Ezey mengucek matanya, berusaha mengumpulkan nyawa.
"Buruan mandi."
Suara berat itu mampu membuat rasa kantuknya hilang, seketika.
'Astaga, bisa-bisanya gue tidur pules di rumah cowok?' batin Ezey kembali memutar memori semalam.
***
Ezey membukakan pintu untuk Tagar. Lihat saja, cowok itu bahkan tatap bergaya tak acuh pada Ezey yang berusaha payah mendorong kursi rodanya beratus-ratus meter.
'Dasar cowok tak berperikewanitaan!'
Ezey menatap kagum rumah Tagar. Apanya yang apartemen? Ini mah namanya rumah mewah. "Jadi, lo tinggal di sini? Sendirian?!"
Tagar mengangguk, lalu merebahkan diri di sofa. Tubuhnya terasa begitu nyeri.
"Eh.... Lo ngapain tiduran di sini?!" hardik Ezey.
"Rumah gue, terserah gue mau tiduran di mana."
"Bukan gitu, Tagar. Lo tuh masih sakit, nanti lo masuk angin kalo tidur sembarangan kayak gitu. Terus nanti kalo lo jatuh dari sofa gimana?"
"Ngapain khawatirin gue?"
Ezey melipat tangan depan dada. "Gue nggak khawatir, cuman menjalankan tanggung jawab gue sebagai perawat dadakan lo. Buruan, gih, masuk kamar! Kalo lo sampai tambah sakit, ngerepotin gue tau, nggak?!" titahnya. Yap, mulai malam ini, ia resmi menjadi perawat pribadi Tagar. Lagipula orang tuanya juga sedang ada di luar negeri. Namun, lebih parahnya Tagar bahkan membuat surat perjanjian kontrak kerja dan memvidio Ezey untuk membacanya. Ya, tuhan, andai ini hanya mimpi, mimpi yang sangat buruk.
***
Ezey memijat pelipis. Namun, kenapa malah dirinya yang tidur di kamar?
Astaga! Semalam ia ikut ketiduran karena karena menunggu Tagar yang asik menonton TV agar mau tidur di kamar. Kuker, tahu, nggak? Padahal di sini ada penghangat ruangan.
What? Jangan-jangan, Tagarlah yang membawanya ke kamar?
"Gar, lo tadi malam tidur di mana?"
"Samping lo," singkatnya.
"Seranjang?"
"Y." singkat Tagar. Memang dia anggap ini percakapan lewat WA?
"Lo nggak apa-apain gue, kan?" tanyanya takut-takut.
"Apain apanya?"
"Ya....-"
"Malah kemarin gue pengen tendang badan lo dari kasur. Masa gue enak-enak tidur, lo nyelonong masuk gitu aja." Dihitung-hitung, mungkin itu jawaban terpanjang dari Tagar yang didengar oleh Ezey sejak mereka bertemu. Tampak kekesalan yang teramat sangat pada raut wajahnya.
"Hah?! Masa?!" tanya Ezey.
Tagar mengangguk samar.
Ya ampun, Ezeyla... Demi apa lo mikir kalo makhluk kutub itu gendong lo masuk kamar? Bodoh! Kakinya Tagar sakit, Bro! Masa iya gendong elo yang beratnya setara ama 1 ton karung beras? Canda! Ezey, sih badannya kurus langsing.
Ezey menatap kaki Tagar yang tampak B aja. "Btw, kaki lo masih sakit?"
"Hm."
Hm? Gitu aja?
"Gar, gue tau kalau gue harus ngerawat lo, tapi kenapa harus tinggal serumah, sih?"
"Lo pikir, nggak ada sesuatu yang tiba-tiba terjadi sama orang yang baru pingsan enam jam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAGARES: JAY ENHYPEN (END)
Novela Juvenil"Lo.. jadi perawat gue." "HAH?! Gila Lo?! Atas dasar apa Lo nyuruh gue jadi perawat Lo?!" "Lo.. orang yang udah nabrak gue." "Please, berhenti bilang gitu, bisa?! Ngeri gue dengernya!" Karena sebuah kecelakaan, Ezey terpaksa menjadi perawat dadakan...