2.20 Unexpected

501 88 8
                                    

Jennie dalam balutan pakaian kasualnya sudah siap turun ke lantai dasar untuk sarapan. Tinggal menunggu Jisoo yang masih mandi. Tidak ada lagi Jennie yang kehilangan semangat hidupnya. Tidak ada lagi Jennie yang mati jiwanya. Hanya tinggal Jennie yang semakin dewasa dan matang pemikirannya.

Jennie sadar, tidak seharusnya dia merasa begitu asing dengan Jisoo karena status kekeluargaan mereka sekarang. Namun, rasanya tetap tidak senyaman dulu. Jennie memaklumi sendiri perasaannya. Dia akan lebih banyak diam dan memahami. Tidak lagi berkoar-koar tanpa paham keadaan.

Lupa ingatan Jisoo pasti juga sangat berpengaruh pada perasaan Jennie ini, meski sejauh ini tidak ada perubahan terlalu signifikan dari Jisoo. Jisoo tidak melakukan apa pun yang berlawanan dengan sikap Jisoo yang dulu, tentu saja selain Jisoo yang menjadi lebih banyak speak up di depan Jeewon.

Tidak ada yang lebih mengenal Jisoo lebih baik dari Jennie.

Jisoo keluar kamar mandi sembari menepuk-nepuk rambut basahnya dengan handuk. Sesuai ajakan Jennie, hari ini mereka akan pergi ke rumah Hana untuk meminta kesaksiannya.

Kehadiran Jisoo seketika menarik mata Jennie. Entah sudah berapa lama mereka tidak lagi hidup dalam satu kamar. Mereka memang sudah sama-sama dewasa, tapi tinggal di dalam kamar yang sama tidak pernah membuat Jennie merasa terusik privasinya. Tidak tahu apa yang dirasakan Jisoo sekarang.

Merasa terus diperhatikan Jennie, Jisoo beradu pandang dengannya. "Ada apa? Masih ada busa di rambutku?"

Jennie menggeleng merebahkan senyumnya. "Apa tidak apa-apa kita tidur di kamar yang sama? Mungkin Unnie butuh waktu untuk terbiasa dengan hal yang sebenarnya tidak baru ini."

"Jennie-ya, apa bagimu aku seperti orang asing sekarang? Aku memang tidak ingat seberapa dekat kita dulu. Aku tidak tau apa hal yang biasa kita lakukan dan bagaimana kebiasaanku padamu. Itu juga hal yang aku sayangkan. Namun... kita bisa membuat ingatan yang baru."

Tatapan mereka bertemu sangat lama. Jennie menemukan kesungguhan dalam setiap detik dia mengeksplorasi dua manik jernih Jisoo. Mengingat kembali beberapa waktu ke belakang tentang betapa terpuruknya dirinya akibat kehilangan Jisoo, lalu sekarang Jennie bisa melihat wujud Jisoo lagi. Mata Jennie mulai terasa hangat. Jennie segera membelokkan pikirannya pada sesuatu paling dia damba yang ada di depannya kini.

"Aku mengerti. Kita akan membuat ulang ingatan itu. Kau akan selalu bersamaku, kan?"

Sepertinya pertanyaan itu sulit dijawab dengan pasti oleh Jisoo. Jisoo beralih arah berjalan menuju meja rias tanpa berkata. Sampai Jisoo duduk di depan meja rias, menatap pantulan sosok Jennie dalam cermin.

Jisoo menguapkan pertanyaan Jennie, bersikap seolah pertanyaan itu tidak pernah ada. Jisoo pura-pura sibuk mencari sesuatu. Walaupun itu hanya pengalihan, tapi Jisoo memang benar sedang berusaha menemukan sesuatu.

"Di mana pengering rambutnya?"

Jennie membuka salah satu laci di meja rias itu. Memberikan pengering rambut itu sembari tersenyum, meski Jennie agak kecewa karena pertanyaannya diabaikan Jisoo.

Jennie kembali berbalik ketika suara hair dryer terdengar. "Unnie, kau belum memakai vitamin rambutnya."

"Ah aku benar-benar pelupa. Ibuku juga selalu mengingatkan hal yang sama." Keheningan beberapa saat terjadi. Jisoo jadi merasa telah mengucapkan hal yang kurang tepat. "Maksudku Yoo-jin eomma--"

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, Unnie." Jennie bergulir mengambil botol vitamin rambutnya. "Aku akan membantumu memakainya."

Tentu saja Jennie melihat sekilas bayangan masa lalu. Mereka hanya bertukar tempat. Biasanya Jisoo yang memakaikan vitamin itu di rambut Jennie.

Twins 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang