#19

0 0 0
                                    

"Iya, mereka ber lima mah"

"...."

"Loh tapi Gavin udah izin sama mamah kan?"

"...."

"Iya mamah tenang ya" Davina kembali meneguk cairan pekat yang berada di dalam cangkirnya itu,

"...."

"Hm? O-oke mah"

"...."

"Iya aku sendiri aja"

"...."

"Iya mah gapapa, yaudah aku tutup ya assalamu'alaikum"

Davina melihat ke arah luar, yang nampaknya matahari sedang berada tepat di atas kepala manusia.
Wanita itu kemudian memasukkan smartphone nya kedalam tas dan mengambil kunci mobil disana, saat Davina beranjak barulah ada seorang pria yang membuka pintu kedainya.

"Ada Fasya gak?"

Pertanyaan tersebut membuat Davina menoleh ke arah pria tersebut,
"Fasya? Nggak ada Ren,"

Mendengar jawaban dari mulut Davina membuat lelaki itu hendak berbalik badan dan pergi, namun sebelum itu Davina langsung mencekal lengan pria yang pernah menjadi kekasihnya itu,

"Anterin aku ke Bogor"

Tak ada pertanyaan yang dilontarkan oleh Reno, namun Davina melihat ekspresi bingung disana.

"Kamu mau ketemu Fasya kan?"

~~~~~∆•∆~~~~~

Malam yang dingin namun terasa hangat, itulah yang dirasakan oleh beberapa anak muda yang beranjak dewasa tersebut.
Karena api unggun yang berkobar atau mungkin mereka yang duduk saling berdekatan, entahlah.

Jeritan serangga kecil saling bersahutan, masih setia menemani obrolan santai mereka sejak 30 menit yang lalu.
Eum ralat... Sebenarnya lebih banyak beradu mulut daripada mengobrol, mau heran tapi ya begitulah lima sekawan itu.
Dan tanpa mereka sadari, rasa ingin saling menjaga satu sama lain pun tumbuh dengan sendirinya.

"Ih kok punya lo lebih gede Lang" Tanya Cleo yang masih setia mempritili jagung nya sebelum ia makan,

Mempersulit hidup? Mungkin itulah penilaian yang tepat. Namun yang Fasya tau memang itu kebiasaan sahabatnya, karena katanya waktu kecil gigi depan Cleo pernah copot gara-gara menggerogoti jagung yang terlalu keras. Sampai ia dikatai 'pongah' oleh teman sebayanya yang membuat Cleo menangis seharian.

"Rumput tetangga emang lebih enak dimakan Le" ucap Galang tanpa memikirkan perkataannya,

Krek

Bertepatan mereka berhenti berbincang karena sedang khidmat menikmati makanan, tiba- tiba terdengar sesuatu yang sialnya membuat suasana jadi mencekam.

Kedua mata Gavin mengerjap dengan setengah batang jagung yang berada di mulutnya, Galang menelan salivanya dengan susah payah, pun Fasya, Cleo, dan Yogi yang sudah diam tak berkutik.
Fasya semakin merapatkan posisi duduknya, jangan salahkan Fasya jika ia parno akan hal yang berbau mistis.

Gavin tersenyum jahil melihat raut ketakutan di wajah Fasya dan Galang yang jelas tercetak disana.
"Sst udah-udah. Kalian sih, kan udah gua bilang ketawanya jangan keras-keras,"

Fasya yang mendengar penuturan Gavin semakin beringsut ingin menangis, apalagi Fasya merasa dirinya tak bisa mengontrol suara saat tertawa.

"Vin, lo sama keluarga lo jarang kesini yah? Pantes aja vibes nya gak enak." Tambah Yogi dengan ekspresi ketakutan, yang sebenarnya dalam hati ia tertawa kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MalaiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang