22

4.1K 737 21
                                    

Sudah kuduging kalo doble up votenya suka loncat😩

Vote dulu sebelum baca! (maksa)
◇─◇──◇─◇

Suasana diruang makan tidak seperti biasanya. Rasanya begitu hening dan canggung.

Ken, mengeratkan pegangan tangannya pada Celine yang terlihat gugup berharap Celine menjadi sedikit lebih tenang.

Tatapan para pria pada Celine mau tidak mau membuat gadis itu merasa salah tingkah. Keluarga Ken benar-benar memiliki paras rupawan.

"Kakak, kau akan segera menikah? Kupikir kau tidak tertarik pada perempuan." Suara Kiel memecah keheningan namun apa yang ia katakan membuat Ken melotot pada adik bungsunya.

"Ahahaha, kau benar adik, aku juga berpikiran seperti itu." Kian tertawa pelan ikut mengoda kakaknya.

Baik Cedrik maupun Gerald menatap dua mahluk jengah dua mahluk yang berisik itu.

"Kalian berdua juga harus segera mencari pasangan. Usia kalian sudah cocok untuk menikah." Ucap Gerald dengan suara bijak.

Kiel dan Kian seketika terbatuk pelan karena tersedak ludah sendiri. Mereka buru-buru mengambil minum untuk meredakan batuk.

"Sepertinya kau harus membeli cermin, Usiamu lebih tua dari mereka tapi kau masih menyediri. Cih" Cedrik berdecih pelan. Ia memberi isyarat agar mereka mulai makan.

Semua orang kini makan dengan tenang begitu juga Celine. Ia merasa kegugupannya perlahan menguap mengetahui bahwa keluarga Ken tidak se-kaku yang ia kira.

"Bagaimana makanannya?" Cedrik bertanya pada gadis disamping Ken.

Celine tersentak, ia hampir saja menjatuhkan pisau dan garpu yang ia pegang. "I-ini lezat." Balasnya dengan gugup. Celine tidak menyangka bahwa Cedrik akan memulai percakapan dengannya.

Cedrik mengangguk singkat kemudian melanjutkan makannya. Ia tidak mempermasalahkan siapapun pasangan anak-anaknya. Asal mereka bahagia, itu sudah cukup. Toh, Cedrik juga menikahi Riana atas dasar cinta, bukan karena pernikahan politik atau pemaksaan lainnya.

"Jadi, haruskan aku memanggilmu kakak ipar?" Kiel bertanya sebelum memasukkan potongan daging kedalam mulutnya.

Pipi Celine seketika memerah bersamaan dengan ujung telinga Ken.

"Kami bahkan belum bertunangan." Ucap Celine dengan pelan sambil menunduk. Ia menggigit bibirnya menahan senyum.

"Kiel, berhenti menggodanya atau Ken akan marah padamu." Gerald ikut meladeni Kiel yang menggoda kakaknya namun diabaikan oleh keponakannya itu.

"Apa bedanya? Lagipula kalian sudah lama saling mengenal. Mengapa harus bertunangan? Mengapa tidak segera menikah–"

"Uhuk! Uhuk! Ekhem. Kiel, berhenti berbicara." Ken terbatuk kemudian berdeham pelan lalu memperingati adiknya.

Kiel mendengus pelan namun menuruti perkataan Ken. Ia kembali melanjutkan makanannya yang tertunda.

"Katakan saja bagaimana pesta pernikahan yang kalian inginkan. Biar aku yang mengurusnya." Cedrik kembali berbicara pada Ken dan Celine.

"Kiel benar, kalian sudah lama saling mengenal. Lebih baik kalian melangsungkan pernikahan daripada harus bertunangan terlebih dahulu."

"Lihat, ayah sudah setuju. Cepat menikah dan beri aku keponakan yang imut."
Kiel dengan cepat menimpali perkataan ayahnya.

Uhuk!

Kali ini Celine terbatuk karena tersedak makanan. Ken dengan cepat memberinya air minum lalu mengusap punggung kekasihnya. Ia menatap kesal Kiel uang terus menggodanya

"Apa?" Tanya Kiel yang tidak mendapat jawaban.

Ken ingin mengomeli adiknya namun usapan lembut dari tangan Celine mengurungkan niatnya. Ken kemudian hanya menghela napas lelah.

◇─◇──◇─◇

Puas menggoda Ken dan mendesaknya agar segera menikah, Kiel kini berada didepan penjara yang mengurung seseorang.

Orang itu Oscar, seperti yang Gerlad katakan. Tubuh penyihir gila itu menghitam layaknya orang berkulit hitam didunia Kiel sebelumnya.

Byurr!

Kiel mengguyur Oscar dengan sihir airnya. Ia dapat melihat mantan penyihir hitam itu terkejut. Tatapannya yang sayu namun terdapat kemarahan dilayangkan pada Kiel.

"Kau... Sialan..." Ucapnya dengan lirih namun masih terdengar.

Kiel berjongkok dihadapan Oscar. Ia memamerkan senyum manisnya.

"Tadinya akan kubuat kau tersiksa hingga kau meminta kematian itu sendiri. Tapi aku sedang berbaik hati sekarang. Jadi kau akan mati dengan cepat."

Tatapan marah Oscar berganti dengan singkat. Mata merah yang sayu itu kini terlihat bergetar. Ia sudah tersiksa karena mana miliknya disegel, selain itu sihir hitam yang ia kuasai kini menggerogoti tubuhnya. Oscar sudah tidak bisa apa-apa selain meminta kematiannya sendiri pada transmigrator yang ia panggil.

"Tapi sebelum itu, kau harus bersujud dan meminta maaf padaku."

Duk

Kepala Oscar terbentur ke lantai karena ditendang Kiel. Suara ringisan yang pelan memasuki telinga Kiel namun Kiel tidak peduli. Ia menginjak kepala Ocsar dengan keras.

"Aku tahu, kau tidak mampu menggerakkan tubuhmu untuk bersujud padaku. Jadi aku membantumu." Kiel memberikan kekuatan pada kakinya yang berada diatas kepala Oscar.

"Aku tidak mendengar maaf darimu? Apa kau sekarang jadi bisu?"

"Hmm, ada banyak ramuan penyembuh yang aku punya. Aku akan memberinya satu untukmu."

Sama seperti sebelumnya, Kiel mengguyur Oscar namun kali ini dengan ramuan penyembuh. Karena ini buatan Kiel sendiri, tubuh Oscar tampak pulih dengan cepat.

Kiel mencengkram dagu Oscar dan membuatnya menatap Kiel. Ia meraih botol ramuan disaku miliknya yang ia buat secara khusus untuk Oscar.

"Karena kau tidak bicara, jadi aku anggap kau masih bisu. Selamat tinggal." Setelah membuka tutup botol ramuan, Kiel membuat Oscar menelannya bahkan hingga tersedak.

"Ah, ngomong-ngomong. Keluarga baruku menerimaku apa adanya. Mereka tidak peduli jiwa siapa yang menempati tubuh ini. Mereka sangat baik." Kiel kembali memamerkan senyumnya sebelum melenggang pergi meninggalkan tempat itu.

"Bagaimana...bi...sa... Keluarganya menerima... Orang asing...." Oscar bergumam tidak terima. Anak sialan yang ia panggil kedunia ini seharusnya mati dan menjadikan Oscar penyihir terhebat.

Ramuan yang Kiel berikan mulai bekerja.

Oscar berteriak kesakitan ia merasakan tubuhnya seperti dicabik binatang buas. Belum lagi kulitnya perlahan menghitam lalu mengelupas. Darah hitam menjijikan keluar dari mulut, hidung bahkan telinganya.

Bau busuk kembali memenuhi penjara sempit yang hanya diisi Oscar seorang.

Setelah kedua matanya tertutup sempurna, tubuh Oscar hancur menjadi debu dan menghilang dari penjara itu seolah-olah ia tidak pernah ada disana.

❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙

Mon maap kalo kurang memuaskan, intinya gue gabisa bikin scene sadis/kejam/sebagainya. Harap maklum:-)

In Another World I Become An Alchemist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang