2.8 Pieces

721 110 23
                                    

Woobin

Aku menemukan pendonor
untuk Jennie.
Datanglah jika kau menginginkannya.
Aku tau kau
masih ingin hidup, kan?
Siapa yang akan

menjaganya saat kau mati?


Atas pesan teks itu Jisoo melajukan mobilnya ke arah rumah Woobin. Tentu saja untuk langsung melabraknya. Jisoo tidak bisa main-main terutama jika menyangkut nyawa adiknya.

Setelah beberapa puluh menit Jisoo sampai di alamat itu, agak jauh dari keramaian kota. Woobin mengirimkan alamat yang benar. Jisoo berada di depan rumah yang terbilang cukup besar. Tanpa basa-basi dia memasukinya. Tidak ada seorangbpun baik maid atau pun penjaga. Setelah sampai di dalam Jisoo berteriak memanggil orang yang baru saja mengiriminya pesan.

"Apa maumu?" Baru melihatnya Jisoo sudah menyerangnya dengan pertanyaan.

"Apa maksudmu?"

"Kau bermain-main denganku? Kau yang memanggilku ke sini."

Woobin mengernyit heran. "Kapan? Aku tidak memanggilmu."

"Baru saja. Kau bilang kau sudah menemukan pendonor untuk Jennie. Dan kau menyuruhku ke sini untuk meminta balasannya atau semacamnya."

Woobin benar-benar bingung, tapi ucapan Jisoo ada benarnya. "Ya, aku memang sudah menemukan pendonor yang tepat untuk Jennie tapi aku tidak pernah meminta apa pun darimu. Aku melakukannya untuk diriku sendiri. Aku tulus mencintainya."

"Benarkah? Lihat ini." Jisoo menunjukkan pesan yang baru saja dikirimkan padanya. Belum selesai Woobin membacanya Jisoo sudah memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. "Katakan apa yang kau inginkan?"

"Aku tidak menginginkan apa pun. Sungguh. Aku akan mengantarmu, kau terlihat tidak begitu baik." Selama beberapa saat Jisoo mempercayainya. Namun, dia segera menepis perasaan itu. Woobin sudah menunjukkan akting yang sempurna selama berbulan-bulan. Jisoo tidak mempunyai alasan untuk kembali mempercayainya.

"Cukup jauhi saja adikku."

Jisoo pergi mengemudikan mobilnya yang tidak lagi dalam keadaan sama saat dia datang. Minho orang paling puas melihat mobil itu melaju.

"Hyung, apa yang kau lakukan?"

Minho memberikan sebatang ponsel ke tangan Woobin. Woobin tentu cukup pintar untuk memahami situasi ini. "Hyung, kau yang menyuruhnya ke sini? Menggunakan ponselku? Kenapa kau lakukan itu?"

"Untuk mendapatkan perusahaan kita lagi. Hwang Jeewon akan memberikannya pada kita jika Jisoo mati. Jisoo pemilik sah STC Bussiness Finance. Saat perusahaan itu menjadi milik Hwang Jeewon, dia akan membantu kita menjadi pemilik perusahaan Appa, Woobin. Hwang Jeewon dan perusahaannya akan mendanai perusahaan kita."

"Hwang Jeewon ingin membunuh putrinya sendiri untuk merebut kepemilikan perusahaannya. Meski Jisoo mati, perusahaan itu akan jatuh ke tangan... Jennie. Jennie... aku harus ke rumah sakit."

Woobin tidak akan rela jika Jennie juga sampai celaka. Jeewon pasti sudah gila sampai tega membunuh putrinya sendiri. Woobin tidak bisa tinggal diam saat dirinya tahu belahan jiwanya bisa saja dibunuh oleh ayahnya sendiri.

Apa pedulinya pada Jisoo, yang terpenting bagi Woobin hanya hidup Jennie. Tanpa Woobin tahu, tujuan Jeewon memang menjadikan STC Bussiness Finance menjadi milik Jennie.

Tidak secepat itu. Beberapa mobil berhenti di halaman rumah mereka. Sekelompok orang datang menggerebek rumah Woobin dan Minho. Tampang mereka lebih terlihat seperti penjahat daripada tetangga yang sok akrab.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang