Greta sekarang semakin mencoba menjauhkan dirinya dari Putra Mahkota yang entah kenapa semakin sering muncul dihadapannya.
Greta heran kenapa Jeno belum juga mengumumkan secara resmi tentang akhir dari pertunangan mereka. Menurut dugaan Greta, Jeno sepertinya meinginkan sesuatu darinya.
Pesta Dansa yang dibicarakan Jeno kemarin akan berlangsng sore ini. Dan Greta sudah berusaha untuk memantapkan niat tidak akan hadir.
━ ☆ ━
"Masih belum?" Sebuah suara berat menginterupsi.
"Saya memohon maaf yang mulia.."
Jeno menyisir poninya kebelakang karena frustrasi, kemudian tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang dari tadi ia tunggu, Jeno tersenyum kecil.
Jeno pun segera bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri wanita yang sedang asyik mengobrol bersama beberapa tamu undangan yang lain.
"Ah! Yang Mulia senang sekali bisa bertemu dengan anda! Maukah anda mengajak saya berdansa?!!"
"Hey, Enak saja! Yang Mulia kemari karena ingin mengajakku berdansa. Bukan kau! Benar begitu Yang Mulia?"
"Tidak! Ia akan berdansa denganku!"
Baru akan memanggil nama sang wanita, Jeno langsung dihadang oleh sekelompok gadis bangsawan bar-bar yang sekarang malah bertengkar untuk mengajaknya berdansa.
Jeno sendiri agak kewalahan karena banyaknya gadis yang meminta perhatiannya. Jeno mengedarkan pandangannya ke sosok yang tadi, tidak ingin kehilangan.
Sayangnya sesosok yang tadi sudah memisahkan diri dari sekelompok bangsawan yang tadi mengajaknya mengobrol dan berjalan keluar dari aula dansa.
Jeno yang ingin segera menyusulnya, langsung menerobos beberapa kumpulan orang yang berada tepat dihadapannya dan berjalan dengan cepat kearah pintu keluar untuk menyusulnya.
Saat dirinya sudah berada di koridor istana, Jeno menyadari sudah tidak ada seorang pun orang disitu.
Ia pun segera mengecek setiap ruangan yang dilewatinya disepanjang koridor itu, mencari dimana gerangan orang yang sejak tadi menarik perhatiannya tanpa perlu meminta.
Jeno memasuki salah satu lorong yang ada dan mendapati seorang wanita sedang menikmati hebusan angin malam yang sejuk di balkon.
Jeno tersenyum, segera menghampiri wanita itu dan memanggil namanya,
"Adrienne..."
Adrienne yang merasa ada yang memanggilnya langsung memutar kepalanya, dan mendapati Jeno yang sedang tersenyum simpul ke arahnya.
"Ah.. Selamat malam Yang Mulia" Ucap Adrienne sambil membungkuk memberi hormat pada Jeno.
"Heii, Apa ini? Bukankah sudah kubilang untuk memanggil namaku saja?" Balas Jeno, sambil berjalan menghampiri Adrienne.
"Maaf, tapi saya merasa tidak pantas Yang Mulia.." Jawab Adrienne gelisah.
"Tak apa, senyamanmu saja." Ujar Jeno santai sembari bersender pada pagar balkon, mengamati pemandangan kota pada malam hari.
Dan juga untuk memandangi wajah cantik Adrienne yang tampak makin anggun karena gaun yang dikenakannya dan sepasang anting mutiara di telinganya.
Sisa malam itu pun dihabiskan oleh Jeno dan Adrienne untuk mengobrol panjang setelah sekian lama tidak bertemu.
Tibalah saatnya sesi terakhir sebelum berakhirnya pesta dansa ini, pertunjukan kembang api yang terkenal sangat megah nan indah.
Disaat semua orang yang hadir pergi keluar dari aula dansa ke halaman istana agar bisa lebih jelas melihat kembang api yang ditembakkan ke langit, Jeno dan Adrienne tetap berada di tempatnya.
DUARR!!
"ANJING!!" Jantung Greta rasanya jatuh ke dengkulnya saat mendengar suara keras itu tiba-tiba. Untung saja tidak ada yang mendengarnya.
Malam yang gelap menjadi bercahaya warna-warni di langit, terlihat dari jendela kamarnya. Greta pun keluar ke balkon kamarnya untuk melihat ada apa gerangan.
"Woah..!"
Greta kagum melihat banyak cahaya warna-warni yang gemerlap di langit malam.Greta buru-buru mengambil kursi -untuk duduk- dan selimut -agar tidak kedinginan- dari dalam kamarnya ke balkon untuk menemaninya melihat kembang api.
Kembang api selalu mengingatkannya pada setiap malam tahun baru di dunianya yang dulu. Dimana setiap orang akan menyalakan kembang api bersama orang-orang yang mereka sayang.
Greta tersenyum kecil saat mengingat dulu dia dan beberapa kawannya pernah hampir membakar panti asuhan tempat mereka tinggal saat mencoba untuk menyalakan kembang api sendiri.
Ia rindu berpesta bersama teman-teman kerjanya saat malam tahun baru, dan saling menceritakan pengalaman paling menyenangkan mereka pada tahun itu.
Greta berharap ia bisa segera kembali ke dunianya, walapun ia juga sudah mulai nyaman berada di sini.
Dan lagi, Greta merasa jika ia tidak pantas mendapatkan semua ini.
━ ☆ ━
Jeno terpaksa meninggalkan Adrienne karena sang Raja mencarinya.
Sekarang, tinggallah Adrienne sendirian sambil memperhatikan orang-orang yang pulang duluan sebelum penutupan pesta berlangsung.
Ia menghembuskan nafasnya pelan, bersyukur ia hanya sendirian disini, ia merasa agak bebas karenanya.
Sebenarnya, Adrienne sudah berniat pulang untuk menemui sebelum pesta kembang api dimulai, namun Jeno tanpa sadar menggagalkan rencananya.
"Huh, sekarang aku melewatkan kesempatan emas bersamanya.. Dasar." Keluh Adrienne entah pada siapa.
"Ughh.., aku punya firasat buruk soal ini." Gumam Adrienne sambil bergidik.
"Aku sudah merindukannya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life | Jeno Jaemin
Fanfiction[ not bxb ] "Mereka kenapa ngikutin terus sih? bukan malaikat pencatat amal kan?" Elia meninggal mendadak karena sebuah kecelakaan, Elia cuma berharap dirinya bisa masuk surga. Tapi, takdir membawa jiwanya masuk kedalam tubuh seorang tokoh di dalam...