2.6 Truth or Falsehood

746 128 17
                                    

"Unnie, tolong jangan mengemudi dalam keadaan marah."

Chaeyoung berusaha menenangkan Jennie. Sedangkan Lisa seolah tidak peduli. Lisa memahami Jennie merasa kehilangan, tapi bukan berarti Jennie bisa bebas berangan tanpa berpikir rasional.

Arti rasional dalam pemikiran Lisa saat ini adalah tujuh manusia bisa memiliki rupa yang sama di seluruh dunia. Orang tadi itu bisa saja salah satu dari tujuh orang yang memiliki wajah sama dengan Jisoo. Tetap saja sikap mereka berbeda. Yang tadi itu sama sekali tidak mencerminkan sikap Jisoo.

Hati Lisa langsung merasa pegal melihat Jennie sampai memohon seperti tadi. Terlebih kepada orang tak punya hati itu. Orang itu tidak pantas menjadi penyebab Jennie menangis.

"Unnie, ayo menepi lalu bicara baik-baik."

"Diamlah, Chaeyoung. Kita tidak akan mati."

"Bagaimana tidak mati kalau caramu menyetir sampai seperti ini," tukas Lisa sekenanya.

Jennie menepis ucapan Lisa. Berusaha bersikap tuli pada segala yang Lisa katakan. Gara-gara Lisa, Jennie gagal mendapatkan alamat gadis Jisoon itu. Jennie pun sudah berpikir secara logika, bahwa tidak mungkin dua orang bisa begitu persis tanpa ikatan apa pun.

Jika yang tadi itu memang bukan Jisoo, Jennie harus tahu alasan mengapa mereka bisa berwajah sama. Wajar jika dia curiga, bagaimana pun Jennie ini kembaran Jisoo.

Ada bagian dari diri Jennie yang merasa tidak terima ada orang yang bisa begitu mirip dengan Jisoo. Sedangkan Jennie yang notabenenya kembarannya saja tidak memiliki kemiripan sejelas itu dengan Jisoo.

Chaeyoung pasrah sepasrah-pasrahnya. Dia sudah pusing menghadapi pertengkaran Jennie dan Lisa yang masih panas. Mobil yang melaju terlalu cepat ini semakin menambah kegelisahan jiwanya. Jennie tidak seharusnya bermain-main dengan laju sebuah mobil. Chaeyoung masih bisa mendengar suara keras hantaman mobil Jisoo yang menjadi penutup dari panggilan suara terakhirnya.

Jennie menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Setelah akhirnya menyadari perilakunya. Sebelumnya dia sudah pernah menekankan akan bersikap lebih dewasa. Jennie masih menjadi orang yang egois dan mudah tersulut emosinya.

"Maaf." Kata singkat berakhir keheningan. Satu kata awalan dari Jennie membuat Lisa juga menyadari sikapnya yang terlalu keras.

"Maaf atas segala yang kulakukan." Jennie menumpukan kepalanya pada lengan di atas kemudi. Merenungi setiap ketidaksempurnaannya sebagai seorang kakak. Sempurna, kata yang terlalu besar. Rasanya dia bahkan tidak layak mengemban tanggung jawab sebagai seorang kakak.

"Unnie tidak perlu merasa harus menjadi yang paling dewasa. Di sini kita seumuran. Kita lakukan semuanya saling beriringan. Tidak ada yang harus berusaha terlalu keras sendirian," ucap Chaeyoung dengan satu tangannya mengusap punggung Jennie.

Mereka berpelukan. Lisa berdecak melihatnya. Walaupun baru saja bertengkar, dia tentu tidak suka ditinggal dan dilupakan.

Sedikit mencuri pandang, Lisa pura-pura tidak melihat Jennie yang sekarang menghadap ke belakang.

Tak kunjung mendengar suara Jennie, dengan jual mahal Lisa mengawali. "Kenapa melihatku begitu?"

"Itu apa?" tunjuk Jennie pada sebuah paper bag di samping Lisa. "Aku belum makan."

Lisa kira akan dibujuk, Jennie malah hanya menanyakan makanan. Tanpa bicara Lisa keluar dari mobil menuju pintu kemudi.

"Kalau mau makan ke belakang saja."

Jennie tersenyum terpesona. Melihat perilaku Lisa sekarang, seperti melihat diri Jennie yang dulu. Selalu merasa sungkan untuk mengekspos isi hati yang terkesan terlalu lembek menurut keduanya.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang