18 | hug me, please?

95 15 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Greta sedang asik menjelajah taman bunga di bagian depan mansion keluarganya. Hujan yang mengguyur tidak ia hiraukan. Dengan payung yang dipinjamnya dari Bell, Greta berjalan kesana-kemari memetik bunga sambil menghirup aroma tanah yang basah.

'Wah keranjangku sudah penuh rupanya..' batin Greta sedih.

Dia kan masih mau nyari tanaman untuk di bagikan ke orang-orang rumah. Selama ini, dia banyak belajar tantang berkebun dari ibunya, dan sering melakukannya saat waktu senggang atau hanya bosan saja.

Saat akan berbalik ke rumah, Greta mendengar gerbang pintu rumahnya dibuka.

'Eh, Siapa itu? Ayah dan Ibu kan sudah pulang tadi siang?' Batin Greta

Cepat-cepat Greta berjalan kembali ke rumah. Tidak ingin bertemu dengan orang yang sepertinya tamu itu.

"Bisakah kau kembali padaku..?"

Tiba-tiba, Greta mendengar suara yang sepertinya bicara padanya. Ia pun menoleh dan mendapati Jeno berdiri tak jauh darinya. Basah kuyup, terlihat lemas, dengan mata yang sembab.

'Perasaan, kemarin mantan tunanganku adalah seorang pangeran. Bukan rakyat jelata..'

'Apa yang terjadi padanya?' Batin Greta.

Greta mengangkat roknya, agar tidak terciprat lumpur, dan berjalan cepat ke arah Jeno. Tangan Greta menggenggam erat keranjang bunga dan payungnya.

Sebenarnya ia agak khawatir dengan kondisi Jeno saat ini. Tidak memakai mantel, hanya memakai kaus, sepatu boots, dan tanpa pengawal atau kereta kuda seperti biasa. Bahkan pedang kesayangannya tidak terpasang di sabuknya.

"Apa yang terjadi pada—eh?!!"
Belum sempat Greta menyelesaikan pertanyaannya. Lengan Jeno langsung menyambar pinggangnya dan menariknya ke dalam sebuah pelukan.

Saking kagetnya, keranjang berisi bunga yang dibawa Greta jatuh, dan isinya berhamburan. Greta berdiri kaku di dalam pelukan Jeno.

"Maaf..." bisik Jeno, menenggelamkan wajahnya di pundak Greta.

"Ugh.." Tidak memedulikan ucapan Jeno. Greta berusaha menggeliat keluar dari pelukan Jeno tapi, Jeno malah mengeratkan pelukannya.

"Maaf.." gumam Jeno lagi.

"Maaf kenap—Jeno!!" Greta panik saat menyadari tubuh Jeno yang tiba-tiba lunglai di pelukannya.

Payung yang dipegangnya pun refleks terlepas dari genggamannya, karena tangannya harus menahan badan Jeno yang tinggi dan besar.

"Jen? Jeno, Heiii!" Greta menepuk-nepuk pipi Jeno yang terasa dingin, bibir jeno pun sudah agak membiru karena kedinginan.

Terpaksa, Greta harus membopong Jeno mendekati kediamannya.

Another Life | Jeno JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang