2.1 Disappear

1.6K 172 28
                                    

Mata Jennie terbuka lebar bersama nafas berat. Samar-samar mulai mendengar suara monitor yang memantau kerja organ vitalnya. Meraba bagian wajahnya dan menemukan masker oksigen di sana.

Ingatan Jennie seakan lumpuh. Bertahan dalam penglihatan kecelakaan tidak nyata itu. Jennie bergerak gelisah. Ingatan dan emosinya teraduk tidak rata. Kebingungan sendiri mencari tahu apa yang sebenarnya dia rasakan.

"Jennie-ya, kau membuka matamu. Ini Eomma."

Netra Jennie menatap lamat-lamat wajah ibunya. Mencoba mengenali emosi yang terpancarkan. Wajah penuh kasih ibunya masih belum berubah. Masih kencang tanpa ada tanda penuaan yang terlalu mencolok. Jennie berharap dia tidak menghabiskan waktu sampai bertahun-tahun untuk tidur.

"Ma-af." Suara Jennie tergagap.

Mata Dara mengabur dipenuhi air mata. Hatinya hanyut dalam perasaan bersilangan. Trenyuh oleh kebahagiaan lalu dililit oleh kehilangan di ruang kecil ujung hatinya.

Kalimat di ujung tenggorokan terasa tertahan. Berbeda dengan air matanya yang menyongsong keluar. Dara sampai bingung mana dulu yang harus ditangisi. Mendesak bibirnya untuk tersenyum. Menumpahkan semuanya dengan mencium dahi Jennie. Rasa syukur, tapi juga merasa masih kurang.

"Di-ma-na yang lain?"

"Mereka akan datang. Bagaimana perasaanmu? Bagian mana yang sakit?"

Jennie menggeleng. Dia merasakan sakit. Tidak tahu di mana tempat tepatnya. Sedikit rasa nyeri di dadanya. Namun, rasa hampa lebih besar menutupi. Perasaan dalam mimpi itu terasa lebih nyata sekarang, saat dia terbangun. Padahal dia sudah terbangun, tapi perasaan itu tidak lenyap sebagimana mimpi tersebut sudah menghilang.

"Pesta ulang tahun."

Dara membelai kepala Jennie untuk menenangkannya. Mencegah Jennie berpikir terlalu berat.

"Itu sudah tiga bulan yang lalu."

Secepat itu waktu berlalu. Rasanya baru kemarin malam mereka merayakan ulang tahun Jisoo dan Jennie. Menikmati pemandangan lampu kota dari atas bukit. Lalu berakhir dengan Jennie tertidur sampai tiga bulan.

Jisoo pasti sangat khawatir, Chaeyoung dan Lisa juga. Jennie tidak sabar melihat wajah mereka. Dia tidak jadi mati. Mereka pasti sangat senang melihatnya. Mereka harus tinggal lengkap berempat. Jennie sudah hampir kehilangan kesempatan. Dia sudah belajar seberapa berharganya waktu.

Jennie mulai menyusun banyak rencana dalam kepalanya. Kebahagiaan mereka terasa jelas di depan mata. Sekarang Jennie bisa melihat lagi warna dunia. Kehidupan mereka yang awalnya terasa suram, dalam sudut pandang Jennie sudah terang.

Mereka semua tidak perlu lagi khawatir pada hidup Jennie. Harapan hidup Jennie sudah membaik sekarang. Jennie tidak perlu lagi melihat mereka menangis untuknya. Tidak perlu melihat wajah Jisoo, saudari kembarnya, merana. Jennie tidak sabar melihat rona kebahagiaan di wajahnya.

"Eomma akan memanggil dokter supaya memeriksa keadaanmu."

Selain memanggil dokter, Dara juga menghubungi suami dan dua putrinya. Untuk meluaskan satu kabar bahagia ini. Hidup mereka menjadi kusam sejak beberapa bulan terakhir. Cahaya terang itu sedikit memunculkan diri sekarang.

Jika saja Dara bisa mengingat dengan baik, kehidupan keluarganya memang sudah kusam sejak awal. Sesuatu yang diawali kecurangan pasti sulit berakhir kebahagiaan. Sesuatu itu tidak pantas berakhir bahagia.











___________________



Di sisi lain kota Seoul, gadis dengan bibir berbentuk hati memandangi isi taman rumah sakit tanpa ekspresi. Hatinya sakit sedang menangis. Perasaannya melemah terkulai. Egonya terluka tercabik-cabik. Semua itu disembunyikan dengan baik oleh muka datarnya. Tertahan di dalam dadanya yang tidak lagi begitu luas.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang