2.19 Trust

466 95 8
                                    

Jennie dan Chaeyoung yang sengaja meninggalkan Lisa dan Jisoo agar menghabiskan waktu bersama, mendapati Dara tengah termenung sendirian di meja makan. Mereka berdua mendekatinya. Chaeyoung memeluk ibunya dari belakang, mencoba memberinya ketenangan.

"Di mana Appa?" tanya Jennie seketika. 

Tentu saja Jennie merasa takut Dara memutuskan menyerah pada hubungan keluarga ini. Kelihatannya memang sudah tidak ada yang bisa dipertahankan. Jennie takut dia akan berakhir sendirian. Ketika misalnya Jeewon dipenjara, Chaeyoung dan Lisa masih memiliki Dara. Jisoo sudah memiliki keluarga barunya, lalu bagaimana dengan Jennie?

"Mungkin ada di kamar."

Jennie memfokuskan matanya pada Dara. "Apa yang Eomma pikirkan?" Jennie benar ingin tahu.

"Kebahagiaan kalian." Kesunyian panjang yang legam.

Jennie dan Chaeyoung tidak punya jawaban apa pun untuk menanggapi. Bagaimana cara Jennie atau Chaeyoung mengatakan, bahwa mereka sangat tidak apa-apa jika harus menghadapi perpisahan. Karena nyatanya mereka tidak akan bisa baik-baik saja menghadapi hal itu.

Jennie meraih tangan Dara. Mengundang tatapan Chaeyoung yang sendu.

"Aku tidak bisa memberikan saran apa pun padamu, Eomma. Namun, yang perlu Eomma tau, kami akan bahagia dan berusaha tetap bahagia meski apa pun yang akan terjadi." Jennie hanya berusaha menghibur dirinya sendiri. Dirinya pun tahu, sebenarnya dia sungguh tidak akan bisa tidak apa-apa.

"Memang sudah tidak bisa diperbaiki." Jennie berbalik beranjak pergi sebelum suara Chaeyoung mengehentikannya.

"Unnie mau ke mana?"

"Ke kamar sebentar, memanggil Jisoo unnie dan Lisa. Kurasa lebih baik memanfaatkan malam ini untuk saling bicara."

Chaeyoung berangsur menyetujui. Dia kembali memusatkan perhatiannya pada ibunya.

Langkah Jennie menyimpang, tidak sesuai dengan yang diucapkan. Jennie menuju ruang kerja ayahnya. Membuka pintu kayu lebar itu setelah memastikan tidak ada orang yang menyaksikan.

Jennie menutupnya sepelan mungkin. Menuntun langkahnya penuh waspada. Meneliti setiap barang penuh kecurigaan tidak merelakan sejengkal celah pun terlewat tanpa pengecekan matanya.

Satu hal yang sangat menarik perhatian dan pikirannya. Surat Perjanjian Nikah. Itu memang sudah biasa dilakukan oleh orang-orang besar demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, atau yang paling tepat adalah untuk menghindari hal-hal yang merugikan. Isi surat itu semakin meluruskan di mana asal muasal semua ini dimulai.

Segala aset atas nama Seo Seo young akan selalu menjadi milik Seo Seo young dan atau akan dilanjutkan ke keturunannya.

Salah satu poin itu saja sudah membuat Jennie sadar atas motif Jeewon merencanakan kematian Jisoo. Mungkin Jeewon semakin merasa dirinya hanya diperbudak dan terus dimanfaatkan tanpa diberi imbalan yang sepadan. Meski Jennie sadar itu memang benar, kejahatan Jeewon tetap tidak bisa diwajarkan.

Nafas Jennie tertahan diikuti debaran jantungnya yang semakin kencang, karena mendengar suara pintu terbuka. Mata Jennie secepat kilat menatap ke arah pintu, menghembuskan seluruh nafasnya merasa lega. Ketegangannya berangsur turun begitu Jennie tahu siapa yang ada di pintu.

Langkah Lisa secara menggebu menghampiri Jennie. "Apa yang Unnie lakukan?"

Lisa menyambar sebuah berkas dari tangan Jennie. Setiap kalimat yang Lisa baca diiringi dengan emosi yang kian menggelora.

"Orang itu yang menyuruhmu?" Setelah melihat hal yang Jennie lakukan ini, kepercayaan Lisa pada Jisoo kembali menyusut. Jisoo hanya memanfaatkan mereka semua demi keegoisannya.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang