#12

0 0 0
                                    

Tap bintangnya yaa ayang🙀

Happy reading👸🏻


"Hai apa kabar?"

"Baik, kakak gimana?"

"Baik juga,"

Setelah mengetahui dimana rumah Fasya, Reno sengaja berkunjung yang tentu saja setelah ia membuat janji lewat chatting.
Sebenarnya Reno ingin mengajak gadis itu keluar selain di hari weekend seperti ini, namun Fasya selalu menolak ajakannya karena satu hari penuh Fasya sibuk dengan kuliah dan kerja.

"Masuk dulu kak" Ucap Fasya sembari membuka kunci pintu karena kebetulan ia baru pulang kerja,

"Jangan, disini aja"

"Gapapa? Banyak nyamuk loh kak,"
Reno mengangguk sebagai jawaban dan langsung duduk di kursinya,

"Bentar ya kak, aku ganti baju dulu sama ambil minum,"

Dengan terburu-buru Fasya mengganti bajunya. Setelah selesai ia membuat dua cangkir teh hangat,  untunglah dilemari masih ada cemilan kue kering dan yang lain untuk disajikan.

"Silahkan kak, maaf ya seadanya eheh,"

"Gak papa, maaf ngerepotin jadinya. Kamu gak cape? Saya ganggu?"

"Eh enggak kok, biasanya aku juga kalo tidur agak malem dikit. Kan kakak juga kesini mau bantu aku,"
"Oh iya kak, masalah biaya kalo misalkan aku bayarnya nyic-"

"Gak perlu,"

"Yah jangan gitu dong kak, soalnya aku yang gak enak sama Cleo. Insya allah aku mampu kok ya walaupun dikit-dikit sih hehe, berapa kak? Mahal yah?"

Reno menyatukan alis tebalnya,
"Cleo?"

"Iya katanya Cleo yang mau nanggung semua biayanya, tapi aku gak mau gitu soalnya dia udah terlalu banyak bantu aku"

"Oh, nanti saya bicarain sama Cleo,"

Fasya hanya mengiyakan, sebenarnya ia ingin bertanya ada hubungan apakah antara Cleo dan Reno, namun ia mengurungkan niatnya.

"Sampe dimana ya kita kemarin?"

"Hm? Sam-"

"Oh ya kamu pindah rumah,"

"Is kakak suka banget motong omongan yah" Kesal Cleo,

Reno terkekeh, ia sebenarnya tak sabar dengan Fasya yang jika ditanya selalu ham hem ham hem.

"Ekhem, okei. Jadi kan waktu itu aku sama ibu pindah ke rumah nenek di kampung, cuma waktu itu kek ngga ada yang nahan gitu loh kak. Aku nunggu sama ibu di depan rumah terus tas besar ada disamping kita, kita dijemput sama nenek pake angkot. Waktu kita lagi nunggu, ada temen ibu sama anaknya yang seumuran aku nyamperin kita, terus dia bilang 'Beneran Min, mau pindah?' terus ibu bilang 'Iya mba' terud dia bilang lagi 'Tuh Ri Fasya mau pindah"
Nah udah sepotong gitu aja,"

Gavin mendengarkan dengan cermat memahami situasi dan kondisi tempo dulu seorang Fasya.
"Oke oke, lanjut,"

Fasya diam sejenak sembari berfikir sebelum melanjutkan ceritanya,
"Waktu di kampung tu ada nenek sama bude kak, mereka baik-baik banget sama aku. Nah sewaktu dulu aku masih kecil, aku disekolahin TK sama bude dan itu berlanjut sampe aku SD terus bude sama nenek selalu ngasih aku uang jajan,"

"Waktu itu ibu kamu kerja nggak?"

"Nggak tau, aku gak inget sama sekali serius" Ujar Fasya,

"Kalo nenek sama bude kamu sekarang dimana?"

"Nenek meninggal udah lama kalo bude, beliau di Bali ikut suaminya. Tapi kita masih sering komunikasi, bude juga masih sering ngasi uang jajan buat aku,"

MalaiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang