'Aku bahagia jika bersamamu, akankah ini bertahan selamanya?'
Langit yang cerah, udara yang segar dan kondisi jalanan ibukota yang lancar membuat suasana hati Gavin dalam mode baik sekarang. Ditambah ia sedang menuju rumah wanitanya, senyumnya kembali terukir tatkala mengingat wajah wanita yang membuatnya tergila-gila akhir akhir ini.
Setelah sampai ditempat tujuan, Gavin memarkirkan motornya di pelataran rumah Fasya,
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum Fasya"
Tok tok tok
"Fasya"
Gavin hendak nengetuk pintu kembali, namun sang pemilik rumah sudah terlebih dulu membukanya.
Alih alih membuka pintunya lebar, namun Fasya hanya memunculkan kepalanya,
"Wa'alaikumsalam ouh elo Vin, kenapa?""Mau jemput lo, berangkat bareng ayo"
Fasya terheran, ada maksud terselubung apa lelaki itu tiba-tiba mengajaknya berangkat bersama. Tetapi di lain itu, Fasya juga senang karena dirinya bisa berhemat biaya ojek haha.
"Tumben amat, bentar gue ambil tas"Sembari menunggu, pria itu duduk di kursi yang berada tak jauh disampingnya. Gavin melihat beberapa tanaman yang sudah kering dan layu berada didepannya.
"Ayo" Ucap Fasya sembari mengunci pintu rumahnya,
Setelan sweater berwarna biru muda, rambut dikuncir kuda dan sepatu putih yang ia berikan beberapa minggu lalu. Sederhana namun manis dan selalu apa adanya, itulah yang Gavin suka dari seorang Fasya.
"Lo selese jam berapa?" Tanya Gavin sambil memakai pelindung kepalanya,
"Cepet kek nya sekitar jam 10, kalo lo?"
"Yakan kita satu kelas bu"
"Oh iya lupa"
Fasya terkekeh menepuk jidatnya,"Nanti balik bareng ya, ada sesuatu hal yang harus segera kita laksanakan"
"Hal apakah itu wahai kakanda?"
"Hahaha rahasia dong"
"Pfftt oke oke"
Masuk dengan jurusan manajemen bisnis memang jauh diluar dugaannya, namun ia merasa ada suatu dorongan didalam dirinya untuk mengambil prodi tersebut, walaupun hal itu juga salah satu masukan dari Gavin.
Tak buruk dan ia rasa ia mampu menjalankannya.Menjadi seorang ceo muda dengan vibes mandiri dan berkelas, argh membayangkannya saja sudah membuatnya gila.
"Sya, lo suka berkebun yah?"
"Hah?!"
"Lo suka taneman?" Ucap Gavin sedikit keras,
"Udah, lauk tempe tadi"
"Astaga beneran bolot nih cewe" Gumam Gavin pasrah.
Ia terkekeh saat melihat kaca spion memperlihatkan Fasya yang sedang kualahan dengan helm nya yang sedikit kebesaran,"APAH?! Lo ngomong apa sih? Suara kendaraan nya berisik"
"IYA TADI PAS GUA NYAMPER LO BELOM RAME SOALNYA"
Fasya menepuk bahu lelaki yang berada di depannya,
"Lo pikir gue budek?!"Gavin menghembuskan nafasnya pasrah, ia baru ingat pembahasan bersama temannya beberapa hari lalu tentang kamus yang berjudul 'Wanita Selalu Benar'.
Selesai dari keributan sepanjang perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Fasya turun dari motor dengan ekspresi yang tidak bersahabat,
"Ck ini gimana sih?!"
Fasya mencoba membuka pengait helm nya dengan paksa,
