TUJUH

188 44 5
                                    

James menghentikan laju motornya, sesuai instruksi dari gadis yang sedari tadi diboncenginya. Wajahnya nampak bingung saat melepas helm, pun anggota Kingdom Revenger yang lain juga melakukan hal yang sama. Seakan bertanya untuk apa mereka ke tempat pemakaman umum. Mengingat tidak etis sekali nongkrong di kuburan. Lagi pula orang waras mana yang melakukan hal itu, ditengah banyaknya gempuran tempat-tempat tongkrongan yang nyaman. Mereka tak segila itu.

"Kita ngapain sih di sini?" celetuk Yoshi yang pada akhirnya angkat bicara. Pemuda itu akhirnya melepas helm tanpa turun dari atas motornya.

Lia yang paham buru-buru turun dan melepas helmnya lalu memberikan helm itu pada James sang empunya. "Thanks ya semua, gue turun di sini aja!"

"Hah? Serius? Ngapain juga, Li?" tanya Yasmin yang akhirnya diangguki oleh gadis cantik itu.

"Iya. Ya udah kalian pulang aja nanti gue bisa kok pesan taksi online dari sini!"

"Ngaco lo ya? Lagian buat apa juga nongkrong di kuburan gila!" celetuk Eric yang tak abis thingking dengan jalan pikiran Lia.

Lia hanya tersenyum menanggapinya. "Hehehe... gak ngapa-ngapain sih. Cuma mau curhat ke mami aja!"

James yang mendengar hal itu reflek menoleh pada sang gadis. Dia baru sadar, sorot mata yang selalu bersemangat itu entah sejak kapan meredup. Ia ingat betul dengan tatapan mata yang tajam tadi ketika gadis itu harus berbicara dengan lawannya. Sorot mata yang kuat seakan tak pernah ada rasa takut sedikit pun dalam dirinya. Namun kini semuanya lenyap seketika. James hanya melihat sorot mata sendu dari gadis itu. Tak ada gairah, bahkan senyuman yang sedari tadi ia berikan pun itu palsu.

"Hah? Lagian ngapain juga mami lo di sini anjir. Bisa-bisanya curhat di kuburan!"

Plak!!

Pukulan keras itu berhasil mendarat di kepala Eric yang entah berisi apa. Mereka yakin otak Eric sudah tidak berada di tempatnya sedari dulu sampai hal seperti ini saja ia tidak mampu peka. Eric mengadu kesakitan, lalu melotot kesal ke arah Javier yang sudah memukul kepalanya tadi.

"Sakit bego!"

"Elo yang bego!" sarkas Javier kesal.

"Lagian otak itu di bawa bukan di taruh biar pinter dikit!"

"Sialan!" umpat Eric kemudian. Lia tertawa kecil mendengar perdebatan itu.

"Udah, gak usah ribut lagi. Toh Eric gak tau kalau mami pindah ke sini!" ucapan Lia barusan berhasil membuat semuanya yang mendengarnya terenyuh.

Gadis itu menoleh ke arah dimana mungkin di sana ada sosok mami yang ia bicarakan. Ia menatap lurus sebelum berujar. "Mami pernah pamit, gue pikir itu cuma candaan doang. Nyatanya enggak. Dia lebih milih tinggal di sini dan gak mau lagi pulang!"

Semua yang mendengar hal itu terdiam. Merasa miris karena paham, apa yang Lia katakan barusan semata mata hanya untuk menghibur dirinya sendiri. "Padahal di sini dia bakal kepanasan, kehujanan. Sepi banget, gak akan ada penjual makanan lewat yang bisa mami beli kalo lapar!"

"Li!" panggil Yasmin pelan yang berhasil membuat Lia terdiam sejenak lalu tersenyum ke arah gadis itu.

"Are you okay?"

"Yes, of course!" sahutnya dengan masih tersenyum.

"Kalian balik aja gak apa-apa, gue ke tempat mami dulu ya. Bye!"

Setelah itu Lia berjalan ke arah berlawanan. Menyusuri sebuah jalan setapak yang terbentuk di antara kuburan kuburan yang terawat dengan baik di pemakaman tersebut. Cukup jauh sampai akhirnya gadis itu berhenti dan hal itu masih saja menjadi tontonan anak anak Kingdom Revenger lainnya yang kini sudah menatap iba ke arahnya.

RED FLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang