#9 [Ramuan Penawar]

5.2K 841 37
                                    

Vote dulu sebelum baca! (maksa)
◇─◇──◇─◇

Gerald memperhatikan ekspresi keponakannya yang sedang berpikir keras. Ia tidak banyak bicara dan terus memperhatikan apa yang dilakukan keponakannya itu.

Shio datang dengan tergesa dan mengatakan pada Kiel bahwa semua penyihir, alkemis dan tabib sudah berkumpul. Kiel diikuti Gerald berjalan menuju tempat mereka berkumpul.

Ketiganya mendapati beragam tatapan dari semua orang, kebanyakan kagum dan sisanya heran.

"Terimakasih karena sudah meluankan waktu untuk berkumpul." Kiel berdeham sebelum melanjutkan. "Saat ini wabah misterius terjadi ditempat ini. Wabah itu menyebar dengan cepat jika tidak ditanggulangi dengan tepat. Kita harus mengevakuasi warga yang masih sehat dan memisahkan mereka dar warga yang terinfeksi wabah."

Seorang penyihir mengangkat tangannya mengintrupsi Kiel. "Mengapa kita harus mengevakuasi yang masih sehat? Mereka berada ditempat yang sama, bukankah itu berarti mereka juga terinfeksi?" Tanyanya yang diangguki beberapa orang.

"Mereka yang masih sehat memang belum tentu tidak terinfeksi. Tapi bagaimana jika mereka tidak terinfeksi? Bukankah itu berarti kita membiarkan mereka mati dengan sengaja?"

Suasana seketika menjadi hening setelah Kiel membalas perkataan salah satu penyihir.

"Kita akan membagi tugas. Beberapa tabib memeriksa mereka, jika terdeteksi mereka terinfeksi, maka kalian bisa memisahkan mereka seusai gejala dari yang mendapat gejala ringan hingga gejala yang parah. Para penyihir akan membantu alkemis untuk membuat ramuan. Setidaknya kita bisa membuat ramuan yang menekan wabah itu agar tidak terlalu menyebar." Jelas Kiel.

Semuanya mengangguk mengikuti saran Kiel. Setelah dipikir-pikir, perkataan Kiel tidak ada salahnya.

Mereka membangun banyak tenda ditempat itu, termasuk Kiel. Ia tengah menata peralatan penelitianya. Gerald bilang, jika itu benar-benar dari sihir hitam, elemen cahaya akan sangat dibutuhkan untuk memurnikan wabah tersebut. Kiel bisa saja menggunakan elemen cahayanya seperti saat ia menyembuhkan Cedrik, namun Gerald melarangnya.

Pemilik elemen cahaya dikatakan sangat jarang dibenua tengah. Jika Kiel diketahui memiliki elemen cahaya dan juga elemen lain, maka ia akan berada dalam bahaya.

Kiel mengurung dirinya didalam tenda setelah mengambil beberapa sampel darah dari warga yang terinfeksi wabah. Ia menguji semuanya kemudian mencari dan menuliskan formula untuk ramuan penawar wabah tersebut.

Butuh satu minggu untuk menemukan formula yang tepat. Setelah itu, Kiel membagikan tulisannya pada para alkemis dan penyihir lain. Berkat penjelasan Gerald, Kiel hanya perlu meminta orang lain untuk membuat ramuan tersebut kemudian ia akan memberikan sihir cahaya pada ramuan yang sudah selesai dibuat. Hal itu bisa mempermudah pekerjaannya.

"Apa hanya ini bahan untuk penawarnya, tuan muda?" Salah satu alkemis dari kerajaan Iritha menyipitkan matanya. Ia terlihat ragu saat Kiel membagikan formula ramuan yang harus mereka buat.

Siapa yang tidak ragu? Walaupun Kiel dijukuki alkemis termuda, untuk menemukan penawar dari sebuah wabah misterius dalam waktu singkat merupakan hal yang tidak bisa dipercaya dengan mudah.

"Jika kalian sudah selesai. Berikan semuanya padaku, aku akan menyempurnakannya dalam waktu singkat." Kiel pergi meninggalkan alkemis yang terlihat seumuran kakak keduanya itu.

Ia berjalan memasuki tenda yang berisikan pasien dengan gejala rendah. Kiel bisa melihat banyak orang menggunakan breath yang ia buat. Beberapa diantara mereka sudah melepaskan alat yang mirip nasal canula di bumi itu.

Seorang pria dengan pakaian serba putih yang Kiel yakini sebagai tabib berjalan dengan tergesa kearahnya. "Tuan muda, anda disini." Tabib itu melemparkan senyum pada Kiel. "Sebagian besar pasien disini sudah sembuh berkat anda, tuan muda. Terimakasih." Tabib itu membungkukkan sedikit tubuhnya.

Ratu Iritha yang juga diberitahu para tabib bahwa Kiel menciptakan alat bantu napas untuk warga yang terinfeksi wabah kembali merasa terharu akan tindakan Kiel. Ia bahkan tidak segan mengirimkan ribuan koin emas pada alkemis muda itu.

Kiel mengangguk pelan, walaupun ia yakin tabib itu tidak melihatnya. "Syukurlah jika itu berguna. Bagaimana dengan yang lainnya?"

"Alat yang diberikan tuan muda, memiliki efek yang berbeda pada setiap pasien. Mereka yang memiliki mana yang besar, membaik lebih cepat dibandingkan mereka yang memiliki mana rendah." Tabib itu menjelaskan.

'Yaa, aku tidak pernah mengujinya pada orang lain selain ayah.' Kiel berpikiran ia bisa meningkatkan kualitas breath lalu menjualnya dengan harga tinggi pada para tabib. Ia pasti akan untung besar.

Kiel meminta para tabib untuk melanjutkan perawatannya. Ia kemudian kembali ke tenda miliknya. Ia bersinggungan dengan Gerald yang sudah membuat penghalang untuk memisahkan warga yang terinfeksi wabah sesuai gejala bersama penyihir lainnya.

"Apa anak nakal ini sudah makan dengan benar? Bagaimana tubuhmu bisa menjadi sekurus ini dalam satu minggu? Ayahmu bisa mengomeliku sepanjang waktu jika melihat ini." Gerald mengerutkan keningnya melihat Kiel yang tampak pucat. Ia tidak yakin keponakannya makan dengan benar.

"Ah... Itu," Kiel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Gerald berdecak kesal melihat respon keponakannya. Ia membawa Kiel berteleportasi ketempat lain. Mereka tiba disebuah tempat makan. Gerald memesan banyak makanan untuknya dan Kiel.

Melihat banyak makanan dihadapannya, Kiel hanya bisa menghela napas pasrah. Belum lagi, ekspresi Gerald yang sepertinya tidak menerima penolakan.

❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙

In Another World I Become An Alchemist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang