2.7 Maze

694 113 9
                                    

"Jennie, mulai besok kau akan menjadi CEO di STC Bussiness Finance. Mulai besok... seluruh aset Jisoo dari peninggalan ibu kalian akan diatasnamakan padamu. Kau akan bertemu pengacara untuk membahasnya."

Jennie seketika kehilangan nafsu makannya. Makan malam sedari tadi memang sudah hening. Ditambah pembahasan terkesan tamak ini semakin mempercacat prasangka Jennie pada ayahnya.

"Sepertinya Appa sangat terburu-buru. Seolah takut kalau Jisoo unnie akan kembali dan mengambil lagi miliknya."

Jennie berdiri menimbulkan suara geseran dari kursinya. "Aku sudah selesai." Meninggalkan meja makan yang hanya memanaskan hati itu.

Jennie tidak ingin berpikir berlebihan dengan melabeli ayahnya sebagai ayah yang jahat. Seburuk apa pun Jeewon pernah memperlakukan Jisoo, tidak mungkin Jeewon melakukan itu disebabkan kebencian. Bagaimana pun seperti Jennie, Jisoo itu juga putrinya.

"Kupikir ini bukan waktu yang tepat untuk bicara soal itu." Suara Lisa lebih terkesan sinis daripada sekadar dingin. Lisa sepertinya mulai mencium bau yang aneh.

"Kenapa, Appa? Meski aset-aset itu milik Jisoo unnie, dia tidak pernah benar-benar memilikinya. Appa yang selalu mengelolanya bahkan menggunakan uang dari aset dan properti itu seolah itu milik Appa sendiri."

Chaeyoung duduk semakin tegang. Menatap Lisa yang ada di sampingnya. Berharap Lisa tidak mengatakan sesuatu yang terlalu berlebihan.

"Sedangkan Jisoo unnie bekerja sendiri di luar sana, tapi Appa bahkan tidak peduli. Hanya karena dia ingin menjadi seorang penulis? Apa itu alasan yang cukup untuk mengusirnya? Itu hanya cara, agar Appa bisa semakin menjauhkan Jisoo unnie dari semua harta yang seharusnya menjadi miliknya."

Dengan warisan ibunya, Jisoo bisa memiliki perusahaan penerbitan bukunya sendiri. Jisoo bisa membuat stasiun televisinya sendiri. Tanpa harus memulainya dari sangat bawah. Sampai-sampai untuk menerbitkan buku saja harus secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui Jeewon.

Jeewon berusaha mempertahankan raut wajahnya yang rata. Semua ucapan Lisa itu sangat kurang ajar. Jeewon tidak pernah menunjukkan sisi kasarnya pada Chaeyoung dan Lisa. Apa itu yang membuat Lisa sangat berani?

"Lisa, apa pantas kau mengatakan itu pada Appa-mu?"

Dia ayahmu kau ingat? Pantaskah kau meminta itu padanya?

Senyum Lisa terlihat sangat terluka. Merasa deja vu dengan reaksi ibunya. Reaksi Dara yang sampai tega menampar Jisoo waktu itu. Pasti sangat menyakiti hati Jisoo.

"Memangnya apa yang kukatakan, Eomma? Aku melihat lalu merangkainya dan kebetulan sekali itu pas. Aku mengatakan sesuai fakta yang dilihat oleh mataku. Jisoo unnie tidak pernah mencicipi betapa beruntungnya dia hidup di keluarga yang sangat berkecukupan ini. Jalannya tidak pernah mudah. Meski dia punya sangat banyak uang yang bahkan jika dia mau... dia bisa membeli kasih sayang seorang ayah dari orang lain."

Lisa bangkit hendak turut pergi. "Eomma tidak ingin menamparku? Seperti yang dulu Eomma lakukan pada Jisoo unnie." Lisa kini pergi dari sana.

Jeewon dan Dara merasa kewalahan. Entah dari mana Jennie dan Lisa mendapat pikiran seperti itu. Tentu saja Jennie harus segera mengurus perusahaan dan aset-aset Jisoo karena Jeewon sudah tidak lagi muda.

Jeewon tidak bisa lagi mengurus semua itu sendirian, tapi juga tidak bisa membiarkannya terbengkalai. Butuh bantuan Jennie untuk ikut mengelolanya. Hanya karena itu. Prasangka mereka terlalu buruk padanya.

Chaeyoung menaruh alat makannya dengan sangat hati-hati. Berusaha agar tidak menarik perhatian ayah dan ibunya. Namun, begitu suara dentingan sumpit yang sudah sepelan mungkin Chaeyoung taruh terdengar, Dara dan Jeewon langsung melihat ke arahnya.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang