Hari Pertama.
"Istirahat aja dulu."
Hari kedua.
"Bangun! Tiduran mulu!"
Hari ketiga.
"Lo cewek, tapi kamar lo berantakan banget?!"
Hari keempat.
"Baju kotor pada numpuk semua kayak gini?! Lo pikir mesin cuci segede itu buat apaan?!"
Hari kelima.
"Gak usah males-males bisa? Lo, tuh, di sini kerja!"
Hari keenam.
"Bersih-bersih rumah sana! Setidaknya lo ada gunanya!"
Hari ketujuh
"Lo bisa bersihan dikit, gak, sih?"
Dan seterusnya.
Sudah seminggu lebih Ezey tinggal di rumah Tagar sebagai perawat. Atau mungkin.. pembantu?
Awalnya, Ezey maklum mendengar segala ocehan Tagar dalam mendefinisikan dirinya. Namun, semakin lama dibiarkan, Ezey merasa Tagar semakin seenaknya memerintah.
Mental orang berbeda-beda, apalagi perempuan. Hari-hari sebelumnya bisa dimaafkan, tapi kali ini keterlaluan.
Ezey menghela nafas melihat Tagar yang sudah menunggunya di depan rumah. Duduk bersantal seolah menikmati pemandangan sore yang akan menginjak petang, padahal Ezey yakin kalau cowok resek itu sudah merencanakan berbagai tugas untuk ke depannya. Benar, Tagar tak mungkin semudah itu memberikan kebebasan dalam jangka waktu yang lama.
'Semangat, Zey!'
Ezey menyerahkan helm milik Kenan. Yap, siang ini dia diantar pulang oleh Kenan, setelah sebelumnya mampir membeli makanan untuk Tagar, serta keperluan susu dan lainnya untuk Bintang.
Serasa jadi ibu.
"Thank you, Suneo," ucap Ezey seraya merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan selepas memakai helm.
Kenan mengangguk. Sekilas ia juga melihat Tagar yang sepertinya telah menunggu kedatangan Ezey sejak tadi.
Kenan khawatir, "Zey, lo nggak papa tinggal di rumah Tagar?"
Kenan tahu persis bagaimana peringai keras sepupu keduanya. Ia saja tak pernah bisa mengatasi, apalagi Ezey yang sifatnya tak jauh berbeda?
"Gak papa apanya? Gue terpaksa juga, Sun. Emang ada pilihan lain selain ngerawat dia?" rumus Ezey. "Dah, lah, gue nggak mau dilaporin ke polisi." Jawabannya memang sangat berbeda dengan cewek-cewek pada umumnya yang jika ditanya akan menjawab 'baik-baik saja'.
"Tapi, Zey, gue mungkin bisa bantu lo. Lagipula, setahu gue, lo, kan masih terhitung anak di bawah umur. Gak mungkin masuk penjara."
"Beneran?! O iya, bokap lo, kan, polisi, Ken. Bisa, dong, bantuin gue?" ingatnya.
"Please.." Ezey berharap Kenan bisa membantunya keluar dari persoalan ini.
Kenan jadi bingung sendiri merevisi kalimatnya. Tidak salah, namun dia tak bisa membantu Ezey di kantor polisi. Karena hal Itu akan bersangkutan dengan Aksajaya - ayahnya. Sementara, hubungan mereka tidak pernah baik-baik saja. Disembunyikan dengan sangat sempurna, bahkan keluarga Jaya tak ada yang mengetahuinya.
'Ayo Ken, bahas hal lain!' batin Kenan berpikir keras.
"Emang bokap-nyokap lo nggak tahu tentang hal ini, Zey?" tanya Kenan terpikir sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAGARES: JAY ENHYPEN (END)
Novela Juvenil"Lo.. jadi perawat gue." "HAH?! Gila Lo?! Atas dasar apa Lo nyuruh gue jadi perawat Lo?!" "Lo.. orang yang udah nabrak gue." "Please, berhenti bilang gitu, bisa?! Ngeri gue dengernya!" Karena sebuah kecelakaan, Ezey terpaksa menjadi perawat dadakan...