2.17 The Fact

555 110 10
                                    

Bersamaan dengan langkah mereka yang semakin dekat dengan pintu mansion Hwang, Jennie menggenggam erat-erat tangan Jisoo. Jennie tidak menemukan rasa takut apa pun pada wajah atau sikap Jisoo. Setiap langkah Jisoo serasa begitu dipenuhi keyakinan.

Membuat Jennie sadar, sekuat inilah kemantapan hati Jisoo memenjarakan ayahnya. Jennie harusnya juga bisa merasakan, sesakit apa hati Jisoo sekarang. Jika bukan karena harus menuntaskan keadilan, mungkin melihat mansion ini saja Jisoo tidak sudi.

"Ada apa, Jennie?" Jisoo turut berhenti karena keputusan sepihak Jennie yang seakan menahan Jisoo agar tidak melanjutkan langkah. "Kau berubah pikiran? Jika ini terlalu sulit bagimu, aku bisa pulang dan menyelesaikan ini sendiri."

Jisoo terdengar sangat egois. Seperti dalam pikiran Jisoo hanya menuntaskan dendamnya. Seolah dalam diri Jisoo yang terpenting hanya hukuman untuk Jeewon. Bukan lagi keharmonisan atau kerekatan keluarga.

Selama hampir dua puluh lima tahun Jisoo berharap pada dua hal itu. Keharmonisan dan kerekatan keluarga. Namun, tidak pernah Jisoo benar-benar mendapatkannya.

"Unnie, apa aku pernah mengatakan aku tidak akan membantumu? Aku hanya... aku tidak siap..."

"Jadi... sekarang apa yang kau harapkan dariku?"

Jennie tahu Jisoo tidak berusaha, tapi Jennie merasa Jisoo sedang menekannya. Jennie sama sekali tidak bingung ingin memilih langkah yang mana. Jennie sangat tahu apa yang dirinya sendiri inginkan.

Jennie ingin Jisoo kembali ke rumah ini sebagai Hwang Jisoo, putri dari Hwang Jeewon yang telah pulang setelah mengalami kecelakaan. Bukan sebagai seseorang yang akan menjadi pemicu kegoncangan dalam keluarganya dan penyebab Jeewon dipenjara.

Jennie tengah berusaha menyadarkan diri, bahwa keinginan dirinya itu terlalu egois dan tidak adil bagi Jisoo.

"Aku tau, Jennie. Sudah pasti kau akan memilih ayahmu. Aku bisa memahaminya. Masuklah. Aku akan pergi dari sini."

Jennie seketika mencegahnya. Menarik lengan Jisoo agar tidak pergi. Jennie tidak bisa merelakan Jisoo pergi, tapi juga berat membawa Jisoo ke dalam yang nanti pastinya akan timbul keributan. Namun, sangat jahat jika Jennie memohon agar Jisoo bungkam.

"Unnie, apa semudah ini kau meninggalkanku lagi? Aku adikmu, Unnie. Apakah sedikit saja kau tidak mengingat kebersamaan kita? Apa kau tidak mengingatku? Aku pasti akan sangat berusaha agar terus di sampingmu."

Haruskah Jisoo merasa buruk untuk Jennie? Kelihatannya Jennie begitu terhimpit. Pilihan ini pasti begitu sulit. Hal yang selalu Jisoo tolak untuk dipedulikan, bahwa balas dendam hanya akan semakin menimbulkan rasa sakit.

"Aku yang membawamu sampai ke sini. Aku akan menemanimu sampai akhir. Unnie harus percaya padaku."

Jennie menarik Jisoo, pelan-pelan memasuki mansion Hwang. Mansion megah yang tidak perlu diragukan keglamorannya. Tepat di ruang tengah mansion itu Jennie berhenti, di hadapan seluruh keluarga yang memang sedang menunggunya.

Jennie menatap mereka satu per satu. Wajah Jeewon yang masih datar. Lisa yang melempar tatapan tidak suka bercampur curiga pada Jisoo. Lalu Dara dan Chaeyoung yang terlihat lebih butuh penjelasan daripada langsung menaruh prasangka.

Jennie menggenggam tangan Jisoo semakin rapat. Balasan genggaman Jisoo membuat Jennie kian yakin apa yang harus dan akan dia ucapkan.

"Aku membawa Jisoo unnie pulang. Dia adalah Jisoo unnie, kakakku."

Jisoo dan Jennie menunggu bagaimana reaksi mereka. Pandangan Jennie tertuju pada Lisa yang langsung membuang muka.

"Atas dasar apa kau menarik kesimpulan itu? Bukankah sudah dengan sangat jelas dia mengatakan namanya Ki Jisoon?"

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang