2.2 Off My Face

1.2K 142 18
                                    

Masa-masa perawatan Jennie di rumah sakit sudah selesai. Tepat di minggu ke tiga ini sejak dia bangun dari koma. Jennie sudah diperbolehkan pulang. Sudah hampir satu bulan, tapi belum juga mendapat kabar secara langsung dari Jisoo. Jennie bahkan tidak boleh menghubungi Jisoo dengan alasan kesehatannya.

Kecurigaan Jennie sudah tidak bisa ditahan lagi. Hari ini seharusnya Jisoo ada di sini. Menjemput Jennie, menjenguk Jennie— adik kembarnya. Tidak mungkin Jisoo lebih mementingkan pekerjaan. Jisoo yang Jennie kenal akan selalu datang dengan sekali panggilan. Jisoo akan selalu datang saat Jennie membutuhkan.

Mencoba mempercayai Jeewon itu seperti membohongi diri sendiri. Sejak kapan Jeewon begitu peduli pada mimpi Jisoo?

"Lisa-ya, hanya kau yang menjemputku ke sini?"

Selagi membereskan beberapa barang milik Jennie, Lisa menjawab. "Iya, Unnie. Tapi tenang saja, mereka semua menunggumu di rumah." Lisa tahu nama siapa yang Jennie tunggu-tunggu. Mencoba mengatakannya meski lidahnya terasa kelu. "Jisoo unnie juga. Sepertinya keadaannya selalu berbalik. Selalu Jisoo unnie yang berhasil memberi kejutan pada kita."

Itulah juga alasan Chaeyoung tidak ikut menjemput Jennie. Chaeyoung percaya dirinya akan menguak fakta sebelum waktunya.

"Lisa, aku selalu takut kalian berbohong padaku. Aku tidak tau kenapa aku bisa merasa begitu."

Tangan Lisa berhenti dari aktivitasnya. "Karena kami memang berbohong, Unnie." Mata Lisa sepenuhnya tertuju pada Jennie dengan tatapan penuh arti.

"Tapi ucapanmu membuatku yakin kalau itu hanya perasaanku. Adikku yang satu ini adalah seorang pengacara yang baik. Tidak mungkin menutupi hal yang benar."

Lisa merasa mendapat pukulan telak melalui ucapan Jennie. Kepercayaan Jennie padanya membuat Lisa merasa terbebani. Lisa tidak pernah berbohong saat ada di depan hakim dan publik. Namun, Lisa berbohong pada kakaknya sendiri. Itu semua terjadi karena ikatan hati.

"Ayo, Unnie. Sudah saatnya kita pulang. Sebenarnya aku tidak datang sendiri. Appa menunggu kita di mobil."

Lisa membantu Jennie turun dari brankarnya. Menuntun Jennie duduk di kursi roda. Mereka pergi meninggalkan ruangan itu.

"Lisa, aku selalu memendam pertanyaan ini. Mungkin sekarang sudah saatnya aku tau ginjal siapa yang ada di dalam tubuhku. Kau mau memberitahuku?"

Lisa tidak bisa menjawab karena dia memang tidak tahu. Dia sibuk memikirkan hal lain sampai lupa menanyakan hal serupa pada ayah dan ibunya. Lisa juga tidak ingin tahu, karena yang terpenting hanya kehidupan Jennie.

"Kita bicarakan di rumah, ya, Unnie. Lebih baik kau mendengarnya langsung dari Appa dan Eomma."










____________________



Satu-satunya yang terpenting bagi Jisoo kali ini hanyalah penderitaan bagi mereka. Mereka yang menyebabkan dia sampai merasakan semua ini. Jisoo tidak ingin kembali ke sana hanya untuk sebuah hubungan. Dia akan kembali untuk haknya. Hak yang telah direbut orang lain. Segala macam hubungan itu hanya menimbulkan sakit hati tiada akhirnya.

Sakit hati yang Jisoo rasakan, dia akan menebarnya. Jisoo tidak akan merasakan semua ini sendirian. Tidak ada lagi pengorbanan. Jisoo sudah terlalu banyak melakukannya.

Sudah saatnya permainan ini dia yang mengendalikan. Sekali ini dia ingin melihat mereka berada di bawahnya. Dia tidak ingin sampai menginjaknya, hanya ingin membuat mereka mengerti air mata dan darah itu sangat mahal harganya. Mereka harus membayar setiap tetes air mata dan darah yang sudah Jisoo keluarkan.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang