Vote dulu sebelum baca! (maksa)
◇─◇──◇─◇Tawaran Kiel benar-benar menarik dimata Gerald dan Ken namun Sam muncul kemudian menghampiri Kiel.
"Ah, maaf mengganggu. Saya hanya mengingatkan bahwa sudah jam makan siang. Duke dan tuan muda Kian sudah menunggu." Ucap Sam dengan senyum canggung diwajahnya.
"Terimakasih sudah mengingatkan, Sam. Pergilah." Sam mengangguk mengiyakan kemudian bayangannya menghilang dibalik pintu.
"Akan lebih baik jika Cedrik dan Kian juga mendengar ceritamu." Gerald memimpin mereka menuju ruang makan dimana Cedrik dan kian sudah ada disana.
"Kudengar yang mulia mengirim surat untukmu." Kiel duduk di kursinya saat Cedrik bertanya.
"Itu benar ayah, yang mulia mengatakan bahwa ia akan memberiku gelar Count."
Para pelayan yang tengah menghidangkan berbagai menu makanan menghentikan kegiatan mereka saat Kiel berbicara.
Kian menatap kagum dan terliat bangga pada Kiel namun perkataan Kiel selanjutnya membuatnya mengerutkan kening.
"Kau menerimanya?"
"Tidak, aku menolak. Lagipula aku sudah mendapat gelar alkemis. Untuk apa menjadi Count? Itu hanya akan membuatku memiliki banyak pekerjaan."
'Itu tidak salah, tapi–' Bahkan Kian tidak melanjutkan kegiatannya untuk membatin.
Kiel menatap Cedrik untuk melihat bagaimana reaksinya. Ia mendapati Cedrik yang mengangguk pelan. "Kami menghargai keputusanmu. Apa kau sudah memberi surat balasan?"
"Aku akan menulisnya setelah ini."
'Aku akan meminta uang sebagai gantinya.' Lanjut Kiel dalam hati.
Mereka kemudian menikmati makan dengan tenang. Setelah itu kembali menyibukkan diri dengan kegiatan masing-masing.
Kiel kembali ke kamarnya kemudian menulis surat balasan pada kaisar Robert. Ia meminta Sam mengirimkan surat balasan tersebut.
Mengingat perkataan Gerald bahwa tubuh Oscar sudah mulai membusuk, Kiel melangkahkan kakinya keruangan tempat ia melakukan penelitian. Kiel mencorat-coret catatannya, menuliskan formula yang cocok untuk ramuan yang akan ia berikan pada Oscar.
Tidak perlu memberi siksaan fisik, Kiel akan membuat beragam ramuan yang dapat menyakiti Oscar dari dalam kemudian menyembuhkannya lalu mengulangi kegiatan itu hingga Kiel merasa bosan.
Keluar dari ruangan, Kiel diseret oleh Ken yang sejak tadi menunggunya keruangan diamana keluarganya berkumpul.
"Kau bilang akan mencertiakan tentang duniamu. Ayah dan Kian juga tertarik, jadi cepat ceritakan." Ucap Ken dengan semangat.
"Kalian sudah melihat ingatanku. Bagaimana menurut kalian?"
"Itu luar biasa, duniamu begitu berbeda dengan disini!"
Cedrik juga diam-diam tertarik dengan dunia Kiel sebelumnya namun ia tidak banyak berkomentar.
Menghela napas pelan, Kiel mulai menceritakan yang ia ketahui.
"Duniaku disebut bumi, planet ketiga dari tata surya. Memiliki lima benua dan juga ratusan negara serta miliaran manusia didalamnya. Aku-"
"Planet? Apa itu? Negara?" Ken menyela perkataan Kiel dan menyerbunya dengan beragam pertanyaan.
"Tidak bisakah kau diam? Kau bisa bertanya setelah Kiel menyelesaikan ceritanya. " Cedrik berucap sinis pada anak sulungnya walaupun sebenarnya ia juga pernasaran.
Ken merengut kesal namun mengiyakan perkataan ayahnya. Ia mengambil kertas dan tinta serta pena bulu kemudian menyimpannya didekatnya.
Kiel tertawa pelan melihat interaksi keluarganya. "Aku akan menjawabnya untuk sekarang, tapi kedepannya. Tolong lakukan seperti apa yang ayah katakan."
"Planet adalah benda langit yang berputar mengelilingi matahari. Adapun negara, itu seperti kerajaan."
"Bulan dan bintang juga benda langit. Apakah mereka juga disebut planet?" Ken kembali bertanya.
"Bagaimana bisa ada ratusan kerajaan dibumi?" Kian juga bersuara.
Kiel kebingungan sekarang. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tertawa canggung. "Aku tidak mengetahui jelasnya. Semua itu aku ketahui saat aku berada disekolah. Seingatku, pada zaman dulu memang banyak kerajaan. Namun pemerintahan mereka berubah seiring berjalannya waktu. Beberapa kerajaan besar terpecah belah lalu berubah menjadi negara. Kurang lebih seperti itu."
"Sangat menarik, bagaimana dengan sihir diduniamu?" Gerald mengangguk pelan. Ia benar-benar tertarik dengan dunia Kiel sebelumnya.
"Dibumi, sihir, mana dan pedang tidak umum." Balas Kiel yang membuat semua orang terkejut.
"Apa!? Bagaimana bisa? Bagaimana kalian menjalani hidup tanpa sihir?" Gerald, penyandang gelar sebagai penyihir agung tentu merasa heran.
"Duniamu benar-benar aneh." Cedrik ikut berkomentar. Didunia mereka, semua orang bisa menguasai sihir.
Kiel memaklumi tatapan heran dari keluarganya. Sama seperti mereka, Kiel juga merasa asing dengan dunia ini walaupun ia sudah memahami apa itu mana dan sihir lewat novel fantasi yang ia baca.
"Apa mungkin, benda-benda yang kau ciptakan itu terinspirasi dari benda-beda dibumi?" Tanya Kian yang mendapat anggukan sebagai balasan.
"Barang-barang tersebut sangat berguna. Ah! Jangan katakan bahwa toko alat tulis yang kini tengah ramai dibicarakan, itu juga milikmu?" Kian bertanya lagi.
"Kau membuka toko?" Cedrik menyela.
Kiel membuka mulutnya hendak menjelaskan namun Ken lebih dulu bersuara. "Apa yang tidak bisa Kiel lakukan, ayah? Ia memiliki Jake yang bisa dimintai bantuannya kapan saja. Toko itu dibangun oleh orang-orang Jake bahkan hingga pegawainya."
"Mengapa kau tidak meminta bantuan kami?" Cedrik berdecak sebal karena baru mengetahui bahwa Kiel memiliki sebuah toko.
"Tempat itu hanya menjual beberapa item, aku juga belum berniat untuk menambahkan item lain, itu sebabnya aku tidak memberitahu kalian."
"Apa kau berniat menambahkan item lain di tokomu?" Tanya Gerald, ia berpikir untuk melihat bagaimana cara Kiel membuat sesuatu yang terinspirasi dari bumi.
Kiel mengangguk singkat, ia meneguk teh yang sudah disiapkan sejak tadi.
Percakapan terus berlanjut tanpa menyadari bahwa waktu berlalu dengan cepat. Membandingkan bumi dan dunia tempat mereka tinggal, Gerald mengakui bahwa bumi sepertinya memiliki peradaban yang lebih baik daripada dunia mereka bahkan tanpa adanya sihir disana.
"Aku penasaran. Apa pekerjaanmu dibumi?" Hingga akhir, Kiel hanya bercerita dan membandingkan antara bumi dan dunia ini.
"Ayah, aku belum bekerja. Aku masih seorang mahasiswa jurusan ekonomi. Tapi aku juga sering melakukan penelitian dan kegiatan lain sebagai hobi."
Tentu saja kalimat terakhir itu dilakukan dirumahnya. Mana mungkin Kiel yang ansos di bumi mau berbaur dengan mahasiswa lain.
"Mahasiswa?" Beo Cedrik.
"Itu sama dengan murid disini. Dibumi, kami memulai pendidikan saat berusia enam atau tujuh tahun disekolah dasar selama enam tahun, setelah itu melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama selama tiga tahun, lalu sekolah menengah atas selama tiga tahun, kemudian kuliah dan meraih gelar sarjana selama beberapa tahun." Jelas Kiel panjang lebar.
"Terlalu banyak." Cedrik memberikan komentar singkat.
"Itu sebabnya kau keluar dari akademi?"
"Tentu saja! Aku sudah sangat cerdas hahaha." Balas Kiel diakhiri tawa.
❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another World I Become An Alchemist
CasualeSEQUEL I BECAME DUKE SON ◇─◇──◇─◇ Empat tahun setelah Kiel mengasingkan diri, rumor yang mengatakan bahwa putra bungsu Alastair yang juga disebut alkemis termuda merupakan pencipta ramuan penawar mana gelap mulai tersebar. Rumor itu tidak hanya memb...