#5

0 0 0
                                    

'Tidak parah. Yang ku butuhkan bukan obat, melainkan seseorang yang bisa membuatku tertawa dan melupakan masalah tersebut,'


Perempuan dengan rambut berkepang dua tengah berlari keliling lapangan, nafasnya memburu dengan banyak bulir peluh di keningnya, ditambah lapangan kampus ini sungguh sangat luas ukurannya.

"LEBIH CEPAT!!!"

Para mahasiswa baru tergelonjak kaget saat kating mereka berteriak,  hanya ada rasa kasihan dibenak mereka saat melihat perempuan tersebut melaksanakan hukuman.

"Itu yang kipasan pake tangan. Lo mau gua kipasin pake kipas angin?!"
Sinis pria ber almamater kuning,

"M-maaf kak e-enggak" ucap perempuan berkulit putih,

"Nama?!"
Semua orang melirik ke arah gadis tersebut,

"Hah? C-cleo kak"

"Cih lemah."

Cleo hanya menunduk,
'Settann lo semua, dijemur dibawah matahari siang bolong begini lo pikir dingin?! Mana ketek gue basah lagi, aduhh rambut gue panas banget, ini yang goblok siapa si? Masa disuruh pake topi cepon biar ubun-ubun nggak panas, Ni rok item pula makin nyerep panas aja hiks. Apa kabarnya my bestie? Hiks semangat Fasya, alapyu' 

"Bro, udah aja. Gua kasian liatnya" Bisik pria bertubuh jangkung pada temannya,

"WOI sini"

Fasya berjalan dengan separuh tenaganya, nafasnya tak teratur, dan kepalanya terasa pening.

"Mau kemana lo? Sini."

Dua teman yang berada disamping pria tersebut saling melempar pandang,
"Bagas, udah woi"

Tanpa membantah, Fasya menuruti perintah pria tersebut.

"Kenapa dilepas kacamata lo?"

Reflek semua maba kembali menggunakan kacamata mereka, sudah bisa dibayangkan bagaimana penampilan mereka saat diatur oleh tentara killer dadakan itu?

"Maaf"

"Cih belagu lo ya jadi orang, kalo jawab tu nunduk. Ulang!"

Fasya menuruti perintah pria yang beberapa tahun lebih tua darinya,
"Ma-"

"Tunduk depan gua."
"Sekarang! Ngapain bengong? Mau bantah?!"

Bagas tersenyum miring saat Fasya menuruti perintahnya,

"Malu ya lo? Mau sok cantik disini? Muka pas pas an belagu lo."

Fasya mengetatkan rahangnya,
"Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan senang hati dan tanpa membantah saya sudah mematuhi semua perintah dari anda semua ya kak. Apakah seperti ini cara kakak tingkat memperlakukan adiknya seperti he-"

BYUURR

"Itu hukuman buat bocah ingusan yang udah berani ngelawan omongan gua."

Semua terkejut dengan perlakuan Bagas yang sudah kelewat batas, mereka hanya bisa menatap miris Fasya tanpa bisa membantu.

Namun tidak dengan Cleo, ia menghampiri Fasya memastikan sahabatnya itu baik baik saja.

"Sya lo nggak papa kan? Mana yang sakit? Sya kok diem?!" Tanya Cleo penuh khawatir,

"Hiks buka pintunya bu, Aya hiks mau main"

"Udah sore sayang mainnya besok lagi"

"Nggak mau. Hiks maunya sekarang buka pintunya!" Ucap seorang gadis kecil yang menangis meraung raung dan terduduk di dapur, kesal pada sang ibu.

MalaiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang