7. Sial

603 116 178
                                    

Keesokan harinya.

Ezey, Bianca, dan Vinet berbincang-bincang seraya menikmati jajanan kantin. Mereka memutuskan pergi ke kantin bersama meskipun berbeda kelas.

Kali ini, Ezey tak duduk bersama anak-anak marga Jaya. Begitulah Ezey, ada teman lama, yang sekarang ditinggalkan. Tapi tenang, hanya bersifat sementara saja. Tetap ingat, kalau Ezey itu memiliki pemikiran yang ANEH.

Bagi Ezey, seperti mencari suasana yang baru. Masa iya, setiap hari dirinya terus bersama Dafri yang galak, Atar yang notabene nyebelin dan sok ganteng, Shaqra yang nggak konsisten kalau diajak sefrekuensi, dan Kenan yang kalau diajak bicara malah cosplay jadi batu? Intinya, eneg kalau kian hari ia bersama cogan-cogan mulu.

Ezey menunjuk satu persatu anak-anak marga Jaya dari kejauhan- antara bangku kantin paling pojok dan bangku dekat tong sampah.

"Cowok yang sekarang lagi minum soda kaleng itu namanya Atar, musuh gue buat debat soal percintaan. Parahnya, dia itu playboy kelas kakap yang punya mantan banyak banget. Hati-hati, deh, kalau sama dia."

"Yang di sebelahnya Atar namanya Shaqra. Gue sering manggil dia Ceker karena dia suka banget sama ceker ayamnya Mang Sutris. Tahu, nggak, padahal bapaknya punya Tanak hektaran, tapi uang saku buat anaknya seret banget. Kalau menurut gue, bapaknya itu waspada soalnya setiap ngasih uang, malah dibuat koleksi ducati mulu sama si Ceker, kan, jadi nunggak, tuh, pajaknya. Oya, hati-hati soalnya si Ceker orangnya jahil banget, Bi, Vi."

"Nah, kalau cowok yang selalu pakai masker kayak Kakashi itu namanya Kenan alias kalau gue manggilnya Suneo. Dia anaknya pendiam, kalau diiitung-itung, kosakata sehari-harinya mungkin nggak ada sampai lima puluh. Suneo bestie gue banget, sebangku sama gue sebelum Bibi pindah ke sini, mau juga kalau gue suruh-suruh, soalnya gue lebih tua empat hari daripada dia. Tapi hati-hati, karena diem-diem dia bisa ngeretas data orang lain, ya.. kayak hacker gitulah."

"Terus yang tetep rajin pakai jas almamater meskipun siang-siang gini, itu namanya Dafri. Dia udah gue anggap kayak abang, padahal seangkatan. Dia orangnya perfect banget tahu, nggak? Udah ganteng, pinter, baik, tegas, bijaksana berwibawa, wakil ketos pula. Pokoknya lengkap, deh. Cuman sayang satu, galaknya nggak keturutan. Masa iya, dia tega jewer-jewer telinga gue? Hati-hati sama dia, kalau udah ngamuk... mending sembunyi di kandang ayamlah gue."

Ezey menatap aneh Vinet yang tiba-tiba saja tertawa kecut menanggapi ucapannya.

"Kenapa, Vi? Sakit lo?"

Vinet kembali tertawa. "Iya, sakit jiwa."

"Aneh," cibir Ezey. Iya tak menghiraukan lagi meskipun sepertinya ada suatu hal yang ingin diungkapkan sahabatnya yang satu itu. Vinet termasuk orang yang memendam masalahnya sendiri tapi selalu memberikan solusi tepat untuk masalah yang tengah dihadapi oleh sahabat-sahabatnya.

Vinet bertanya, mungkin untuk mengalihkan topik. "Ze, lah terus yang diantaranya cowok yang pakai masker sama cowok yang baru aja lu sebut, namanya siapa? Kok, lo loncatin gitu aja?"

Ezey menoleh ke arah tunjuk Vinet. "Oh, dia namanya Tagar. Rese banget tuh cowok. Gue juga baru kenal sama dia. Soalnya, awalnya dia sekolah di luar negeri, dan baru kemarin sekolah di sini. Oh ya, hati-hati juga kalau ngomong sama dia, orangnya full bodo amat. Fix jadi patung, deh kalau ngomong sama dia."

"Mereka itu sepupuan semua, anak tunggal juga, kecuali Atar yang punya adik tapi masih SMP. Ati-ati, dah, pokoknya, mereka diem-diem kalau kamu kayak demit," lanjut Ezey sebelum benar-benar menghentikan perkenalannya tentang anak-anak marga Jaya.

TAGARES: JAY ENHYPEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang