"Ya lo yang ngetik dong ah, gimana mau paham materinya"
Cukup, kesabaran Fasya mulai di uji jika sudah berdekatan dengan manusia jadi-jadi an satu ini."Hadeh, iya iya"
Fasya mulai menjelaskan tentang materi tersebut dari mulai dasar-dasarnya, dan Galang dengan cermat mendengarkan sembari tangannya yang lihai mengetik.
Entah mengapa Galang lebih faham dijelaskan oleh Fasya ketimbang pria bangkotan yang selalu memberi satu kelas sarapan kuis dadakan itu. Ya allah maafin Galang ya allah.
"Hah tapi serius lo belum tau?" Tanya Fasya, tak ada nada mengejek disana.
"Belom"
"Perasaan pak Dodi kalo ngasi penjelasan tuh bener-bener rinci loh, dan sejelas-jelasnya. Oo bolos kan lo?"
Galang mendelik mendengar pertanyaan yang Fasya lontarkan, seolah menuduhnya dengan tuduhan yang sangat amat kejam.
"Ya terus?"
"Tidur"
"Goblok," Fasya hanya bisa beristighfar dalam hati, untunglah ia masih bisa menahan tangannya yang sudah mulai gatal manabok lengan pria itu.
Suasana taman di kampus kali ini sangat bersahabat, tak panas juga tak mendung. Angin terus saja bersemilir menemani mereka.
Namun tak biasanya tempat ini ramai,
"Sya pindah aja yuk ke perpus, najis gua liat orang pacaran" Ucap Galang saat melihat gaya pacaran dua insan di depannya itu,"Is is boombastic side eye hahaha, julid amat si jadi cowo"
"Ck buru ayo"
Fasya sedikit berlari mengejar Galang dengan dua buku tebal di tangannya. Sialan, awas saja jika pria itu lupa dengan janjinya.
Dan yah, untunglah di perpustakaan tak banyak orang berkunjung. Hanya ada tiga or- dan HEH! SIAPA DISANA?!
Ada Gavin, Yogi, dan eumm, siapa wanita yang membelakanginya itu?"Cleo," gumam Fasya saat mengetahui ternyata gadis itu adalah sahabatnya,
"Tumben banget mau ke perpus?""Loh bukannya Cleo sering ke sini buat pinjem buku ya?"
Fasya menyatukan alisnya saat Yogi bertanya demikian,
Ia melirik Cleo sedang memberinya kode kematian yang sangat kentara,
"O-oh hahaha iya dia mah suka banget nongkrong di perpus" jelas Fasya, walaupun kenyataan sebaliknya. Sahabatnya itu tak pernah mau jika ia ajak ke perpus, katanya tempat itu penuh kesunyian dan Cleo tidak suka itu. Lebih enak nugas di kantin katanya."Eh eh" Fasya terkejut kala tangannya langsung ditarik oleh Zidan untuk duduk disebelahnya,
"Ngapain lo? Belajar?"Gavin memperlihatkan wajah datarnya, pertanyaan macam apa yang Fasya ta- ahh sudahlah.
Kini mereka tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing,
Hanya ada suara ketikan laptop dan lembaran buku yang dibolak-balik, dan suara Fasya tentunya.Tak terasa sudah satu jam berlalu, mereka tengah berkemas bersiap untuk pulang, fyuh cuaca mulai terasa panas minggu ini.
"Eh guys, by the way gimana nih soal ke puncak?" Galang membuka suara, pasalnya mereka sudah berwacana sejak 10 hari yang lalu.
Gavin melirik Galang sambil memasukan benda pipih itu kedalam tasnya,
"Atur gimananya aja, gua tinggal ayo""Weekend ini aja gimana? Nanti kita ber lima pake mobil lo aja Vin, nah kebetulan papah lo kan punya vila juga tuh disana, nanti coba lo ngomong gimana Vin?" Usul Galang,
Gavin menggangguk setuju,
"Boleh, nanti gua coba izin bokap dulu""Kalian jadi ikut kan?"
"Ya harus lah." Gavin menyerobot pertanyaan Yogi,
Fasya memutar bola matanya malas, sebenaranya yang ditanya siapa yang jawab siapa."Yess. Oke, jadi fiks ya. Yaudah gua cabut duluan yah"
"Mana mie ayam nya?"
"Sial, ni curut satu inget mulu" gumam Galang pelan.
Gavin menarik tangan Fasya membawanya keluar,
"Lo ikut gua dulu""Woi alang-alang, mie ayam nya gue tagih besok. Awas aja lo lupa." Ujar Fasya yang semakin menjauh, dan hanya dibalas dehaman oleh Galang.
Galang dan Yogi beranjak dari duduknya, dengan Galang yang sudah terlebih dulu mendahului Galang keluar dari tempat itu.
"Gua duluan Gi""Iya" Jawab Yogi, lalu pria itu menatap Cleo yang masih duduk dengan jarinya yang terus menari diatas layar smartphone,
"Lo nggak pulang?""O-ouh, nanti lagi nunggu jemputan. Hari ini gue nggak bawa mobil soalnya,"
"Terus gimana? Udah dijemput?"
"Gue udah chatt pak supir tapi belum dibales sampe sekarang" Cleo menggaruk rambut bagian belakangnya,
"Balik bareng gua ayo"
"Hm? Jangan takut ngrepotin, rumah kita juga beda arah kan"
"Udah gak papa, ayo"
Fasya menggigit bibir bagian bawahnya, berusaha mati-matian menyembunyikan kelakuan reogny- oh maaf... Maksudnya kelakuan princess nya...
~~~~~∆•∆~~~~~
"Dia itu siapa sih? Kok lo bisa kenal? Terus gua liat juga kalian deket gitu, sampe pegangan tangan"
Slurrp
"Aahh, satu-satu Gavin kalo mau tanya" Fasya kembali meminum segelas pop ice taro yang berada ditangannya,
"Mmm gue bingung mau jelasin dari mana dulu,"
Gavin berdecak kesal, apakah gadis ini berusaha mengulur pertanyaannya?!
"Ck dia siapa?""Ekhem, jadi dia itu mm gimana yah, semacem temen curhat buat gue"
Gavin mengerutkan keningnya,
"Maksudnya?""Y-ya gitu,"
"Pacar?"
"Heh sembarangan kalo ngomong."
"Dia itu sepupunya Cleo, nah dia juga psikolog. Cleo sar-"
"Psikolog?" Gavin bertanya pelan yang hanya dijawab anggukan ragu oleh Fasya,
"Sya, kamu sebenernya kenapa sih? Kenapa nggak pernah cerita sama aku? Masih nggak nyaman cerita sama aku?" Ucap Gavin penuh keseriusan,
Jujur didalam hati lelaki itu memiliki sedikit rasa kecewa, ia merasa dirinya belum sepenuhnya dipercaya oleh Fasya."Gue baik-baik aja Vin. Cuma kadang masalah itu selalu berputar di otak gue. Dan kalo misal gue cerita sama lo, pasti lo juga akan bilang itu masalah sepele. Kenapa gue bilang gini? Karena itu sendiri yang gue alami waktu gue cerita sama orang lain. Dan kedatangan kak Reno juga atas dasar saran dari Cleo sahabat gue"
"Lo masih anggep gue orang lain?"
Fasya menatap Gavin dengan wajah yang sulit diartikan, "Apasih Vin, gue mau pulang."
Dengan cepat Gavin menarik lengan Fasya kemudian memeluknya,
"Maaf,""Jangan pernah merasa bersalah sama gue Vin"
Pengin cerita sama orang lain tapi belum nemu orang yang tepat, trauma malah adu nasib. Cape, cape banget sumpah sampe sering nglamun. Aku coba dengerin curhatan orang lain, biar aku tau yang punya masalah di dunia ini bukan cuma aku. Pas sholat malah sering nangis jadinya.
Aku tau semua orang punya masalah masing masing, bahkan mungkin banyak yang lebih berat daripada aku.
Tapi aku pengin ada seseorang yang dengerin masalah sama nangis aku, udah itu aja.
Aku cape, dada aku sakit,
F.
HAIII😋
Pendek yaa part nyaa? Maaf yaa lagi ngang ngong soalnyaaaDukung cerita ini dengan cara vote dan komen yaa
Tunggu next chapter!!! Lof u papai
