'Ya, berbagi cerita ternyata tak seburuk yang aku kira,'
Reno menancapkan sedotan di atas gelas plastik berisi matcha dingin yang ia beli tadi, kemudian mengambil beberapa lembar tisu dan memberinya pada Fasya.
"Kamu gak benci kan sama ayah kamu?"Fasya mengangkat bahunya acuh, ia tersenyum miring. Pertanyaan itulah yang setiap hari selalu ada dipikirannya.
Setiap kali ingin berdamai, selalu ada saja bayang-banyang masa lalu yang terlintas di otaknya dan semua itu berulang-ulang bak kaset rusak yang tak pernah bisa Fasya kendalikan."Ekhem, diminum dulu" Reno melemparkan senyumnya,
"Makasi"
Pria itu mengambil nafasnya panjang,
"Saya mau ucapin banyak terimakasih sama kamu, because kamu bisa bertahan sampe detik ini dengan banyak masalah yang pasti berat menghantui."
"Selama ini kamu pernah sharing sama orang lain?"Fasya menggeleng, memang benar adanya seperti itu.
Karena dia merasa jika bercerita dengan orang lain tak akan bisa mengembalikan semuanya, dan yang akan menghadapi masalah pada akhirnya adalah dirinya sendiri."Itu jawabannya kalo kamu tanya kenapa kamu ngga bisa nahan air mata,"
"Kamu lebih suka memendam dan terus menyimpannya, hingga akhirnya meluap lewat air mata.
Entah itu kamu yang benar atau yang bukan, mau kamu yang yang marahin atau yang dimarahin, kamu tetep nangis. Iya kan?"Fasya terkekeh, bagaimana bisa pria didepannya bisa sangat mengerti soal dirinya.
"Mau cerita gimana awal mulanya?" Gavin menatap Fasya dalam, dibalas senyum hangat oleh wanita tersebut,
"Sebenernya aku gak inget runtut kejadiannya, semua muncul setelah aku beranjak remaja,"
"Tapi yang aku inget awalnya dulu ayah sering sakit, sakit paru-paru kalo gak salah karena rokok. Setiap hari dia berbaring, kalo lagi kumat pasti kakinya mukul-mukul kasur terus nafasnya memburu gitu,"
"Aku inget banget dulu ibu selalu ada duduk di samping kasur nungguin ayah, rawat ayah, nenangin ayah kalo lagi ngamuk-ngamuk gitu pas kesakitan."
"Sumpah ya kak suara itu, suasana itu bener-bener masih kayak kedengeran jelas ditelinga aku,"
"Terus sampe akhirnya, ayah dibawa kerumah sakit, terus aku gak inget lagi kejadiannya hahaha,"
"Yang aku inget tu kek potongan-potangan adegan gitu kak"Reno mengangguk faham,
"Terus apa yang kamu inget setelah itu?"Fasya meneguk minumannya, berusaha mengingat kejadian lampau yang dialaminya,
"Nggak tau kenapa tiba-tiba aku sama ibu ada di depan rumah duduk nunggu jemputan. Oh iya aku belom ngasi tau yah, dulu aku sama ibu sempet pindah ke rumah nenek di kampung"
"Ouh, kam-"
Reno dan Fasya menatap mata seseorang yang tiba-tiba membuka pintu mobil mereka,
"Mweheh peace" wanita itu
mengangkat kedua jarinya,Cleo menghentikan Fasya saat ia akan turun dari mobil,
"Eit ett lo disini aja, gue dibelakang"
"Tap-"
Cleo menutup pintu dan segera masuk kedalam mobil tersebut,
"Arghh capek gue, eh o iya gue ajak kalian ke mall kan biar seru sharingnya, malah ngedekem didalem mobil ck ck ck"
"Brisik." Sarkas Reno,
"Idih, tapi btw makasih ya traktirannya hahaha. Sya kapan-kapan kita pergi bertiga lagi yuk, kita porotin nih mangsa satu HAHAHAHAH"
"Buset ketawa lo Cle lebar bener, kalo Yogi liat pasti dia langsung kena mental"
"Siapa Yogi?"
Cleo langsung kicep atas pertanyaan tersebut,
"A- anu itu apa namanya temen"