"Saya gajian tuh seminggu sekali, kamu gausah banyak omong minta-minta terus." Ucap seorang pria yang baru kembali dari luar rumah, dengan satu botol minuman keras yang berada ditangannya.
"Kamu selalu ngomong gitu mas, tapi apa? Pasti nanti kamu kasih ke aku setengah gaji kamu dengan alasan uangnya udah kepake. Kamu pake apa hah?! Judi?"
"Aku juga butuh uang itu mas, kita hidup mau makan apa?!""Ck AARRGH iya iya iya. Udah kan? Udah mending diem, gausah bacot. Saya kerja diluar banting tulang panas perih buat hidupin keluarga kita.
Gak bersyukur banget jadi istri.
Kamu tau nggak gimana keras nya dunia diluar sana? Tau nggak gimana setres nya saya ngadepin bos yang kerjaannya marah² terus?"
Pria tersebut tersenyum remeh,
"Nggak pernah kan?! Ya nggak pernah lah, kerjaan kamu cuma dirumah, tidur. Ngurus anak aja nggak becus."Wanita itu tersenyum kecut,
"Iya. Kamu bener mas. Andai dulu aku nurut sama orang tua aku, pasti aku nggak akan nikah sama kamu sekarang. Setiap hari aku gak bakal setres dirumah kayak gini, mikirin suaminya yang main tangan sama istrinya, selalu kelayapan tengah malem, kamu minum yang padahal aku lagi butuh uang, dan yang paling aku benci adalah kamu main wanita dibelakang aku,"Plakk
Pria tersebut menganggukan kepalanya dengan tatapan penuh kebencian,
"Bagus. Bagus, udah mulai berani sekarang?"Fasya kecil semakin cepat menggerakan pensil warnanya diatas buku gambar,
"Aaaahh lep-pas"
"HAHAHA itu hukuman untuk istri yang tidak pernah menghormati suaminya" ucap Tama semakin memperkuat cengkaraman di rambut panjang milik istrinya.
Yasmin memijat kepalanya kala ia berhasil lepas dari Tama, sudah tak ada lagi rasa pusing dan sakit, seperti semua hambar dan sudah terbiasa. Wanita itu tersenyum kecut melihat banyaknya rambut hitam lepas dari akarnya.
"Aku udah cape mas sama kamu. Cape sama sifat kamu. Selama ini aku berusaha mati-matian untuk menghormati kamu, aku sabar. Tapi kamu selalu seenaknya sama aku. Kenapa? Fakta kan yang aku bilang tadi? BAHKAN KAMU TIDUR DENGAN MEREKA"
Pranggg
Botol yang berada di tangan Tama kini sudah hancur, air didalam nya pun tumpah, hanya menyisakan leher botol yang masih ia genggam.
Nafas pria itu memburu dengan wajah yang merah padam. Tanpa rasa iba, ia menarik rambut Yasmin dan membawanya ke kamar.
Brak
Pintu tertutup sangat kencang.
Fasya meletakan pensil warnanya kasar kemudian ia bersembunyi dibawah meja belajar, ah meja makan.
Gadis kecil itu menutup kedua telinganya dengan telapak tangan yang sudah gemetar. Air matanya sudah menggenang, lututnya pun lemas.
Ada rasa benci dilubuk hati terdalamnya, namun ia tak tahu menahu karena apa.Fasya semakin menutup rapat telinganya saat suara menyakitkan itu masih terdengar.
Ibu nya menangis, suara cacian ayahnya, dan suara pukulan itu sangat jelas terdengar ditelinganya.
"Hiks hiks ib-u hiks"Tak bisa melakukan apa-apa, dada Fasya semakin sesak. Cukup, Ia sudah lelah mendengarkan suara menyakitkan ini semua.
"LEBIH BAIK KITA PISAH."
"OKE KALO ITU MAU KAMU."
Tangis Fasya semakin pilu, air mata semakin membanjiri wajah mungilnya, isakan demi isakan terdengar sangat menyesakkan,
"Hiks takut hiks hiks"
![](https://img.wattpad.com/cover/328504516-288-k827819.jpg)