan Chaeyoung memasak. Jisoo melangkah dengan keyakinan penuh bahwa Lisa sedang menyelidiki setiap sudut kamarnya. Jisoo tidak sabar memergokinya sebentar lagi. Dia pasti akan segera melihat wajah Lisa yang kebingungan mencari alasan masuk akal untuk mengelak.

Jisoo membuka pintu kamarnya secara tiba-tiba, berharap melihat wajah Lisa yang terkejut.

"Eh? Dia benar sedang tidur?" Jisoo melangkah hati-hati. Menatap wajah Lisa dengan saksama.

Lisa memang benar sedang tidur. Sekarang wajah Lisa terlihat begitu tenang dan lugu. Tidak seperti wajah yang belakangan Jisoo lihat, yaitu Lisa yang penuh kecurigaan dan hanya peduli logikanya sendiri seperti tidak tertarik pada perasaan orang lain. Lisa yang kaku seperti ayahnya. Jisoo belum tahu saja, Lisa juga bisa manis dan manja serta kadang juga malas membereskan kamarnya.

"Kau agak manis saat tidur. Si bungsu memang selalu istimewa, bukan begitu?"

"Kadang aku juga orang yang sensitif." Lisa tiba-tiba duduk memberi rasa terkejut pada Jisoo. "Unnie... boleh aku memelukmu sekali saja?"

Jisoo sempat berpikir dia salah dengar. Terlalu spontan dan tidak terduga. Namun, Jisoo segera mendekat mengulurkan kedua lengannya. Hati Jisoo berdesir kala pelukan Lisa mengikatnya lebih erat.

"Aku merindukanmu."

"Aku di sini sekarang."

Lisa melepas pelukannya, memperhatikan wajah Jisoo lebih dalam. "Jadi, bagaimana pertemuanmu dengan Hana ahjumma? Bisa Unnie ceritakan secara detail?"

Jisoo menerangkan secara detail pertemuannya dengan Hana pagi tadi. Mulai dari awal dia datang sampai pulang, termasuk kejadian ketika dia bertemu gadis SMA itu.

"Selain Hana ahjumma, akan ada Ahn Jaehwa ahjussi yang akan menjadi saksi kita."

"Terima kasih, Lisa-ya. Aku percaya kita akan memenangkan kasus ini. Kau sangat pintar dan teliti. Kau pengacara terbaik."

Lisa tersenyum merasa tersanjung, meski benih keraguan sedikit menghinggapi hatinya. "Namun... aku agak gugup dengan sidangnya. Kini aku melawan Appa. Tuan Hwang Jeewon. Sangat mungkin baginya menemukan pengacara yang lebih baik dariku. Begitu juga kau, Unnie."

"Lisa-ya, seekor burung tidak pernah takut ranting yang ditapakinya patah, karena burung itu percaya pada kemampuan terbangnya. Begitu juga kau. Kemampuan itu ada dalam dirimu dan hanya milikmu. Dengan kemampuan itu, kau pasti bisa meski tanpa dukungan ayahmu. Percayalah pada dirimu."

Dukungan dan rasa percaya Jisoo pada Lisa, membuat Lisa kembali yakin pada kemampuan dirinya. Sejauh ini dia selalu menang karena membela yang benar, maka seharusnya begitu juga kali ini.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang