Setelah menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim, Fasya enggan untuk kembali ke atas ranjangnya. Pagi ini sangat sayang jika dilewatkan hanya dengan bermalas-malasan saja.
Gadis itu membuka semua jendela membiarkan udara masuk kedalam rumahnya, Fasya mulai menyapu, menyuci, dan mengerjakan segala sesuatu yang biasa dilakukan anak perempuan pada umumnya.
Hari minggu ini Fasya tidak bekerja karena Davina membuat peraturan baru mulai pekan ini dan seterusnya untuk hari Sabtu dan Minggu posisi Fasya di rolling dengan pegawai lainnya.
Selesai beberes, Fasya duduk di halaman sembari menarik nafasnya panjang menikmati udara segar yang sangat menaikkan moodnya.
Ingin lari berkeliling komplek namun badan jomponya sudah tak sanggup melakukan, setelah mengerjakan beberapa hal yang bisa dibilang sepele tadi. Namun juga tidak bisa dikatakan sepele!"Oiya hampir aja lupa" Fasya mengambil ember lalu mengisinya dengan air.
"Cepet gede ya krucil-krucil ku hahaha"
Dengan telaten gadis itu menyiram satu persatu tanaman yang baru beberapa minggu ia tanam bersama Gavin,"PASYAAAAAA YUHUUU INCES KAMING"
"Allahurabbi"
Untung saja Fasya memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, jika tidak pasti ember yang ia pegang sudah melayang menuju sasaran."Wae? Tumben main kesini"
"Hihihi tadaa gue bawa bubur ayam"
Cleo mengangkat plastik putih yang berada dikedua tangannya,Mata Fasya berbinar, kebetulan sekali ia sangat lapar tetapi malas untuk memasak dan sekarang tuhan mendatangkan Cleo. Betapa durhaka dirinya jika tadi menimpuk sahabatnya yang paling pengertian sedunia ini.
"Waaaaa tengkyu, lo sendirian aja nih?" Fasya heran lantaran makanan yang dibawa Cleo terlalu banyak untuk mereka berdua,"Enggak, sama bapak Reno tercintah"
Cleo menggeser tubuhnya, dan nampaklah Reno yang baru datang setelah mencari parkiran."Hai,"
Pria bertubuh jangkung itu tersenyum mencoba memecah kecanggungan yang terjadi,"Hai kak, eh ayo masuk masuk"
"Jangan ndes, disini aja asik kek nya"
Cleo langsung duduk dan membuka kresek yang ia bawa seakan sudah tak bisa menahan cacing-cacing yang sudah memberontak diperutnya,
Fasya dan Reno pun mengikuti apa yang Cleo lakukan."Kalian habis kemana?" Ucap Fasya basa-basi padahal ia sudah tau jawabannya saat melihat setelan pakaian yang digunakan oleh keduannya.
"Abis joging Sya,"
"Bohong yang lari gue, lo cuma selfie selfie"
Cleo melotot tak percaya terhadap pernyataan Reno,
"Orang gue juga ikut lari, y-ya walupun satu puteran tapikan tetep lari wle"
Reno hanya diam tanpa berniat menyangkal, karena percuma saja pasti pada akhirnya Cleo lah yang akan menang dalam perdebatan kecil ini."Vibes nya agak beda yah Sya, anjas sejak kapan depan rumah lo kek hutan rimba gini," Cleo terkejut saat tetasan air jatuh tepat dibahunya, air tersebut berasal dari pot kecil yang berada diatasnya.
"Iya, lo tarzannya."
Fasya memutar bola matanya malas, apakah Cleo dilahirkan untuk menjadi tukang roasting? Perasaan dulu Cleo pernah bilang pada dirinya jika rumah harus diberi banyak tanaman segar supaya suasana menjadi lebih sejuk, tapi sekarang apa? Inces gadungan itu mengatakan jika rumahnya seperti hutan rimba,"Ekhem, aduh seret banget nih"
Fasya menatap Cleo aneh setelah itu beralih melirik Reno, perasaan lelaki itu sedang makan dengan hikmat begitupun dirinya, lagipula mereka juga sedang memakan bubur ayam kan dan bukan semacam nasi warteg atau nasi padang.
