2.29 Insignificant

585 82 15
                                    

Kepergian Jisoon menjadi penyebab kecemasan Jennie berawal. Jennie segera menyambar blazernya. Dia belum memberitahu ayahnya bahwa Jisoon sebenarnya bukan Jisoo. Sebab terlalu takut kehilangan lagi, Jennie kini berdiri di sisi ayahnya. Ayahnya memang harus dihukum, bukan dibunuh.

"Appa akan dibebaskan dari penjara meski tetap dalam pengawasan sampai keputusan sidang ditetapkan, karena kita tidak menunjukkan bukti yang kuat."

Jennie bergegas menuju mobilnya. Perkataan Lisa barusan menunjukkan seberapa dekat Jisoon dengan kemenangannya. Jisoon tidak menjelaskan pada Jennie betapa perbuatan Jeewon kembali melupakan batas.

Jennie tidak melupakan dosa besar Jeewon. Jennie sama sekali tidak lupa betapa menderitanya Jisoo selama ini. Jennie tidak lupa betapa besar Jeewon sudah menyiksa Jisoo. Namun, Jennie juga tidak lupa bahwa Jeewon itu ayahnya. Jennie orang biasa yang percaya hukum saja cukup untuk membuat ayahnya menyadari kesalahannya.

Tidak akan ada yang pernah tahu sudah berapa kali jiwa Jennie terbelah. Tak akan ada yang paham betapa Jennie menderita sendirian. Jisoo meninggalkannya menghadapi jalan bercabang ini sendirian. Jennie terombang-ambing kehilangan pegangan.

Jennie memang bukan manusia bijaksana yang berpikir objektif. Dia hanya wanita biasa yang memandang beberapa hal secara subjektif. Jennie memang akan selalu ada di sisi Jisoo, tapi bagaimana kalau itu bukan Jisoo melainkan Jisoon yang berhadapan dengan Jeewon?

"Unnie mau ke mana?"

Jennie ingin sekali langsung pergi tanpa memberi jawaban, tapi dia kenal Chaeyoung dan Lisa. Mereka akan mengikutinya.

Sebaik mungkin Jennie memasang wajah tenangnya. Dia sengaja mendekatkan wajahnya pada Chaeyoung dan Lisa. "Membeli soju," ucapnya dengan nada berbisik.

"Yak! Unnie! Kau tidak boleh minum-"

Jennie segera membekap mulut Chaeyoung. "Pelan-pelan bicaranya. Bagaimana kalau Eomma sampai dengar? Aku baik-baik saja, soju itu untuk kalian berdua. Kita akan berpesta sebelum pergi besok pagi."

Lisa memandang Jennie dengan curiga. "Sungguh? Aku tidak percaya Unnie bisa melakukan ini setelah mendengar kalau Jisoo unnie... apa Unnie menyembunyikan sesuatu dari kami? Apa yang Jisoon katakan?"

"Chaeyoung-ah, tolong kendalikan adikmu. Dia selalu merusak suasana hati orang lain." Jennie berucap dengan nada marah yang dibuat-buat.

"Namun, Lisa benar, Unnie. Setidaknya biarkan kami menemanimu."

"Yakk!!! Apa aku terlihat seperti anak kecil?! Apa aku tidak bisa menjaga diriku sendiri?! Kalian pikir aku akan melakukan apa ha?!"

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Chaeyoung dan Lisa mendengar Jennie berteriak marah pada mereka dengan wajah lucu seperti itu. Apa Jennie sungguh sudah baik-baik saja?

"Apa kami benar-benar tidak boleh ikut?"

Jennie kini berekspresi serius. "Aku hanya akan pergi sebentar. Aku ingin bicara berdua dengan Appa."

Chaeyoung dan Lisa berusaha memahami Jennie. Mereka melalui terlalu banyak hal rumit. Jennie masih bisa tersenyum sampai sekarang saja, membuat Chaeyoung dan Lisa bersyukur.

Jennie memacu mobilnya menuju kantor polisi. Setiap detik yang dia lalui dalam mobil itu terasa begitu lama. Jennie takut terlambat. Jennie khawatir Jisoon lebih dulu mengetahui bahwa Jeewon akan segera dibebaskan. Jisoon sudah pasti akan marah besar.

Jennie masih jauh dari kantor polisi saat sebuah mobil menghalangi jalannya. Jennie mengerem mobilnya secara mendadak. Jennie tidak tahu apa yang mereka inginkan. Tiga orang laki-laki menyuruhnya keluar.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang