2.23 The Court

373 78 9
                                    

(Pelan-pelan ya)
.
.
.
.
.
.
.

Sidang Pertama Kasus Percobaan Pembunuhan Hwang Jisoo.

"Pihak penggugat dipersilahkan menyampaikan gugatannya."

Lisa menatap ayahnya sejenak yang kini kembali duduk di kursi tersangka. Sama seperti waktu itu saat kasus pertama Hwang Lalisa di Korea Selatan adalah membela ayahnya. Bedanya, kali ini Lisa tidak berada di pihak yang sama. Lisa berdiri setelah menguatkan hati dan memantapkan pikirannya. Tujuan kemenangan Lisa bukan lagi membuktikan ayahnya tidak bersalah tapi sebaliknya.

"Seo Seo young-ssi, mendiang istri Hwang Jeewon-ssi, meninggal dengan meninggalkan semua aset dan properti miliknya hanya untuk kedua putrinya, Hwang Jisoo dan Hwang Jennie. Di sini, klien saya, Hwang Jisoo-ssi, menuntut ayahnya atas tuduhan percobaan pembunuhan demi aset dan properti tersebut." Suara lantang dan aura penuh percaya diri Lisa selalu membuat kliennya merasa tenang, karena terdengar begitu meyakinkan.

"Saya memanggil Hwang Jennie-ssi sebagai saksi pertama kami hari ini."

Ini baru pertama kali Jennie menghadiri pengadilan dengan Lisa sebagai salah satu pengacara. Di sini, sama sekali tidak terlihat Lisa humoris yang terkadang menyebalkan. Tidak ada sosok Lisa manja yang dulu selalu meminta pelukan dari Jennie.

"Jennie-ssi, bagaimana hubungan Jeewon-ssi dengan Jisoo-ssi selama ini?"

"Hwang Jeewon-ssi bukan hanya seorang ayah yang tegas, tapi juga ringan tangan, terutama pada Jisoo unnie. Appa selalu menemukan alasan untuk memukulnya bahkan untuk kesalahan terkecil. Aku dulu selalu bertanya-tanya, apa itu terjadi karena Jisoo unnie adalah putri sulung? Ternyata tidak. Dia juga tidak ragu memukulku. Membuatku berpikir kalau banyak ayah kadang memang melakukan hal itu. Itu tetap berlanjut meski kami sudah dewasa. Sampai suatu malam Jisoo unnie memutuskan untuk pergi dari rumah dan Appa memang menantangnya untuk melakukan itu. Satu kali pun selama tiga tahun, dia tidak pernah ingin tau atau menemui Jisoo unnie. Apa seorang ayah bisa melakukan itu pada putrinya? Kesalahan sebesar apa yang Jisoo unnie lakukan? Jisoo unnie hanya memiliki cita-cita yang berbeda dengan keinginan ayahnya dan itu sama sekali tidak salah."

"Sudah cukup, terima kasih." Lisa kembali ke tempat duduknya.

"Apa pihak terdakwa ingin menanggapi?"

Min Taegu, pengacara dari pihak Jeewon berdiri di depan Jennie kali ini.

"Hwang Jennie-ssi, kau bilang Hwang Jeewon-ssi selalu memukul kakakmu ketika dia melakukan kesalahan?"

"Iya."

"Artinya saat itu Jeewon-ssi bisa melakukan segalanya pada Jisoo-ssi seperti membunuhnya saat itu juga. Lalu kenapa Jeewon-ssi harus menunggu sampai dia sebesar sekarang ini?"

"Keberatan, mencerca saksi, Yang Mulia."

Meski seharusnya memang begitu, Jennie merasa terlindungi oleh tindakan tangkas Lisa. Jennie sampai hampir melupakan bahwa pengacara dengan sikap tegas itu adalah adik bungsunya.

"Min Taegu-ssi, saksi hanya menyatakan keseharian terdakwa terhadap korban."

"Maaf, Yang Mulia."

Taegu kembali duduk di tempatnya. Suasana pun kembali kondusif. Hakim mempersilahkan Jennie untuk mundur dari tempat saksi.

"Yang Mulia, dari kesaksian Hwang Jennie-ssi, membuktikan bahwa Hwang Jeewon-ssi memang sering bersikap kasar pada putri sulungnya, bahkan tidak pernah menemuinya setelah Jisoo-ssi meninggalkan rumahnya. Padahal saat itu hidup dan segala kebutuhan Jisoo-ssi seharusnya masih menjadi tanggung jawab Hwang Jeewon-ssi. Saksi kedua kami Ahn Jaehwa-ssi, seorang produser film yang menemukan potensi dalam diri Hwang Jisoo-ssi."

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang