2.3 Appear

1K 131 18
                                    

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Jisoo. Kau sudah membacanya berulang kali. Masih belum puas?" Tae-yong duduk di samping putrinya. Menampakkan raut kebanggaan yang tidak semua ayah berikan pada anak daranya.

[Anak dara : Gadis, anak perempuan]

"Tidak boleh ada satu pun yang salah. Aku harus segera melakukannya. Semakin cepat aku menemui mereka, semakin cepat semua ini selesai." Tersirat emosi berlebih dalam setiap ucapannya. Bisa dibilang, itulah satu-satunya tujuan yang Jisoo temukan setelah kembali dari kematian. Mengambil semua haknya.

"Kita sudah memikirkannya sebaik mungkin. Semuanya pasti akan terkendali. Jangan terlalu keras pada yang lain. Yang harus terus kau ingat kejahatannya hanya Jeewon."

Jisoo menyentuh dada kirinya. Merasakan jantungnya berpacu lebih cepat, bergemuruh. Entah karena amarah atau kegelisahan, dirinya sendiri bingung menentukan. Tapi sakit hatinya itu murni kehadirannya. Terlalu sakit dadanya merasakan.

"Semuanya tergantung pada siapa yang tiga gadis Hwang itu prioritaskan. Ayah mereka, atau aku yang hanya orang luar?"

"Pertanyaan yang sulit. Pasti mereka juga akan kesulitan memilih. Di mata mereka, kalian berdua itu sama pentingnya."

Jisoo ragu akan mendapat dukungan dari Jennie, Chaeyoung, dan Lisa. Mengingat kasus Dara yang baru mendapat hak sepenuhnya dari Jeewon setelah beberapa tahun. Dugaan Jisoo hanya sampai pada mereka akan menyuruhnya memaafkan dan melupakan kesalahan Jeewon. Jisoo tidak bisa lagi melakukannya. Sebesar apa pun halangannya, tujuannya tetap yang utama.

"Aku tidak bisa menerima orang yang mendukung Hwang Jeewon. Penjara saja tidak cukup untuk menghukumnya. Bahkan kematian, masih hukuman yang terlalu mudah untuknya."

Tae-yong mengusap kepala putrinya. Mengekspresikan dukungan pada segala yang Jisoo pilih untuk dilakukan. "Lakukan semua yang membawa kelegaan pada hatimu. Appa selalu ada di pihakmu."

Jisoo sangat membutuhkan dukungan itu. Tanpa dukungan itu, kisah pembalasannya tidak akan sejelas ini. Rencana itu sudah terbayang di kepala. Tinggal mewujudkannya di depan mata. Tidak ada kejahatan tanpa hukuman. Entah hukuman di dunia atau setelah kematian, Jisoo sudah siap menanggungnya.

"Selamat pagi, Ahjussi. Maaf mengganggu waktu kalian. Aku ingin mengajak Jisoo pergi ke luar. Setiap aku ke sini Jisoo selalu sibuk dengan laptop dan banyak dokumen. Dia menjadi lebih pendiam. Aku ingin mengajaknya ke luar untuk melonggarkan pikiran. Kau mau, kan, Jisoo?"

Seulgi datang tanpa undangan. Selain peduli dia juga penasaran. Ada banyak hal ingin dia tanyakan. Sebagai sahabat yang pertama kali diajak bertemu, Seulgi merasa harus memahami. Jisoo pasti punya alasan memilih Seulgi. Atau mungkin Jisoo hanya butuh seseorang yang bisa dipercaya atau bisa bermanfaat.

"Kalian bicaralah berdua. Seulgi, terima kasih, ya, selalu perhatian pada Jisoo."

Seulgi membalas balik senyum ramah Tae-yong. Sebuah perbedaan yang cukup besar antara Tae-yong dan Jeewon. Seulgi yang orang lain saja bisa merasakannya.

"Pantas saja kau lebih memilih tinggal di sini. Jeewon ahjussi tidak pantas dibandingkan dengannya."

"Yeah, kau benar. Tapi aku akan pulang. Kau mau mengantarku?"

"Ke apartemenmu?"

Jisoo menggeleng tidak setuju. "Ke mansion Hwang. Ke rumahku."

Menunggu sampai mereka menemukannya itu terlalu lama. Karena mereka memang tidak berniat menemukannya. Dengan seluruh harta dan koneksi Jeewon, tidak mungkin menemukan Jisoo merupakan hal yang terlalu sulit. Jisoo tidak mau percaya, bahwa ada orang yang benar-benar berusaha keras untuk menemukannya. Bahwa masih ada Jennie yang hampir gila karenanya.











Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang