Langit malam yang dipenuhi cahaya bintang dan rembulan membuat suasana hati Tagar menjadi lebih baik.
Tagar memandang ciptaan Tuhan yang indah itu dari balkon kamarnya. Tagar duduk di kursi single yang memang ditempatkan di situ semenjak ia tinggal di rumah ini sebulan yang lalu.
Sebuah benda melingkar yang tak lain adalah kalung emas dengan liontin permata ada di tangannya. Tagar mengamati benda itu dengan cermat. Dalam sekali lihat, dia bisa tahu kalau benda ini bernilai ratusan juta bahkan lebih.
Tagar menemukan kalung ini di bandara. Sebulan yang lalu, ketika baru saja sampai di bandara Soekarno-Hatta Indonesia, Tagar menjumpai seorang perempuan seusianya yang terkesan aneh, namun cantik, meski pakaiannya sangat informal.
Lebih mengejutkan, ketika awal masuk sekolah beberapa hari yang lalu, Tagar menjumpai perempuan yang sangat mirip dengan perempuan yang ia temui di bandara. Awalnya, Tagar berniat untuk mengembalikan kalung itu, namun urung karena ia mendapat informasi kalau perempuan yang satu kelas dengannya di MIPA 1 itu bukanlah anak dari keluarga kaya raya. Ayahnya merupakan pegawai kantor biasa sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga. Jadi, mungkinkah anak dari keluarga semacam itu mampu membeli kalung permata seharga ratusan juta?
Hipotensi itulah yang akhirnya membuat Tagar ingin menyimpan benda tersebut, selama dia mencari tahu siapakah perempuan itu sebenarnya. Mengusung budaya luar negeri, banyak perempuan yang terlihat lugu, aneh, atau polos di luar, tapi sebenarnya, mereka adalah pencuri bahkan psikopat yang sedang menyamar.
Ezeyla Indanaoree Arletta, itulah namanya. Mungkinkah perempuan yang akhir-akhir ini diberinya predikat cewek aneh itu mencuri? Atau ada lain yang disembunyikan dari cewek itu tentang keluarganya?
Takkan merasa, ada suatu hal yang membuatnya harus mengikat perempuan itu dalam pengawasannya. Tapi harus dengan cara apa? Apalagi, Ezey terlampau dekat dengan semua sepupu-sepupu Tagar. Bagaimana jika ternyata kedekatan itu modus yang merupakan salah satu rencana agar dapat menguras harta keluarga Jaya Adibaskara?
Huft, kenapa Tagar memiliki pemikiran yang seperti itu? Tagares E. Brawijaya! Ke manakah citramu yang selama ini dikenal cowok paling bodo amat sejagad raya?
Cukup lama Tagar berdiam, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk turun ke dapur mengambil air minum. Menginjak tangga terakhir, taga dikagetkan dengan suara gaduh yang timbul dari ruang tamu. Karena penasaran Tagar pun memutuskan untuk memeriksa ke depan. Alangkah terkejutnya, begitu tangga melihat ternyata Dafri, Atar, Shaqra, Kenan, dan Destan masuk ke rumahnya. Tanpa izin?
"Gimana caranya Lo semua bisa masuk?" Tagar dibuat heran, rumahnya yang syuper dyuper mevvah itu bahkan memiliki pasword di pintu masuknya.
Dafri, Atar, Shaqra, Kenan, dan Desta dibuat kaget, karena tak tahunya, sang pemilik rumah tiba-tiba saja muncul tanpa permisi.
Buset, emang rumahnya siapa harus permisi pula?
Kembali ke pertanyaan Tagar belum lama tadi, Dafri, Atar, Shaqra, dan Destan kompak menunjuk Kenan.
Tagar menepuk jidatnya pasrah. Cowok bermasker itu memang bencana. Memiliki sepupu yang pandai meretas milik orang lain memang memiliki banyak sisi negatif.
"Lo semua kenapa, sih, hobi banget ke rumah gue? Ada beban hidup, hah?! Perlu sekalian gue gusurin semua rumah lo?!" kesal Tagar.
Rupanya ucapan Tagar yang separuh membentak tadi tak membuat kelima sepupunya merasa jera. Persetan mereka yang malah melenggang masuk menuju ruang tengah. Bertingkah seolah rumah ini milik mereka sendiri.
Rumah Tagar memiliki berbagai fasilitas yang sangat lengkap dari Jaya-kakeknya. Tidak ada juga pemadaman listrik seperti yang dialami di apartemen Shaqra, maupun suara hewan layaknya di rumah Kenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAGARES: JAY ENHYPEN (END)
Teen Fiction"Lo.. jadi perawat gue." "HAH?! Gila Lo?! Atas dasar apa Lo nyuruh gue jadi perawat Lo?!" "Lo.. orang yang udah nabrak gue." "Please, berhenti bilang gitu, bisa?! Ngeri gue dengernya!" Karena sebuah kecelakaan, Ezey terpaksa menjadi perawat dadakan...