'Didekap oleh orang tersayang memang membahagiakan.
Namun sayang, aku tak bisa merasakannya lagi sekarang.'"Hhooaaamhh"
Seorang gadis mengerjapkan kelopak mata indahnya berulang kali, menyesuaikan sinar lampu yang seolah menusuk indra penglihatan, Ia mencoba merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah semalaman tubuhnya menyatu dengan kasur.
Matanya mendelik saat melihat jam dinding yang menampakan kedua jarumnya tepat di angka 6,
"Argh gue kesiangan!"
Dengan kecepatan kilat perempuan yang memiliki tinggi 162 cm itu loncat dari kasurnya menuju kamar mandi, lagi dan lagi ia meruntuki dirinya sendiri karena lupa mengambil handuk yang entah kemarin sore ia letakkan dimana.
Hanya butuh waktu 15 menit ia selesai dengan ritual mandi dan seragam putih abu-abu sudah melekat di tubuh proporsionalnya.
"Sisir, sisir mana sisir" Gumam sang pemilik suara, sembari mengobrak abrik lemari dan kasurnya dan berakhir ia jumpai di laci meja riasnya.
Berada di depan cermin, dengan gugup dan sedikit kesal perempuan itu menyisir rambut sebahunya yang sedikit kusut.Takk
Tiba-tiba sisir berwarna kuning itu dilempar oleh sang empu,
"Dodol, ini kan Minggu"
Dengan wajah datar sembari mengeram pelan ia pasrah betapa bodoh dirinya sekarang, perempuan itu kembali membanting tubuhnya di singgasana ternyaman se dunia. Cuaca mendung pagi ini sangat mendukungnya untuk pergi ke alam mimpi kembali.
"Hhuuffft"
Brak brak brak brak brak
Baru saja akan memejamkan matanya kembali, namun ada orang yang entah siapa menggedor pintu rumahnya.
"Ck siapa sih"
Brak
Belum saja keluar untuk membuka kan pintu, perempuan itu terkejut saat melihat seorang pria yang secara tidak sopan membuka pintu kamarnya.
"A- ayah"
"Hai sayang"
Dengan senyum seringai menghiasi wajahnya, pria yang nampak berumur kurang dari setengah abad itu mendekat ke arah sang putri yang terlihat ketakutan.
"M-mau ngapain kesini"
"Hahaha memangnya salah berkunjung ke rumah lama"
"Keluar sekarang."
"Eits udah berani sama orang tua sekarang hah? Tenang aja ayah nggak akan lama-lama di rumah suram ini, lagian ayah cuma mau minta uang"
Perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya lemah dengan kedua telapak tangannya yang terlihat bergetar.
"Ck lemot." Tanpa persetujuan, pria itu mengobrak-abrik mencari benda pipih milik sang anak,
Ia tersenyum licik saat berhasil menemukannya, dompet kecil berwarna biru muda.
"Ck ck ck cuma segini? Keluar pagi sampai rumah malam, cuma lima puluh ribu yang kamu punya? Nggak ada gunanya kamu hidup"
"Sudah dapat apa yang anda inginkan? Silahkan keluar dari rumah saya sekarang."
"Hahaha rumah mu ya? Aizh kamar kamu berantakan sekali nak, pantas saja Yasmin dulu selalu memarahimu, ternyata dia tak becus mendidikmu"
"Tidak.perlu.menyebut.nama.ibu.
Saya tak ingin mendengar nama orang yang paling saya sayangi keluar dari mulut kotor anda"Takk
Sebotol parfum kaca berukuran 60 ml itu melayang dan menghantam kepala perempuan tersebut.
Pria tersebut perlahan mendekat pada sang putri, mencekram rahangnya kuat dan membenarkan rambut milik sang anak, lalu dengan tiba-tiba ia menariknya kebelakang,
"Sakit?"Perempuan itu berusaha mati-matian agar tak mengeluarkan cairan bening dari matanya, ia tak ingin terlihat lemah di depan pria yang beberapa menit lalu ia panggil ayah.
"Aaaaakh s-sakit lep-ass akhh"
"Anak kurang ajar, tidak berguna kau"
"Hiks hiks lepas awwh sakit hiks"
Perempuan itu merintih berharap sang ayah segera melepaskan genggaman di rambutnya namun sia-sia, kepalanya semakin mendongak ke belakang dan cengkramannya semakin kuat.
Cukup ia sudah muak dengan sifat lelaki tersebut yang mulai sekarang ia tak sudi memanggilnya dengan panggilan ayah.Merasa puas dengan aksinya, lelaki berpawakan tinggi tersebut menghempaskan putrinya ke lantai, dan tanpa babibu ia meninggalkan rumah itu.
"Hiks ak- hiks -u takut ibu, hiks dia pukul aku"
Perempuan itu memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Jika boleh jujur, ini sangat sakit sampai kepala nya terasa pusing.
Dengan sedikit tenaga yang dimiliki, ia bangkit dan duduk di kursi depan meja belajarnya yang sudah berantakan, ia mengambil buku harian dan mulai menggoreskan pulpen disana.Dear Ibu,
Bu, Ibu apa kabar disana? Aku kangen tau, Ibu kangen aku juga nggak? Hehe
Tadi ayah dateng ke sini, dia minta uang ke aku. Lucu kan Bu, masa ayah minta uang ke anaknya.
Terus tadi ayah bilang, aku anak yang nakal jadi dia jambak rambut aku. Padahal aku kan anak yang nurut ya Bu haha.
Mengadahkan kepala ke belakang, menarik nafas panjang, kemudian membuangnya perlahan sembari menutup mata. Hm aroma tanah tersiram air hujan menyeruak di indra penciumannya.
Sambil melihat tetesan air hujan yang mengembun di jendela kamarnya,
Tanpa permisi, segelintir cairan bening kembali terjun bebas dari mata sembab nya.
"Ibu dimana hiks Fasya pengin peluk"Begitulah gumam sang gadis yang bernama Fasya, meringkuk memeluk lututnya diatas kursi. Isak tangis yang menyesakkan bagi siapapun yang mendengar menggema dikamarnya namun samar karena diiringi suara hujan diluar sana.
Hai guys.....
Salam kenal dari aku ʕっ•ᴥ•ʔっ
Selamat datang di cerita aku 💖, semoga kalian suka yah hihi.
Jangan lupa dukung cerita ini dengan cara vote dan comment yaa kalo boleh follow juga xixi...
papai see you in next chapter (。•̀ᴗ-)✧
![](https://img.wattpad.com/cover/328504516-288-k827819.jpg)